Indonesian Damn Good! Cartoon (Kumpulan Kartun Juara): Kartun Karya Empat Kartunis Indonesia
Juli 31, 2016
Saya kenalan dengan dunia kartun—mungkin sama dengan banyak orang—ketika
saya masih kecil. Tahu, kan, surat kabar Poskota? Nah, salah satu yang membuat
saya tahu apa itu kartun yaa dari Poskota. Di surat kabar ini, diselipkan yang
namanya Lembergar (Lembaran Cerita Bergambar) yang isinya komik strip, mulai dari yang suka nyindir-nyindir, lucu, sampai yang “krik-krik”. Gambarnya menarik dan
hampir semua kartunis punya ciri khas masing-masing. Di Lembergar ini, komik
strip yang bisa dikatakan primadonanya karena adanya di paling kiri atas
(biasanya kiri atas awal mula orang membaca) adalah kartun Doyok. Sepanjang
yang saya baca, kartun Doyok ini suka nyindir-nyindir, terutama soal kebijakan. Nah, saat ini, saya enggak tahu apakah kartun Doyok ini masih ada atau enggak karena kartunisnya sudah meninggal dunia. Konon, sih, mau dilanjutkan, tetapi merujuk kartun online Poskota, kartun Doyok kok enggak kelihatan. Ada juga Ali
Oncom, Otoy, Ucha, Noni, Minul (kalau gak salah), dll. Karena ada dua lembar
atau empat halaman (seingat saya sih segitu ya), ada banyak komik strip. Saya
suka Noni karena gambarnya sederhana dan kisahnya tentang anak perempuan pake overall biru dengan rambut panjang yang kocak. Bahkan, ada gambar yang bagus banget—realis
yang cantik dan ganteng—dengan kisah percintaan. Saya pernah nih ngikutin kisahnya
hahaha. Sekarang, Lembergar Poskota sudah bisa dinikmati online dengan kualitas
gambar yang lebih bagus daripada cetakan di korannya. Tapi, komik stripnya
enggak sebanyak dulu. Sekarang yang masih bertahan adalah Ali Oncom, Otoy, dan
Ucha ditambah ada kartun yang gak saya tahu. Penasaran? Silakan meluncur ke
Poskota Animasi.
Kartun dalam dunia persuratkabaran bukan lagi barang baru. Sekarang,
hampir semua surat kabar besar punya divisi untuk para kartunis berkarya.
Bahkan, kehadiran kartun itu menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu karena
biasanya para kartunis lebih peka dengan masalah sosial yang terjadi di
masyarakat ketimbang masyarakatnya sendiri. Salah satunya Kompas yang juga
punya bagian untuk komik strip. Yang paling terkenal adalah Panji Koming serta
Benny dan Mice. Sekarang, tinggal Mice aja karena Benny berkarya untuk hal
lain. Tapi, kartun Benny dan Mice memang jadi fenomenal karena begitu hebatnya
mereka membuat sindiran kepada masyarakat.
Kartun itu sebenarnya enggak hanya komik strip yang terdiri atas
beberapa panel atau tampilan. Tapi, bisa juga hanya satu panel saja. Panel itu
apa sih? Menurut Cecolini, panel itu adalah satu penggalan cerita komik yang
berisi kata-kata, balon kata, dan gambar. Kadang-kadang, ada kartun yang hanya
memuat satu panel atau tampilan aja—tidak perlu kata-kata atau balon kata,
cukup gambar aja. Kalau kartun hanya satu tampilan, biasanya kartun editorial
yang isinya sindiran (kecenderungannya politik, sosial, atau masalah lainnya). Kartun
jenis ini umumnya adanya di surat kabar.
Saya yakin bahwa kartunis Indonesia itu banyak banget dan karya-karya mereka
pasti luar biasa dengan ide-ide kreatifnya. Tapi, mungkin, saya—atau Anda—kurang
ngeh dengan keberadaan kartun di surat kabar karena umumnya ruang yang
diberikan hanya sedikit di antara tulisan yang banyak, terutama kartun
editorial. Sepertinya sih begitu.
