Serafina Steril

April 05, 2021


Finally, Serafina pun disteril! 

Mensteril Serafina ini memang gak instan. Bagi saya, perlu berbulan-bulan untuk berpikir dan membaca banyak referensi dari akun-akun dokter hewan dan rescue. Perlu juga mencari perbandingan biaya steril karena tentu biayanya gak murah. Perlu juga meyakinkan diri si pemula ini untuk sanggup mengurus Serafina pascaoperasi. Dan, perlu juga berpikir bahwa Serafina akan baik-baik saja setelah operasi steril. 

Serafina disteril di klinik hewan yang kebetulan gak jauh-jauh amat dari rumah. Hari pertama ke sana sebenarnya sudah bisa dilakukan steril, tetapi karena Serafina belum puasa dan besoknya tidak ada tindakan operasi karena ada tanggal merah, akhirnya Serafina pulang dulu dan diminta kembali lagi pada lusanya. Serafina belum puasa karena ketidaktahuan saya :D, maklum pemula. Saya pikir, Serafina perlu dicek kesehatan dulu sebelum hari H-nya, tak tahunya cek kesehatan dilakukan pada hari H steril. 

Lusanya, kami kembali lagi pas klinik buka. Agak deg-degan karena ternyata Serafina belum terdaftar untuk steril pada hari itu. Saya sih yang lemes karena kebayang bahwa Serafina udah puasa dari semalem dan harus balik lagi karena enggak ada namanya. Untungnya ya, namanya bisa kembali dimasukkan dalam daftar steril. Horeee! 

Nunggu antrean cek kesehatan oleh dokter lumayan agak lama karena pasiennya banyak. Wajah Serafina udah bete banget dan tegang karena di sekelilingnya banyak kucing yang dia gak kenal. Setelah cek kesehatan dan diberikan pesan-pesan oleh bu dokter, Serafina pun segera dibawa ke bagian rawat inap. Rasanya hati mencelos mendengar dia mengeong di pet cargo. Buru-buru saya bilang, "Serafina di sini dulu, ya. Serafina mau disteril. Lusa nanti dijemput lagi." Lalu, pet cargo dikembalikan dalam keadaan kosong. Hiks, anabulku.

Sorenya, saya agak tegang menunggu kabar, apakah Serafina sudah disteril atau belum. Tak berapa lama, ada wa masuk yang mengabarkan bahwa kucing Serafina sudah sadar setelah operasi steril dan kondisinya baik-baik saja. Alhamdulillah. Kekhawatiran saya terobati mendengar kabar seperti itu, apalagi setelah dikirimi foto Serafina yang masih awal siuman. Besok dan besoknya, dokter rawat inap kembali mengabarkan kondisi Serafina hingga saya menjemput dia. 

Ada dua obat yang diresepkan kepada saya, yaitu bioplacenton dan enbatic (saya enggak dapat enbatic, tapi adanya nebacetin). Dodolnya saya yang tidak menyimak omongan dokter adalah saya enggak mengoleskan bioplasenton langsung setelah Serafina pulang. Ada kali dua atau tiga hari lukanya saya diemin aja karena saya pikir dokternya selalu bilang lukanya tidak apa-apa sehingga saya enggak perlu mengolesi apa-apa. Hingga saya tersadar, kok udah hampir tujuh hari lukanya masih gitu-gitu aja, apa perlu dikasih betadine kayak video orang-orang yang pernah saya tonton. Ya, akhirnya saya pakailah bioplacenton dua kali sehari kalau lukanya kering, sedangkan kalau agak basah gitu baru diberikan nebacetin. Berhari-hari Serafina enggak lepas dari collar neck. Saya tahu dia gak nyaman, tapi mau gimana lagi untuk menghindari dia yang hobi jilat-jilat badannya sendiri. 



Buat saya, untuk luka tertutup sempurna ya agak lama. Tapi, sekitar dua minggu pascasteril, dokter hewan yang akan memvaksin Serafina bilang bahwa lukanya sudah kering. Saya percaya walau saya masih ngilu dengan jahitan Serafina yang mengering itu. Pemakaian bioplacenton masih dilanjutkan, begitu juga dengan collar neck. Namun, untuk collar neck-nya bukan yang plastik, tetapi diganti yang bahan kain supaya dia lebih nyaman dan tetap tidak bisa menjangkau bekas luka operasi. Lama-kelamaan luka semakin mengering dan menyatu dengan kulit, begitu juga bulu-bulu yang dicukur di sekitar luka steril sudah mulai tumbuh. Dan, Serafina pun bisa melompat bahagia ketika collar neck dilepas dan luka bekas jahitan sudah menyatu. Yeaaaa!



Jujur, karena ini pengalaman pertama menghadapi kucing betina steril, rasanya buat saya agak ribet. Pertama, persiapan yang agak kurang karena saat Serafina pulang, saya enggak punya collar neck dan akhirnya pakai kertas dibolongin tengahnya. Tapi, saya tetep usaha cari collar neck di petshop terdekat. Ketemu sih, tapi perlu dua kali balik karena salah ukuran :D. Selama Serafina pakai collar neck, saya pun memantau dia karena dia ribet untuk makan, minum, pip, dan pup. Ini kalau saya WFH. Kalau saya WFO, saya menyerahkan saja keribetan Serafina kepada Tuhan, semoga keribetan dia dapat dimudahkan. Kedua, saya baru sadar bahwa kandang yang saya punya kecil. Litter box ukuran L sudah memakan separuh dari panjang kandang. Itu pun belum dengan tempat makan dan minum. Kalau Serafina masuk kandang, dia akan meringkung karena badannya besar. Akhirnya, tiap kali Serafina masuk kandang untuk mengurangi pergerakan dia selama proses penyembuhan luka steril, litter box beserta tempat makan dan minumnya tidak turut dimasukkan. Litter box saya letakkan keluar. Untungnya, Serafina bukan tipe kucing yang suka pip dan pup sembarang. Jadi, selama di kandang, dia bisa tidur celentang tanpa kesempitan. 

Ketika tulisan ini dipublikasikan, Serafina sudah kembali lincah, lari-lari, dan main-main. Makannya lumayan dan beratnya naik 200 gram. Kalem pascasteril kayak yang dibilang orang-orang belum terlihat, dia masih sama kayak dulu yang kalau lari secepat kilat ;).


You Might Also Like

0 komentar