Raditya Dika dalam Cinta Brontosaurus dan Koala Kumal
April 16, 2017
Sepertinya, enggak mungkin banget kalau anak zaman sekarang enggak kenal
Raditya Dika. Dari pekerja—seperti saya—hingga anak SD, rasanya tahu siapa itu
Raditya Dika. Tak terkecuali ponakan saya yang ketika saya membaca Koala Kumal,
dia langsung bilang, “Bukunya Raditya Dika ya.” Wow! He’s so famous. Saya membatin sambil menganga kagum.
Jujur, saya bukan pembaca blognya dan saya tahu bahwa dia seorang blogger ketika bukunya sudah terbit.
Agak kudet sih :D. Tapi, supaya kekinian, saya pun penasaran dengan
tulisan-tulisan Raditya Dika yang sudah dibukukan. Ada dua buku yang saya baca,
yaitu Cinta Brontosaurus dan Koala Kumal. Keduanya bukan buku pertama
yang mengangkat namanya Raditya Dika, tetapi masuk dalam kategori bestseller. Bukunya laku di mana-mana
dan tentunya royaltinya juga enggak sedikit, kan, ya?
Cinta Brontosaurus dan Koala Kumal sama-sama diterbitkan oleh
Penerbit Gagas Media yang markas besarnya ada di Jl. H. Montong, Jakarta
Selatan. Cinta Brontosaurus merupakan
buku kedua dan diterbitkan pertama kali tahun 2006. Nah, buku yang saya pegang
ini merupakan cetakan kedua. Sementara Koala
Kumal merupakan buku ketujuh dan diterbitkan pertama kali tahun 2015. Untuk
Cinta Brontosaurus, saya membacanya
sudah cetakan kedua tahun 2008; sedangkan untuk Koala Kumal, saya membacanya sudah cetakan keempat tahun 2015.
Sepertinya yang lebih laku itu yang Koala
Kumal dibanding Cinta Brontosaurus.
Mungkin, tampilan Koala Kumal lebih
menarik dibanding Cinta Brontosaurus :D.
Dalam Cinta Brontosaurus, ada
13 kisah yang diangkat Raditya Dika. Seperti apa kisahnya, nah saya akan
mencoba menulis sari dari kisah-kisah tersebut. Pada “Revenge of the Bom Bom
Car”, Dika berbicara mengenai mobil Timornya yang lecet di mana-mana karena
mobil itu adalah mobil yang dia pakai untuk belajar menyetir. “Ingatlah Ini Sebelum
Memakai Sarung” bercerita mengenai sarung Dika yang melorot saat manggung
ketika TK. Ironisnya, dia enggak pakai kolor. Jadinya, Mr. P keliatan banyak
orang. Kisah “Cinta Brontosaurus” merupakan curhat Dika saat SD. Ketika itu,
Dika naksir cewek yang kebetulan sudah punya pacar. Cerita ini adalah awal mula
mengenai pertanyaan dia soal cinta monyet. Ketika kecil, kalau suka, ya suka
aja. Beda dengan orang dewasa. Menurut dia, orang dewasa lebih primitif
dibanding cinta anak kecil karena orang dewasa lebih ribet dalam urusan cinta.
Makanya, disebut cinta brontosaurus. Kisah di Balik Jendela adalah tulisan Dika
mengenai kegalauannya saat putus cinta.
Tulisan selanjutnya adalah “Venus” yang masih bicara soal cinta monyet
Dika ketika SMP. Saat itu, dia akan menembak seorang cewek bernama Katie dengan
pager (alat komunikasi sebelum ponsel) dan tanpa pernah ketemu. Ketika dia mengirim
foto dan biodata, si cewek langsung ilfeel
karena foto dan biodata si Dika terlihat seperti anak kecil. Padahal, Dika
sudah memilih foto yang paling kece di antara foto yang dia punya. Di sini,
Dika sadar bahwa laki-laki dari mars dan perempuan dari venus yang ternyata
sifatnya beda banget. Kemudian, judul selanjutnya adalah “Operasi Kuku” yang
bercerita soal kuku cantengan yang akan dioperasi. Di kisah “Awas, Menular!”,
Dika curhat mengenai sakit diarenya yang berdarah. Ada temannya mengatakan
sakitnya adalah sakit distemper, yaitu diare berdarah untuk anjing. Pada “Kantong
Ajaib”, Dika mencoba menghubungkan antara sosok Doraemon yang tiba-tiba
dikangenin oleh ceweknya dan sosok dirinya yang dibentuk seperti cowok yang
diinginkan si cewek.
