Trinity around the world: review singkat

Maret 12, 2015

Siapa sih traveler blogger yang dikenal saat ini? Kalau pertanyaan itu ditujukan kepada saya, tentu jawaban saya adalah Trinity. Kenapa? Karena bukunya Trinity adalah buku pertama traveling yang saya baca hehehe.


Yaa, saya memang pembaca setia buku Trinity dari seri pertama hingga seri yang around the world. Saya suka gaya penulisan Trinity yang ringan dan lucu, seperti membaca kisah teman yang sedang curhat ke saya. Emang sih bukan travel guide banget, tapi buku-buku Trinity selalu bisa membuat saya ingin narik koper dan jalan-jalan karena doi adalah cewek backpacker yang jalan-jalannya gak harus bareng temen-temen.

Di seri The Naked Traveler Round the World Trip ini, Trinity hampir sebagian besar menghabiskan waktunya di Amerika Selatan. Sebenarnya, bisa aja ditulis tentang Amerika Selatan, tapi perjalanan ke Amerika Selatan itu dimulai dari Eropa Timur dan berakhir di Amerika Serikat. Jadi, mulai Rusia Finlandia, Swedia, Polandia, Jerman, Brasil, Cile, Peru, Ekuador, Kolombia, Kuba, Jamaika, Guatemala, Meksiko, hingga Amerika Serikat. Konsentrasi utama kisah Round the World ini yaa di Amerika Selatan. Hampir sebagian besar dari dua buku tersebut ngomongin serba-serbi yang ada di Amerika Selatan.

Untuk perjalanan kali ini, Trinity gak sendirian, tapi ditemenin oleh sahabat kuliahnya, yaitu Yasmin. Jadi, ada satu bab khusus ketika Trinity cerita soal Yasmin yang ternyata nama samaran. Seperti yang udah saya bilang, gaya penulisan Trinity di buku ini juga ringan dan lucu. Banyak hal menarik yang dia tulis selama perjalanannya di Amerika Selatan. Misalnya yaa, soal hostel yang dia tempatin. Dari yang bagus dan bersih hingga yang ajaib, kayak tempatnya ada di gang sempit yang kayak labirin atau hostel yang penjaganya cuek bebek dengan pengunjung yang seenaknya bawa penghuni gelap. Ada juga kisah perjalanan yang bisa ditempuh berjam-jam dengan jalan darat dan dengan segala macam kondisi ajaibnya. Kisah traveler nyebelin versi Trinity, bahkan ada juga kategori cowok kece versi Trinity. Atau keindahan alam Amerika Selatan yang amat sangat menarik, mulai dari pegunungan yang dingin banget hingga padang pasir, kayaknya segala macam jenis alam ada di Amerika Selatan.

Ada hal menarik yang ditulis Trinity waktu doi nyinggung anggota dewan yang bukan kerja (waktu itu mereka lagi studi banding), malah melipir ke Machu Picchu. Yang melipir ini adalah dua orang cewek yang terkenal wara-wiri di pertelevisian kita. Agak malu sih pas baca kayak gini. Kayaknya gak ada bagus-bagusnya yang namanya anggota dewan itu, kecuali gajinya hahaha. Nah, Trinity nulis yang intinya adalah gak bisa disamain deh ketika ada tugas kantor ke luar kota yang kebanyakan orang mikirnya, ih enak yaa bisa sekalian jalan-jalan, dan jalan-jalan ke luar kota pas liburan. Saya setuju banget dengan pendapat Trinity ini. Gak bakal bisa disamain deh antara jalan-jalan dinas sama jalan-jalan cuti.

Dulu, saya pernah ngalamin yang kayak gini ketika saya mau dikirim ke luar kota. Kota yang mau saya datangin ini adalah kota yang emang belum saya kunjungi dan letaknya jauh banget. Jujur, saya agak ngeri karena saya emang bukan backpacker dan bukan pemberani. Padahal, kan, kalo tugas itu biasanya gampang koordinasi sama orang di kota yang dituju. Nah, kalau tugas saya ini enggak. Kita yang harus koordinasi sendiri segalanya, mulai tiket, kendaraan, bahkan kadang-kadang tempat nginep. Kebayang kan, saya yang gak tau medan dan penakut ini tiba-tiba keluar dari bandara dan celingukan nyari kendaraan umum di daerah orang buat nyari hotel dan kantor perwakilan yang dituju. Sedih rasanya. Jadi, ketika saya kepikiran setengah mati sama medan yang bakal saya tuju ini, hampir semua orang responsnya sama. "Bagus, dong. Jarang-jarang lho dikirim ke sana, Kan sekalian jalan-jalan. Bagus lho tempatnya." Preeet!

Ya, kebanyakan orang sih mikirnya sekalian jalan-jalan karena kapan lagi bisa ke tempat itu. Macam peribahasa, "sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui". Tapi, menurut saya, enggak bisalah jalan-jalan karena di sana intinya adalah tugas. Yaa, mau melipir gimana kalau waktunya gak ada yang kosong. Kalau mau dipaksa, bisa sih. Tapi, kan, pertanggungjawaban saya nanti gimana dong. Masa' mau bohong. Bener juga kalau Trinity bilang, jalan-jalan dengan biaya sendiri itu lebih puas karena bisa bebas dan gak malu kalau mau mejeng foto di sosmed. Setuju banget! Mendingan saya pergi ke kota itu dengan biaya sendiri dan beneran niat mau jalan-jalan biar puasnya sekalian dan bisa bebas waktunya.

Sebenarnya, kisah-kisah Trinity di seri round the world ini banyak banget, makanya dibuat jadi dua buku. Gak hanya itu, bukunya juga memuat foto-foto yang diambil selama perjalanan dan disajikan berwarna. Jadi, cukup informatif buat yang mungkin mau ke sana. Salah satu yang menambah pengetahuan saya adalah visa. Ternyata, di Amerika Selatan itu, gak semua negara mengharuskan ada visa. Ada juga lho negara yang gak perlu visa dari Indonesia, misalnya Peru dan Cile. Dua negara ini ternyata gak perlu visa dan orang Indonesia bisa ada di sana selama 90 hari, lebih banyak daripada di negara tetangga. Bahkan, Peru yang ada Machu Picchu-nya direkomendasiin oleh Trinity untuk dikunjungi karena selain visa gratis, Departemen Pariwisatanya cukup giat mempromosikan negara Peru karena hampir di setiap kota ada yang namanya iPeru yang sangat membantu wisatawan yang berkunjung ke negara tersebut.

Nah, karena dapet informasi kayak gini, saya jadi kepikiran buat ke Peru kalau suatu saat ada rezeki buat ke Amerika Selatan. Konon, kata Trinity, dibanding negara lain di Amerika Selatan, Perulah yang biaya hidupnya gak terlalu mahal. Wiiiih, yuuuks berangkat!

You Might Also Like

0 komentar