lost inside blank infinity

Juli 04, 2011


Begini, ya, rasanya kehilangan.

Saya pernah kehilangan sebelumnya. Entah itu benda atau orang. Sempat terpuruk sampai paranoid. Tapi, lama-lama berkurang walau gak pernah hilang dari pikiran saya.

Kata kakak saya, sih, ini teguran buat saya. Mungkin iya juga karena saya masih ngitung-ngitung berapa yang harus saya keluarkan untuk hak orang lain. Karena kelamaan ngitungnya kali ya, belon juga disetor, eh barang-barang saya raib. Gak tanggung-tanggung, satu ransel saya digondol. Isinya? Jangan tanya! Barang-barang berharga saya ada di sana. Mulai ATM, tabungan, blackberry, agenda, bahkan STNK plus kunci motor saya ada di sana.

Kejadiannya di SMK 57 ketika teman saya nikahan. Entah kenapa saya ngerasa aneh ketika melihat kamar ganti yang cenderung terbuka dan siapa saja bisa mengakses ke kamar itu. Apalagi pada saat itu saya juga tidak nyaman dengan diri saya karena kecapekan. Karena semua santai dan terkesan biasa aja, saya juga ikut-ikutan nyantai. Setelah acara selesai dan semua peserta ganti baju, saya beserta teman segera menuju kamar mandi untuk ganti baju. Di dalam kamar mandi, teman saya cerita tentang kegalauan dia sebagai abdi negara. Setelah keluar, JREEEEENG! ransel saya udah enggak ada di tempatnya.

Setelah muter-muter nanya orang dan berharap ada yang ngeliat, ternyata enggak ada yang ngeliat. Saya pun panik dan segera berlari menuju motor. Motor masih berada di tempatnya tanpa hilang sesuatu. Buru-buru saya balik lagi dan menelepon 108 untuk minta semua nomor telepon bank yang saya punya. Semua tabungan saya blokir. Lalu, nelepon ke rumah.

Di rumah yang lagi berembuk karena ada masalah juga, sempet panik. Untungnya, kunci cadangan masih ada di rumah dan segera dikirim oleh adik saya. Lalu, kakak saya juga datang untuk mengantar ke kantor polisi.

Karena melihat lokasi yang dekat dengan Ragunan, kami segera memilih Polsek Pasar Minggu. Untungnya lagi, Bapak Polisi a.k.a Bapak Handoyo baik banget. Dia nge-print laporan dalam jumlah banyak dengan stempel asli semua dan tanpa memungut biaya administrasi. Katanya, "Gak usah, kamu kan lagi kehilangan." Saya nyengir karena cuma 10 ribu rupiah yang ada di kantong saya. Uang yang bisa diselamatkan dari si maling.

Selesai dari sana, saya enggak bisa tidur lagi. Kebayang-bayang barang-barang saya. Apalagi agenda saya yang isinya catatan kerja saya ikut raib. Sedih banget. Baru kali itu saya tahu yang namanya hampa. Teman-teman saya bilang, "Sabar, ya, nanti dapet yang lebih."

Di titik itu, saya sudah pasrah sepasrah-pasrahnya. Mau nangis gak bisa, ketawa malah aneh banget. Adanya cuma mesem-mesem kalo ditanya orang. Jadi, pas ngurus-ngurus para bank, saya cuma senyum kecil sambil dikasihani para customer service.

Saya merasa tersentil oleh Tuhan. Sudah gede kok masih dodol hehehehe. Sempet-sempetnya ninggalin tas di tempat orang gampang mengakses dengan keamanan yang gak terjamin. Kata adek saya, "Elo emang gak konsen karena kecapekan. Pagi-pagi udah marah-marah." Maklum, kurang tidur hehehe.

Belajar sabar, ikhlas, dan bersyukur. Kata Pak Polisi, kehilangan saya bukan musibah, tapi kelalaian. Untungnya, tempat pensil yang isinya USB gak turut digondol si maling. Gimana rasanya kalo semua barang belum saya pindahin. Bisa-bisa bunuh diri. Yang pasti, ada pelajaran dalam kehidupan manusia. Siapa tahu yang pergi itu pasti kembali.

Cause life is a lesson, you learn it when you're through
-limp bizkit-

gambar dari sini.

You Might Also Like

1 komentar

  1. sama Nurul, atas kelalaian gue, handphone baru satu bulan ilang. Aku rasa polisi itu benar, ini bukan musibah, tp kelalaian.

    BalasHapus