Pandemic: Looking through My Eyes
Juli 30, 2021
Saya enggak pernah terbayang berada dalam masa pandemi seperti ini. Mungkin gak cuma saya, kebanyakan orang juga enggak menyangka bahwa mereka akan berada pada situasi pandemi--situasi yang biasanya ada dalam bacaan-bacaan dan catatan sejarah.
Pandemi covid-19 ini sudah melanda satu tahun setengah bulan dengan berbagai bumbunya. Ketakutan, kekhawatiran, kesedihan, putus asa, masa bodo, bahkan secercah harapan. Saya tentunya berada dalam bumbu-bumbu itu sejak kasus pertama diumumkan hingga varian delta ada di Indonesia dan kasusnya melonjak tinggi. Ya, menegangkan tentunya karena siapa aja bisa kena dan enggak ada yang tahu siapa aja yang akan kena.
Timeline twitter rame banget soal virus ini. Ada edukasi, denial, teori konspirasi, bahkan istilah covidiot versus covidsmart. Kadang capek juga ngebaca dan nonton kayak gitu. Ngebaca kasus-kasus kesedihan gegara virus ini bikin hati mencelos. Apalagi, gak berapa lama, ibu teman dekat berpulang karena virus ini dan teman saya ini menjalani isoman bareng adiknya. Kadang ingin menghibur dia untuk meningkatkan imun, tetapi aneh juga karena saya tahu dia sangat kehilangan dan butuh waktu untuk berduka.
Virus baru ini juga enggak hanya berdampak pada kesehatan aja, tapi ke bidang-bidang lainnya, terutama ekonomi yang dihantam paling dahsyat. Karena virus ini, banyak pemasukan yang tersendat-sendat, bahkan cenderung habis alias nol. Apalagi yang berhubungan dengan usaha event yang notabene perlu kerumunan, itu semua tutup total. Ada juga yang baru merintis usaha dan menaruh banyak harapan untuk ke depannya malah harus stop karena gak bisa lagi untuk makan sehari-hari. Usaha kakak yang memang menciptakan kerumunan pun harus berhenti total, order semua dibatalkan, dan karyawan terpaksa dipulangkan karena udah gak sanggup bayar.
Yeah, life is so hard in this pandemic time. Gak hanya buat saya, tapi buat banyak orang. Berat memang, tapi sebagai manusia gak boleh berhenti berharap, kan? Bahwa pandemi akan segera usai dan hidup perlahan-lahan akan kembali normal dengan berbagai kesibukannya. Kita gak perlu cemas lagi dengan kehidupan dan cita-cita bisa kembali dituliskan.
Maka itu, untuk mengakali kecemasan dan selalu berpikir hal yang baik, saya belajar meditasi. Dari yang ikut-ikutan di Youtube hingga ikut kelas beneran. Saya ikut kelas pranic healing yang memang sejak 2019 pengen banget ikutan. Kemudian, kelas online Bunda Arsaningsih yang bicara soal energi dan karma. Lalu, ada kelas-kelas singkat dari platform menimba ilmu yang manfaatnya besar banget untuk saya karena saya bisa tahu secara singkat bagaimana bercocok tanam hingga menyulam :D. Agak random, tapi menarik. Dari kelas-kelas yang ditawarkan menimba ilmu, saya menjadi tahu mana skill yang bisa dipelajari lebih dalam dan skill yang gak perlu terlalu diperdalam hehehe.
Sampai saat ini, saya juga masih belajar. Kalau kata Limp Bizkit, "Life is a lesson. You learn it when you through." Memang banyak cara untuk tetap berpikir positif di situasi tak menentu ini dan belajar hal baru kayak gini mengakali kadar kecemasan dalam diri saya :D.
Semoga pandemi segera selesai dan kehidupan kembali normal. Amin.
0 komentar