Islamic Arts Museum Malaysia: Melihat Seni Islam dari Berbagai Budaya
Desember 30, 2017
Berkunjung ke negara tetangga itu seperti berada di negeri sendiri. Walau ada beberapa hal yang berbeda,
tenyata masih terlihat
titik-titik persinggungan antara Indonesia dan Malaysia. Ya, ini karena pengaruh masa lampau
yang batas-batas negara terasa tak terlihat seperti sekarang. Sekeras apa pun
kita menolak persamaan itu, tentunya kita tidak dapat memungkiri bahwa persinggungan
antara Indonesia dan negeri tetangga pernah terjadi.
Lalu, di sanalah saya. Berdiri
di tanah negeri tetangga.
Ini adalah kali kedua
saya berkunjung ke negeri tetangga. Sebenarnya, tujuannya bukan untuk
jalan-jalan, tetapi silaturahim karena teman saya tinggal di sana. Saya memang
membuat daftar yang harus saya kunjungi, tetapi tidak menjadi pakem. Dipandu
teman, saya pun berkunjung ke beberapa tempat. Namanya jalan-jalan ke tempat
wisata pastinya senang banget, tetapi lebih senang lagi ketika bertemu dengan
teman yang sudah lama gak ketemu.
Kata orang, salah satu
tempat yang patut dikunjungi jika melancong ke suatu negara adalah museum.
Untuk beberapa orang, museum adalah tempat yang membosankan. Tapi, untuk
beberapa orang lagi, museum itu tidak semembosankan anggapan orang-orang kok. Ini
berlaku untuk saya yang jarang sekali ke museum. Tapi, ketika saya ke negeri
tetangga, saya memasukkan Islamic Arts Museum ke dalam daftar tempat yang akan
saya kunjungi.
Salah satu hiasan di langit-langit Islamic Arts Museum Malaysia |
Islamic Arts Museum
Malaysia ini berada di Kuala Lumpur dan berseberangan dengan Masjid Nasional
Malaysia. Menurut panduan, museum ini bisa dicapai melalui transportasi umum karena
dekat dengan stasiun LRT. Karena perjalanan saya banyak dipandu oleh teman,
jadi saya tidak menggunakan transportasi umum. So, saya akan bilang bahwa
parkiran mobilnya sepi cenderung kosong. Hanya beberapa yang parkir di sana.
Bangunannya sangat
terawat dan cenderung sepi. Ketika masuk, kami langsung disambut oleh bagian
ticketing yang mirip resepsionis. Tiket masuknya agak mahal menurut ukuran saya
yang terbiasa dengan museum di Indonesia. Tapi, wajar sih jika melihat
pelayanan, perawatan, dan koleksi-koleksi yang ditampilkan di museum, apalagi
harga segitu sudah termasuk izin foto-foto.
Apa saja yang
ditampilkan oleh museum ini?
Banyak. Ada miniatur
masjid dari seluruh dunia yang ditampilkan dengan apik. Begitu juga mimbar dan
replika makam Rasulullah. Ada kiswah dari Ka’bah yang ketika saya melihatnya
sudah membuat merinding.
Kiswah |
Yang paling menarik
adalah koleksi Al-Quran dari berbagai negara dan ukuran: ada yang besar banget dan
ada yang kecil banget sehingga harus dibaca dengan kaca pembesar. Huruf dari
Al-Quran berbagai varian, tergantung sang penyalin ingin ikut gaya yang mana.
Al-Quran dalam berbagai ukuran |
Karena tema dari museum
ini adalah Islamic arts, yang ditampilkan tentunya seputaran karya-karya yang
terdapat pengaruh Islam, seperti naskah-naskah kuno yang di dalamnya memuat
kisah-kisah Islam atau keramik bersimbolkan Islam. Naskah-naskah kuno kebanyakan
berbahasa asing dengan tulisan Arab. Di dalamnya terdapat ilustrasi cantik yang
mendukung kisah-kisah tersebut.
Buku doa |
Yang menarik ditampilkan di museum adalah kayu ukiran yang mirip gebyok. Mirip ukiran-ukiran di Indonesia. Saking terpesonanya, saya enggak sempat membaca keterangan yang ditempel di tembok. Entah ini punya budaya mana, yang jelas mirip ukiran Jawa.
Selain itu, ada juga
koin-koin yang dijadikan sebagai alat transaksi pada masa lampau, alat-alat
perang, alat-alat masak, dan ada baju zirah. Kalau penggemar kisah-kisah J.R.R.
Tolkien, pasti enggak asing dengan baju zirah yang dipakai oleh aktornya saat
berperang. Ketika melihat aslinya, saya terpikir, “Ini pakainya gimana? Berat
dan ribet amat.”
Pakaian-pakaian dari
berbagai kebudayaan yang bersentuhan dengan Islam pun ditampilkan. Jujur, semua
pakaiannya bagus dengan menampilkan ciri budaya masyarakat tertentu. Ditambah
dengan perhiasan-perhiasan yang diukir dengan sangat teliti. Sangat etnik dan cantiiik
banget.
Islam, dalam kacamata saya,
merupakan keberkahan untuk semua dengan keanekaragaman seni dan budayanya. Seni yang ditampilkan memang tidak
sama antara satu tempat
dan tempat lainnya, tetapi Tuhan yang dituju tetap satu; begitu juga
Rasulullah yang dijadikan panutan, tetaplah Nabi Muhammad SAW. Itulah yang membuat seni Islam indah dan kaya dengan keragaman, bukan seni yang berlindung dalam
keseragaman. Bukankah Allah menyukai keindahan? 😊
0 komentar