Dialog dengan Jin Muslim: Percakapan dengan Yang Tak Terlihat
Mei 01, 2016Beberapa bulan lalu, salah satu forum di Kaskus sedang ramai-ramainya dengan sebuah postingan berjudul Diary Misteri: Keluarga Tak Kasat Mata. Saya membaca postingan agan Genta soal pengalaman pribadinya ketika bersinggungan dengan hal-hal yang gaib. Jujur, saya membacanya merinding karena kebayang-bayang pengalamannya agan Genta yang boleh dibilang menyeramkan untuk saya yang awam ini. Pengalaman agan Genta ini begitu populer hingga Kaskus mendatangkan agan Genta untuk tampil secara live di markas Kaskus.
Begitu populernya pengalaman agan Genta membawa saya untuk mencari tahu dengan yang tak terlihat itu. Bukannya penasaran, tapi hanya untuk mengetahui bahwa ada lagi makhluk ciptaan Tuhan yang memang masuk dalam kitab suci. Sambil melihat-lihat rak buku milik orang tua, saya menemukan buku lama berjudul Dialog dengan Jin Muslim karya Muhammad Isa Dawud. Saya ingat bahwa buku ini cukup populer ketika tahun 1990-an dan menjadi kisah yang sukses memengaruhi anak-anak seperti saya kala itu.
Muhammad Isa Dawud, penulis buku Dialog dengan Jin Muslim, merupakan seorang jurnalis yang aktif dalam dunia dakwah. Konon buku ini ditulis berdasarkan pengalamannya selama beberapa tahun bersinggungan dengan fenomena kesurupan. Hingga pada suatu hari, entah bagaimana, dia berbicara dengan sesosok jin Muslim yang bernama Mustafa (Dawud lebih sering menyebutnya "jin Muslim sahabat saya") setelah memeluk Islam. Memang, Dawud sengaja merahasiakan caranya karena baginya hanya dia dan Allah bagaimana caranya.
Di buku ini, Dawud menuliskan berbagai hal yang bersinggungan dengan dunia jin, mulai dari asal kata jin, alam jin, kehidupan jin, jenis-jenis jin, hingga mengobati penyusupan jin dalam diri manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa jin memang diciptakan dari api, begitu juga dengan iblis dan setan, tetapi ia tidak mengatakan bahwa jin itu sama dengan iblis dan setan. Menurutnya, jin belum tentu setan dan setan sudah pasti jin. Begitu juga dengan iblis yang dianggap sebagai nenek moyang setan. Jin Muslim ini membedakan ketiganya. Menurutnya, sosok iblis dan setan lebih jelek dibanding jin. Dan, yang paling sering mengganggu manusia adalah iblis dan setan.
Kehidupan para jin, menurut jin Muslim, sama dengan kehidupan manusia. Jin juga ada yang Muslim dan bukan Muslim, bahkan ada yang ateis dan komunis. Mereka juga memiliki pemerintahan dan kerajaan, pergi ke sekolah, memakai pakaian, dan sebagainya, sama dengan kehidupan manusia. Mereka juga menikah, memiliki rasa emosional, serta memiliki anak dan keluarga. Yang berbeda mungkin mereka memiliki sosok mereka. Perbedaannya menurut dia tidak terlalu banyak, hanya bagian-bagian kecil. Yang jelas, mereka memiliki kelima indra yang sama dengan manusia dengan anggota tubuh yang juga sama dengan manusia, hanya saja porsi dari masing-masing anggota tubuhnya berbeda. Misalnya, kepala jin itu lebih besar dibanding ukuran tubuhnya dan apabila dibandingkan dengan kepala dan tubuh manusia. Warna mata jin yang konon kita tahu berwarna merah ternyata cukup banyak macamnya. Ada yang hitam, kuning, cokelat tua, dan sebagainya. Begitu juga dengan hidung dan telinga mereka yang memiliki porsi yang berbeda dengan manusia.
