on the bus
Mei 02, 2015Pernah dengar, kan, kutipan yang bilang bahwa jalan-jalanlah selagi muda karena masih sehat dan waktu lebih banyak. Saya sering banget dengan kutipan ini dari penulis travel favorit saya, yaitu Trinity. Yeaaaah. Kayaknya hampir ada di semua buku Trinity omongan soal jalan-jalan selagi muda. Saya, sih, mengamini pepatah itu karena memang ada benarnya.
Hal yang paling menarik dari jalan-jalan bukan cuma sama destinasinya, tapi siapa yang jalan sama kita. Entah itu teman, entah itu keluarga. Kadang nemu aja hal-hal yang lucu. Ketika kejadian pengen nangis, tapi pas diceritain pengen ketawa-tawa, kayak saya mencoba road trip dengan bus malam bareng keluarga saya. Ehem.
Kalau naik bus malam, tentu tujuannya harus jelas dan tentunya gak bisa berhenti seenak-enak saya di tengah jalan. Kebetulan bus yang akan saya tumpangi ini masuk kelas VIP: ada toiletnya dan kursi penumpang yang lega karena susunannya bukan lagi dua-dua, tapi dua-satu. Saat itu, kami bertiga yang berangkat: saya, ayah saya, dan kakak saya. Karena itu perjalanan yang lumayan jauh (perkiraan waktu sih 18 jam ya boo), saya berusaha bawa yang seminim mungkin karena biasanya juga gitu. Tapi, karena ini perjalanan untuk menengok ponakan, akhirnya barang yang seminim mungkin berubah menjadi maksimum. Apalagi, ada ayah saya yang makanan dan keperluannya harus siap sedia.
Sebenarnya, perjalanan dengan bus malam itu biasa aja kalau yang pergi itu saya dan kakak saya. Waktu 18 jam gak berasa karena busnya nyaman banget (18 jam itu gak termasuk macet). Tapi, karena ada ayah saya, yaa agak rempong juga. Hehehe. Bukannya gak sayang, cuma agak gempor juga kalau toilet bus hampir dikuasai doi yang agak lemah dalam pertahanan buang air kecil wuehehehe. Yaa, kesimpulan pun segera diambil bahwa my dad gak cocok banget sama bus malam yang ngacir ajaa, ngejar waktu. Ujung-ujungnya, ketika kami pulang kembali ke Jakarta, doi memutuskan gak minum banyak karena jaga-jaga takut lebai pertahanan buang air kecilnya. Saya sih setuju walau khawatir juga karena doi harus banyak minum. Tapi, karena saya mikir praktis, kayaknya gak apa-apa untuk 18 jam ke depan. Setelah itu, barulah dihajar sama obat biar mengurangi risiko. Hihihi (evil banget). Untungnya, balik ke ibu kota berjalan aman-aman aja. Doi bukan lagi penguasa toilet bus, yaa walaupun perlu juga menyapa toilet hehehe. But, I still love you, Dad ;).
Nah, di sini ini, saya mengamini kata-kata Trinity bahwa jalan-jalanlah selagi muda karena ketika tua daya dan upaya kadang agak lemah. So, take your bag and start your own journey when youre still young ;).
Bus Malam Super Executive Rosalia Indah |
Kalau naik bus malam, tentu tujuannya harus jelas dan tentunya gak bisa berhenti seenak-enak saya di tengah jalan. Kebetulan bus yang akan saya tumpangi ini masuk kelas VIP: ada toiletnya dan kursi penumpang yang lega karena susunannya bukan lagi dua-dua, tapi dua-satu. Saat itu, kami bertiga yang berangkat: saya, ayah saya, dan kakak saya. Karena itu perjalanan yang lumayan jauh (perkiraan waktu sih 18 jam ya boo), saya berusaha bawa yang seminim mungkin karena biasanya juga gitu. Tapi, karena ini perjalanan untuk menengok ponakan, akhirnya barang yang seminim mungkin berubah menjadi maksimum. Apalagi, ada ayah saya yang makanan dan keperluannya harus siap sedia.
Sebenarnya, perjalanan dengan bus malam itu biasa aja kalau yang pergi itu saya dan kakak saya. Waktu 18 jam gak berasa karena busnya nyaman banget (18 jam itu gak termasuk macet). Tapi, karena ada ayah saya, yaa agak rempong juga. Hehehe. Bukannya gak sayang, cuma agak gempor juga kalau toilet bus hampir dikuasai doi yang agak lemah dalam pertahanan buang air kecil wuehehehe. Yaa, kesimpulan pun segera diambil bahwa my dad gak cocok banget sama bus malam yang ngacir ajaa, ngejar waktu. Ujung-ujungnya, ketika kami pulang kembali ke Jakarta, doi memutuskan gak minum banyak karena jaga-jaga takut lebai pertahanan buang air kecilnya. Saya sih setuju walau khawatir juga karena doi harus banyak minum. Tapi, karena saya mikir praktis, kayaknya gak apa-apa untuk 18 jam ke depan. Setelah itu, barulah dihajar sama obat biar mengurangi risiko. Hihihi (evil banget). Untungnya, balik ke ibu kota berjalan aman-aman aja. Doi bukan lagi penguasa toilet bus, yaa walaupun perlu juga menyapa toilet hehehe. But, I still love you, Dad ;).
Nah, di sini ini, saya mengamini kata-kata Trinity bahwa jalan-jalanlah selagi muda karena ketika tua daya dan upaya kadang agak lemah. So, take your bag and start your own journey when youre still young ;).
0 komentar