short time for lombok journey #2

November 28, 2012


Pagi pertama setelah tiba di Lombok.

Agak males buat bangun, tapi harus bangun karena enggak mau menyia-nyiakan waktu yang singkat banget. Apalagi tidur siang, kayaknya gak ada tuh dalam kamus para cewek perkasa :)). Saya sih ngerasa bangun rada telat karena subuh sekitar jam setengah tujuh waktu setempat. Ya, kalo waktu bagian barat kayaknya oke-oke aja, secara saya juga ada di bagian tengah, jadi waktunya lebih cepat satu jam. Siap sana-sini, akhirnya saya dan teman-teman keluar untuk sarapan.

Hotel tempat kami menginap emang oke. Katanya penjual kenangan, termasuk sesuai budget kami dengan standar bule. Apalagi bersih dengan pelayanan yang oks banget. Halaman belakang hotel ini menghadap pantai Lombok yang biru banget (enggak hitam kayak pantai Jakarta). Jadi, sambil sarapan, kami ngeliat birunya pantai dengan ombaknya yang keren banget. Sumpah yaa, pikiran soal kerjaan yang numpuk-numpuk itu hilang seketika karena ngeliat ciptaan Tuhan yang indah banget.


Rencananya hari itu, kami mau mengelilingi tiga gili yang terkenal itu: Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno. Di hotel, kami dijemput oleh agen wisata di Lombok. Saya sih enggak tahu gimana cara mesannya, tapi teman saya, Intan, yang emang hobi jalan-jalan sudah nelepon agen wisata di Lombok, Pak Azis, yang menyediakan rental mobil plus guide plus sopir dengan harga yang sudah all-in. Waktu itu, guide-nya namanya Pak Heru dan sopirnya enggak tahu namanya siapa. Mobil yang dipake itu Inova karena kami berenam jadi cukup lega dibanding Avanza atau Xenia.

Ngobrol-ngobrol dengan Pak Heru, ternyata doi dan Pak Sopir orang perantauan. Kami juga dikasih tau bahwa menikmati Lombok itu gak cukup cuma dua hari. Paling nggak ya, butuh satu minggu buat meng-eksplore Lombok. Pak Heru juga cerita soal mutiara yang banyak dibudidayakan: perbedaan mutiara laut dan air tawar, warna-warnanya, dan hitungan per gram buat mutiara air laut.


Untuk nyeberang ke tiga gili itu, Pak Heru ternyata enggak membawa kami ke Bangsal karena kondisinya ramai banget dan agak lama. Jadi, si bapak menyewa perahu yang bakal nyeberang ke para gili di beberapa dermaga. Katanya, sepanjang menuju bangsal itu, ada banyak dermaga swasta yang siap dengan perahunya. Kata Intan, yang ngurus-ngurus masalah pembayaran, kami nyewa perahu secara private. Jadi, perahu itu nungguin kami di tiga gili sampai puas. Bahkan, dipandu buat snorkeling.


Pulau yang dituju pertama buat snorkeling adalah Gili Air karena cenderung lebih sepi dibanding Gili Trawangan yang disebut-sebut sebagai island party. Saat kami di boat dan nyeberang ke sana, mulut saya ternganga-nganga. Bagus bener pemandangannya. Lautnya itu jernih banget dan bisa keliatan dasarnya. Sayangnya sih, saya enggak ikutan snorkeling karena meler dan tiba-tiba masuk angin. Akhirnya, cuma tidur-tiduran di saung sambil ngerasain hidung yang gak enak banget. Yang lucunya, saat temen-temen pakai pelampung, ada bapak-bapak bule yang tiba-tiba berhenti di saung kami sambil bilang, "Is that life saving?" Kami jawab, "Iya." Dia mengulangi pertanyaannya sampai beberapa kali dan kami cuma ngangguk. Lama-lama, kami bilang, "Nggak ada yang bisa berenang." Eh si bapak bule cuma ketawa, terus jalan lagi. Iseng aja nanya-nanya :)).



Selesai di sana, kami singgah di Gili Meno yang sepi banget dibanding Gili Air. Ada sih penghuninya--para bule--yang lagi berjemur, tapi gak sebanyak di Air. Di sana, kami foto-foto dan merasakan bagaimana panasnya pantainya itu.

Cukup foto-foto, lanjut ke Gili Trawangan. Di sini, kehidupan udah mulai ada. Pulaunya lebih hidup dibanding dua yang lain. Bule-bule berseliweran di sana-sini. Rumah makan lebih padet dan banyak pilihan. Bahkan ada tempat penangkaran penyu. Teman-teman saya melanjutkan snorkeling dan saya pengen naek sepeda. Tapi, nunggu yang snorkeling dulu. Di sana, sempet gerimis, tapi enggak ada ujan gede. Konon, agak susah air bersih. Bahkan, saya sampai gak bisa pipis karena air buat nyiram pipis aja enggak ada. Makanannya lumayan mahal karena mungkin kami duduk di cafe paling depan. Tapi, di sini kami enggak lama karena emang udah sore dan temen-temen yang snorkeling juga gak tahan sama lengketnya air laut karena mereka juga gak bisa bilas.

Balik ke Lombok, ternyata dapet kabar hujan gede banget. Padahal, di tiga gili itu terang-benderang. Gerimisi dikit sih di Trawangan. Di dermaga, kami sudah dijemput oleh Pak Sopir untuk melanjutkan perjalanan kembali ke kota.

Jalanan yang kami lewati enggak ke Senggigi, tapi ngelewatin gunung, mirip jalanan yang mau ke Malang kalau dari Jombang. Meliuk-liuk dan kanan-kiri pohonan atau jurang. Di sepanjang jalan itu, ternyata ada monyet-monyet yang ada di pinggir-pingir jalan. Rata-rata mereka ngunyah makanan yang dilempar kendaraan. Katanya sih, monyet-monyet di situ enggak ganas. Mereka cenderung lebih kalem. Pak Heru sampai niat beli kacang buat ngasih makan monyet-monyet. Eh, mobil pick up di depan kami malah ngelemparin mangga buat mereka.


Di satu spot, kami turun buat ngasih makan si monyet-monyet. Karena hubungan saya enggak begitu baik sama binatang (kebayang-bayang dikejar-kejar kucing), saya cuma ada di belakang mobil sambil sesekali foto temen yang ngasih makan. Saat si monyet berulah dan mulai lari sana-sini, kami semua kabur, masuk ke mobil karena takut digigit. Hihihi.  

Langsung deh, kami makan malam. Hidung saya sudah enggak enak banget, mata pun iritasi karena kecapekan dan kena air laut. Karena pengen nyobain masakan khas di sana, kami dibawa ke rumah makan ayam taliwang. Menunya macem-macem, tapi rata-rata dari kami milihnya ayam taliwang plus pelecing kangkung. Total harganya sih lumayan, standar makanan di Jekardah.

Perjalanan pun lanjut ke belanja oleh-oleh, terutama makanan. Di sini nih yang agak berat, secara saya cuma bawa daypack. Tiap kali ngeliat-ngeliat, saya pasti mikir, muat gak yaa tas gue yang gak gede-gede banget itu. Makanya saya beli sedikit-sedikit asal ngerasain makanan khas Lombok.

Sampai hotel, langsung tepar sambil merana dengan hidung yang mampet.

*Foto koleksi pribadi dengan sedikit efek karena resolusi foto iPod 4th rendah banget.


You Might Also Like

0 komentar