Aduh, Enggak Muat! Kekecilan!!!

Agustus 04, 2010



Untuk cewek bertubuh besar seperti saya, salah satu pakaian yang paling sulit dicari adalah celana. Sampai mabok, kayaknya enggak ada celana yang muat. Di ujung kaki, sih, muat. Namun, ketika sudah di paha dan pinggul, biasanya "Heh!" celana akan tertahan di sana.

Saya dan teman saya--pulang dari Funbike 17845--mampir-mampir dulu ke Blok M Plaza. Dengan badan masih terbalut kaus Funbike merah putih, saya pede saja melewati lorong-lorong mal di Jakarta Selatan itu. Si teman saya sudah sejak tadi ganti pakaian. Bahkan, bela-belain beli sandal karena dia memakai sepatu yang enggak banget untuk ke mal.

Niat awal, teman saya ini ingin memoles mobilnya. Berhubung moles mobil cukup lama, kami mengitari mal itu. Di mal itu, teman saya juga berniat mencari celana jeans. Saya pun ikut-ikutan. Siapa tahu ada yang cocok. Berhubung badan saya dan teman saya lebih besar dari ukuran normal, celana jeans adalah barang langka untuk kami.

Satu departement store yang ada di sana kami kunjungi untuk hunting celana jeans. Satu per satu counter yang menjual celana jeans perempuan, kami datangi. Dari sekian banyak, hanya ada satu counter yang menyediakan ukuran besar. Ukuran besar? Maksud lo?

Teman saya sampai desperado karena keseringan bolak-balik kamar pas untuk mencoba celana jeans yang sudah dipilih. Omongannya selalu sama, "Bo, enggak muat! Kekecilan!"

Ketika kami balik lagi ke counter dan teman saya bilang, "Mbak, ada ukuran yang lebih besar lagi, ga?"

"Ini sudah paling besar, Mbak."

Oh yeah? Padahal, itu kecil banget dan muat cuma di betis gue doang. Teman saya tentu kecewa dan mencari di counter lain. Jawaban dari sang pramuniaga juga sama. "Ini sudah yang paling besar."

Teman saya tentu sedih dan kecewa. Saya juga dongkol. Masa' sebanyak itu counter pakaian cewek yang jual jeans, enggak ada satu pun ukuran yang sesuai. Malah, ada pramuniaga yang seolah-olah berkata, "Siapa suruh punya badan gede."

Menurut saya, bukan salah badannya karena badan manusia, kan, berkembang. Saya malah menyalahkan potongan celana jeans yang semakin lama semakin kecil karena orang-orang--kebanyakan perempuan--dilarang berkembang. Harus kecil, mungil, dan cenderung buntet. Aduh!

Dulu, sepengetahuan saya, celana jeans masih dalam ukuran normal. Jadi, bentuk badan seperti saya dan teman saya tidak terlalu sulit mencari celana. Sekarang, boro-boro nemu yang pas sesuai. Ukurannya aja dikecilin.

Karena penasaran, teman saya mengajak ke suatu counter di lantai bawah. Merek internasional, sih. Tapi, saya tidak yakin dengan adanya ukuran celana jeans yang sesuai dengan tubuh kami. Setelah masuk, si pramuniaga segera menggiring kami menuju deretan celana jeans yang tergantung. Tiba-tiba, saya terperangah. Ya, ampun, baru kali ini saya melihat celana jeans ukuran normal.

Teman saya segera mencoba jeans yang digantung itu. Tanpa diduga, semuanya pas dengan dia. Saya bisa bernapas lega. Ya, ampun, dari sekian banyak merek jeans yang kami temui, hanya ini yang muat. Saya terkekeh-kekeh, apalagi pas melihat ukuran celana yang pas buat teman saya. Size 29. Hahaha.

*Gambar dipinjam dari sini

You Might Also Like

3 komentar

  1. ahahaha.. merek apa jeansnya yg muat? ehehehe..

    BalasHapus
  2. assalamu'alaikum ...

    ini blognya mbak Nurul HM y?

    mbak, ini S.A.T ...

    Makasih udah ngedit naskah ane ...

    ^_^

    salam kenal.

    BalasHapus
  3. @chitra: mereknya ada di gambar. yaah..ketauan dah!

    @shafiqah:
    waalaikumsalam. iya, ini blog saya. salam kenal juga yaa...tadinya gak mudeng, oh ternyata yang punya cerita si Zahra dan kawan2. hehehe...Salam kenal juga yaa. Makasih udah mampir di sini.

    BalasHapus