Animal Farm: Ketika Hewan Mengambil Alih Kekuasaan Manusia

April 25, 2025


Animal Farm cukup ramai diperbincangkan di media sosial X ketika ada gonjang-ganjing mengenai undang-undang yang akan direvisi. Banyak yang bilang, kok mirip ya keadaan negara kita ama novel Animal Farm. Karena ramai seperti itu, akhirnya saya ngulik-ngulik mencari bukunya. Ternyata Animal  sudah beberapa kali diterbitkan di Indonesia dengan versi yang beda-beda. Untuk saat ini, yang saya temui adalah versi Penerbit Gramedia Pustaka Utama dan Penerbit Bentang Pustaka. Awalnya saya pikir, karya Orwell ini termasuk domain publik atau jenis creative commons, tetapi hak ciptanya masih ada dan konon berakhir tahun 2044. 


Buku Orwell ini bercerita mengenai sekelompok hewan di sebuah peternakan yang melakukan pemberontakan terhadap manusia--sang pemilik peternakan. Di sini, hewan-hewan menginginkan kehidupan yang bebas, adil, dan setara, tanpa di bawah bayang-bayang manusia. Maka dari itu, para hewan ini melakukan pemberontakan yang dipimpin oleh para babi, terutama babi bernama Napoleon dan Snowball. Pemberontakan berhasil dan manusia pemilik peternakan berhasil diusir. Para babi pun berinisiatif memimpin para hewan dengan cita-cita sebagai sebuah peternakan yang menyejahterakan para hewan. Namun, seiring berjalannya waktu, kesejahteraan hanya dimiliki oleh para babi, aturan-aturan mulai diubah semau-maunya, para pembangkang diusir, dan para babi malah terlihat seperti manusia yang tamak. Cita-cita yang dulu ingin diperjuangkan bersama malah semakin jauh dan semakin samar hingga anak cucu mereka lupa dengan cita-cita para pendahulunya. 

Animal Farm ini seperti fabel dengan tokoh-tokoh binatangnya. Namun, tidak sembarang fabel, Animal Farm sarat dengan simbol-simbol dari para tokohnya, seperti para babi yang terlihat baik, polos, dan jujur mau memperjuangkan para hewan lain, ternyata rakus terhadap kekuasaan. Sebagai pemakan segalanya, babi boleh dibilang pemakan segala, serakah dalam makanan. Begitu pula sosok yang digambarkan Orwell melalui Napoleon sebagai babi yang rakus, licik, dan menempuh segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya. Napoleon tidak segan-segan menyingkirkan sahabatnya dalam pemberontakan--Snowball--menjadi pesakitan dan memfitnah sana-sini. 

Ada satu lagi tokoh bernama Boxer, yaitu seekor kuda yang sangat setia pada pimpinan dan masih percaya dengan cita-cita luhur para hewan, termasuk Napoleon. Sayangnya, kehidupan Boxer berakhir begitu sedih. Ketika ia cedera dan tidak bisa bekerja lagi, Napoleon malah mengirim Boxer ke rumah jagal, bukan ke rumah sakit hewan, hanya karena Boxer tidak bisa membaca apa yang tertulis di kereta yang membawanya. 



Membaca buku ini seperti membaca kehidupan bernegara dan berpolitik yang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Seorang tokoh yang  dielu-elukan akan membawa perubahan yang lebih baik untuk negara telah menjadi seorang pemimpin. Namun, seiring berjalannya waktu, ia malah mengkhianati kepercayaan dan pengorbanan orang-orang yang mendukungnya demi keuntungan sendiri. Bisa jadi tokoh tersebut akan melanggengkan kekuasaannya dengan menabrak pakem sana-sini. Pesan dalam cerita ini sangatlah jelas dan disampaikan seperti dongeng yang menyayat hati. 

Selamat membaca. 


You Might Also Like

0 komentar