But, don’t worry, untuk mengenal kartun dengan satu tampilan yang
biasanya nongol di surat kabar, Gramedia Pustaka Utama (GPU) membukukan
kumpulan kartun terbaik karya anak bangsa dengan judul Indonesian Damn Good!
Cartoon: Kumpulan Kartun Juara tahun 2010. Menurut saya, ini salah satu buku
eksklusif karena seluruh halamannya berwarna dan pangsa pasarnya sepertinya gak
hanya menyasar orang Indonesia, tapi orang di luar Indonesia sehingga ditulis juga dengan bahasa Inggris—jadi buku dwibahasa.
Indonesian Damn Good! Cartoon (2010) |
Buku kumpulan ini memang menampilkan karya terbaik dari kartunis
Indonesia karena beberapa karya-karya dalam buku ini adalah pemenang kartun
terbaik di ajang kartun di seluruh dunia. Jadi, yaa, benar-benar pilihan.
Siapakah para kartunis itu?
Ada empat kartunis Indonesia yang ditampilkan di buku ini. Mereka
adalah Arif Sutristanto, Didie SW, Jitet Koestana, dan Thomdean. Keempat kartunis
ini memang sudah lama berkecimpung dalam dunia perkartunan dan persuratkabaran
karena keempatnya adalah kartunis untuk tabloid dan koran (jika melihat
sepenggal biografinya). Karya-karya mereka di buku menyoroti permasalahan
global, seperti lingkungan, perang (occupation), korupsi, atau masalah sosial
lainnya.
Buku ini dibagi dalam sembilan bab (chapter). Setiap bab itu
menampilkan kutipan (quotes) dari tokoh-tokoh terkenal yang relevan dengan
kartun yang ditampilkan. Misalnya, Chapter 1 menampilkan quote “The Goal of
Life is Living on Agreement with Nature (Zeno, Greek Philosopher)”. Yang
ditampilkan di bab ini adalah kartun-kartun yang berhubungan dengan isu lingkungan.
Chapter 1 |
Bab-bab selanjutnya juga menampilkan isu-isu yang diawali dengan
kutipan dari tokoh-tokoh terkenal. Saya tidak menampilkan seluruh bab, tetapi
saya akan menampilkan beberapa karya dari para kartunis yang saya anggap
menarik.
Kartun karya Arif Sutristanto |
Kartun Karya Arif Sutristanto |
Kartun Karya Didie SW |
Kartu Karya Didie SW |
Kartun Karya Jitet |
Kartun Karya Jitet |
Kartun Karya Thomdean |
Kartun Karya Thomdean |
Menarik,kan? Buku ini layak kok untuk dijadikan koleksi karena jarang
kartun-kartun editorial dibukukan, beda dengan buku komik karya anak
bangsa yang sekarang udah lumayan banyak diproduksi. Melalui kartun, bahasa
njilmet untuk permasalahan global tidak masuk hitungan. Yang dibutuhkan untuk
kartun adalah bahasa simbol yang juga bisa dimengerti secara universal dan
global. Jadi, dengan kartun satu tampilan pun, pesan yang ingin disampaikan
bisa ditangkap oleh pembaca. Nah, itulah yang ingin ditampilkan oleh empat
kartunis ini: Arif Sutristanto, Didie SW, Jitet Koestana, dan Thomdean. Semoga—dengan
kartun-kartun ini—ada yang tersindir, tertampar, atau mungkin tertohok.
Dulu, saya bercita-cita menjadi orang yang jago gambar, tapi belum pernah
sampai sekece para kartunis. At least, karya-karya mereka bisa membuat
orang-orang seperti saya (yang mau belajar gambar kartun) termotivasi untuk bisa
seperti mereka, memenangkan ajang-ajang kartun internasional. Harapannya sih
seperti itu J.
0 komentar