Mengenai jin yang tidak terlihat, Dawud menukilkan satu ayat dari Al-Quran yang berbunyi, "Sesungguhnya dia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka (QS Al-A'raf: 27)." Di sini, Dawud menanyakan kembali, sebenarnya jin itu bisa dilihat gak sih? Karena ada pendapat ulama yang mengatakan bahwa barang siapa mengklaim dirinya melihat jin maka sahadatnya dianggap batal, kecuali jika dia seorang nabi. Jin Muslim ini menjelaskan bahwa memang prinsipnya jin itu tidak dapat dilihat, tetapi tidak menafikan kemungkinan melihatnya karena ada beberapa pengecualian. Salah satunya dengan sihir. Biasanya orang yang berhubungan dengan dunia sihir dapat melihat sosok yang tak kasat mata. Namun, bagaimana dengan melihat jin atas kemauan sendiri? Jin Muslim ini menjawab bahwa biasanya jin tidak menampakkan wujud aslinya kepada manusia karena kemauannya sendiri, kecuali ketika setan ingin menakut-nakuti manusia dan ingin mencelakakannya. Konon, sangatlah sulit bagi para jin untuk memperlihatkan diri dalam bentuk sebenarnya kepada manusia. Jika diperlihatkan, jin Muslim menjawab bahwa ada semacam bantuan untuk para jin yang menampakkan dirinya, terutama dari perasaan takut manusia yang memang dikehendaki oleh setan atau jin disertai dengan kondisi-kondisi yang mendukung dan memudahkan ia melakukan hal tersebut. Namun, ada jin yang bisa menampakkan diri dalam bentuk lain, tetapi ada yang tidak. Yang bisa menampakkan diri menjadi bentuk lain biasanya dia menyerupai orang lain atau binatang. Jika menyerupai binatang, biasanya mereka berbentuk ular, anjing, atau kucing.
Ada lagi yang dinamakan jin pendamping atau qarin. Di sini, penulis menukilkan sabda Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa tidak ada seorang pun di antara kalian yang tidak ditunjuk untuknya jin pendamping, termasuk Rasulullah. Konon, karena umur para jin amat panjang dibanding manusia, jin pendamping Rasulullah SAW pun masih ada dan saat ini tinggal di Baqi. Mengenai jin pendamping ini, Dawud ingin menegaskan bahwa ada beberapa orang yang mengklaim dirinya bisa memanggil arwah orang yang sudah meninggal. Sesungguhnya, roh-roh yang sudah meninggal itu berada dalam alam barzah yang manusia tidak mungkin bisa melihatnya dan tidak mungkin pula dimasuki, kecuali oleh mimpi orang saleh. Jadi, klaim menghadirkan arwah itu sebenarnya menghadirkan jin yang kemungkinan adalah jin pendamping roh tersebut.
Selain kehidupan jin dan berbagai hal yang berhubungan dengan mereka, Dawud juga membahas penyakit yang disebabkan oleh jin dan cara pengobatannya. Di sini, ada kutipan-kutipan ayat Al-Quran yang dapat mengobati penyakit akibat sihir atau penyusupan jin dalam diri manusia. Sepertinya kutipan-kutipan Al-Quran tersebut sama degan kutipan-kutipan Al-Quran dalam ruqyah. Terakhir, Dawud pun mengucapkan selamat jalan karena pertemuan tersebut merupakan pertemuan terakhirnya dengan jin Muslim bernama Mustafa.
Secara garis besar, buku ini bermanfaat bagi saya untuk mengetahui kehidupan makhluk ciptaan Allah yang tidak terlihat, selain manusia. Saya belajar banyak dari buku ini, terutama untuk selalu mengingat Allah karena mengingat Allah merupakan salah satu cara untuk berlindung dari godaan makhluk yang tak terlihat itu. Namun, saya pernah iseng-iseng browsing soal buku ini hingga saya terdampar di website seorang ustaz yang ahli ruqyah. Menurut sang ustaz, buku Dialog dengan Jin Muslim merupakan kebohongan karena ada satu cacat yang ditemukan, yaitu bagian David Copperfield yang dianggap memiliki perjanjian dengan jin. Berdasarkan pendapat sang ustaz, David Copperfield telah mematenkan kreasi sulapnya yang bisa terbang itu dengan bantuan ilmu fisika hingga sulit untuk mengatakan bahwa dia memiliki perjanjian dengan David Copperfield. Namun, sewajarnya sebuah pendapat, tentu ada perbedaan. Dan, saya tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak benar. Mungkin yang baik-baik bisa diambil dan yang jelek-jelek bisa dibuang. Wallahu a'lam.
1 komentar
yoi bro, sekarang rahasia2 sulap david copperfield udah dibongkar dan ternyata nggak ada namanya perjanjian dengan setan, semua ada alatnya, pakai pemikiran logis. Pembaca buku dibohongin deh sama jin.
BalasHapus