Sang Iblis dan Nona Prym: Pertarungan antara Kebaikan dan Kejahatan

Januari 23, 2020

Ketika saya melihat nama Paulo Coelho di salah satu buku di rak buku saya, yang saya ingat hanya The Alchemist. Entah mengapa. Mungkin, karya tersebut adalah karya yang membuat namanya terkenal di seantero dunia. Saya sudah membaca The Alchemist saat diterbitkan oleh Alvabet yang sekarang hak ciptanya dipegang oleh Gramedia Pustaka Utama. Namun, kali ini, saya tidak akan membahas The Alchemist, tetapi karya dia yang lain, yaitu Sang Iblis dan Nona Prym.


---

Bermula di sebuah desa kecil bernama Viscos. Desa yang tenang, tetapi sangat membosankan karena ditinggal oleh para pemuda yang beradu nasib di kota-kota besar dan kebanyakan penduduknya selalu melakukan rutinitas yang sama. Keadaan berubah ketika seorang asing datang ke desa itu. Berta yang pertama kali melihatnya merasakan bahwa akan terjadi hal yang buruk di Viscos.

Orang asing tersebut adalah laki-laki paruh baya dengan bentuk badan yang tegap. Ia datang ke desa tersebut untuk merencanakan sesuatu. Chantal Prym--perempuan muda yatim piatu--memiliki ketertarikan dengan orang asing ini. Dia mencoba mencari waktu yang tepat untuk bisa bicara dengan orang asing itu. Lalu, bertemulah mereka di hutan, tempat orang asing itu menggali sesuatu. Namun, perbincangan dengan orang asing itu tidak seperti yang dialami Chantal sebelumnya. Perbincangan itu merupakan awal desa kecil Viscos terlibat dalam pergulatan baik dan buruk.

Apa yang dibicarakan? Orang asing itu meminta Chantal untuk memberitahukan warga Viscos agar melanggar satu dari 10 perintah Tuhan. Jika satu perintah dilanggar--yakni membunuh--warga Viscos akan mendapatkan beberapa emas batangan yang ia bawa. Awalnya Chantal ragu karena ia percaya bahwa penduduk Viscos adalah orang yang jujur sehingga tidak akan melakukan kejahatan. Namun, ucapan orang asing begitu serius dan mengancam. Chantal hanya diberikan waktu seminggu untuk mengumumkan atau si orang asing itu yang mengumumkan. Mau tidak mau, Chantal pun mengumumkannya di hadapan warga Viscos di bar hotel tempat dia bekerja.

Pengumuman itu tidak membuat warga Viscos terguncang, semua terlihat seperti biasanya. Akan tetapi, dalam diri masing-masing warga Viscos muncul keresahan tersendiri. Viscos yang miskin dan membosankan memang perlu suntikan dana untuk menjadi sebuah desa yang berjaya. Bagaimana dengan melanggar satu dari 10 perintah Tuhan itu? Apa yang akan didapatkan penduduk Viscos? Keresahan-keresahan itu menjadi bagian dalam kehidupan warga Viscos. Tidak hanya warga biasa, tetapi warga yang memiliki kedudukan penting di sana. Konspirasi pun dimulai. Pembenaran pun dilakukan dengan melibatkan pastur di desa tersebut. Rapat-rapat rahasia dilakukan untuk menentukan korban. Lalu terpilihlah Berta--seorang janda yang dianggap sudah kehilangan akal.

Chantal sebagai orang yang bertanggung jawab mengumumkan sayembara dari orang asing tersebut mencoba mengubah pendirian warga Viscos untuk membunuh Berta. Saat itu, warga Viscos sudah mengikat tubuh Berta yang tak sadarkan diri di atas batu besar dan siap ditembaki peluru. Chantal berargumen di hadapan warga untuk menyelamatkan nyawa satu orang dengan pendirian bahwa pada dasarnya setiap orang itu memiliki jiwa yang baik. Begitu pun si orang asing yang memberikan sayembara.

Satu per satu warga Viscos menurunkan senapannya dan berpikir bahwa yang mereka lakukan adalah salah. Pelan-pelan mereka membubarkan diri. Meninggalkan Berta yang masih tak sadarkan diri bersama Chantal. Malam itu tidak ada pembunuhan yang dibenarkan dan tidak ada pembenaran dalam kejahatan. Esoknya, sang orang asing pun percaya bahwa masih ada kebaikan walau begitu banyak kejahatan yang melingkupi. Kemudian, Chantal pun akhirnya meninggalkan desa tersebut dengan banyak hadiah dari sang orang asing.

---

Saya baru tahu bahwa Sang Iblis dan Nona Prym merupakan penutup dari trilogi And on the Seventh Day. Dua buku sebelumnya adalah By the River Piedra I Sat Down and Wept atau Di Tepi Sungai Piedra Saya Duduk dan Menangis (1994) dan Veronika Decides to Die (1998). Di Tepi Sungai Piedra Saya Duduk dan Menangis sudah diterjemahkan ke dalam bahasan Indonesia oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama, sedangkan saya belum tahu apakah Veronika Decides to Die juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, saya pernah membaca bukunya--bertahun-tahun yang lalu. Cukup membosankan dan membuat saya terlalu keras berpikir.

Nah, bagaimana dengan Sang Iblis dan Nona Prym? Apakah sama dengan Veronika Decides to Die? Tentunya berbeda. Veronika lebih cenderung pencarian jati diri sebagai manusia, hanya terfokus pada Veronika. Namun, pada Sang Iblis dan Nona Prym, fokusnya juga pencarian jati diri, tetapi tidak hanya seorang, tetapi tokoh-tokoh yang ada dalam kisah tersebut. Pencarian ini akan merujuk pada kejahatan dan kebaikan yang ada dalam diri manusia. Kadang di setiap hati orang yang baik tersimpan kejahatan. Begitu pula sebaliknya, di setiap hati orang yang jahat tersimpan kebaikan. Mungkin hati setiap orang itu abu-abu. Mungkin, perlu direnungi bersama bahwa pada dasarnya manusia itu adalah makhluk yang baik. 

Ya, keseluruhan cerita pasti terasa khas-nya Coelho. Namun, tingkat kebosanan dan kesulitannya tidak seruwet Veronika Decides to Die. Cukup enak dinikmati walau perlu mikir juga hehehe. Kata seorang teman, karya Coelho ini terasa membaca cerita-cerita FLP ;D.

Happy reading!   

You Might Also Like

0 komentar