Cerita selanjutnya berjudul “Satu Sampai Seratus”, yaitu cerita Dika
mengambil kelas bahasa Prancis. Pada saat ujian, dia mendapat contekan kertas
entah dari siapa yang isinya angka 1 sampai 100. Karena pede kalau itu contekan
yang benar, Dika copy paste jawaban itu. Alhasil, nilainya yang dia dapat
adalah 0 karena bahasanya bukan Prancis, tetapi bahasa Jerman. Dalam “Banana”,
Dika menceritakan pengalamannya ketika homestay di Australia. Pemilik rumah
tempat dia tinggal sebenarnya baik, hanya anaknya yang iseng dan suka ngerjain.
Dika sebel banget sama anak itu. Hingga suatu hari, ketika lagi ngerjain Dika
dan temannya, si anak itu gak sengaja melempar bola ke pajangan pisang ibunya
hingga pecah. Si anak ketakutan, tapi Dika malah nakutin si anak karena telah
merusak barang ibunya. Karena takut diaduin, si anak akhirnya manis banget sama
Dika dan temannya. Pada “Bakpao Raksasa”, Dika mendapat tugas membuat film
bareng teman-temannya. Dia merupakan pemeran utama di film pendek itu dengan
adegan lagi mandi. Karena ingin terlihat kayak mandi beneran, si Dika menurunkan
celananya. Agak ke bawah dan sepertinya kelihatan bokongnya. Tanpa
sepengetahuan Dika, filmnya ternyata dijadikan bahan ajar di kelas bahasa. Tidak
hanya itu, filmnya bahkan dijadikan bahan belajar untuk sekolah lain.
“X + Mak Comblang = Y” merupakan kisah Dika ketika naksir cewek bernama
Alin. Karena dia bukan teman Alin, dia membutuhkan bantuan dari temannya
bernama Vina yang bakal menjadi mak comblang. Si Vina memberikan banyak saran
hingga suatu kali dia memberanikan diri untuk menembak Alin. Ternyata, si Alin sudah
punya pacar dan Vina malah cengengesan, sengaja enggak memberi tahu dia.
Padahal, si Dika sudah pedekate yang parah. Di “Cinta Kucing”, Dika berbicara
mengenai hewan peliharaan dia dan keluarga. Pertama, kucing kampung yang
namanya Pupus. Kedua, kucing persia bernama Neko. Karena Pupus suka sirik sama
Neko, si Dika memutuskan untuk membuang kucing itu. Tapi, membuang kucing itu
gampang-gampang susah karena si Pupus balik lagi hingga si Pupus pergi beneran.
Beda dengan Pupus, Neko dirawat abis-abisan. Hingga suatu saat, Neko juga
menghilang setelah satu bulan naksir sama kucing tetangga.
Berbeda dengan Cinta Brontosaurus
yang memiiki13 kisah, Koala Kumal menyajikan
12 kisah Raditya Dika, lebih sedikit satu kisah. Kisah yang pertama berjudul “Ada
Jangwe di Kepalaku”. Kisah ini merupakan kisah sahabat kecil Dika. Ketika masih
kecil, dia dan teman-temannya hobi bermain petasan. Namun, lama-lama, mereka
memisahkan diri karena seorang teman malah ingin memaksakan kehendaknya. Pada
kisah kedua berjudul “Ingatlah Ini Sebelum Bikin Film”, Dika bercerita mengenai
ketakutannya ketika membuat film Cinta
Brontosaurus. Di film itu, dia mengutip ucapan sang ayah, tetapi ia takut
sendiri ketika filmnya sudah keluar. Ia takut ayahnya akan marah. Nyatanya,
ayahnya enggak marah, hanya kecewa karena enggak ada adegan ciumannya. Kisah
yang ketiga berjudul “Balada Lelaki Tomboi” yang bercerita mengenai gebetannya yang
bernama Deska. Si Deska ini memiliki hobi yang agak beda dari cewek kebanyakan.
Deska senang olahraga dan sepertinya lebih perkasa dibanding Dika. Mereka
jadian walau berbeda banyak. Mungkin bisa saling melengkapi karena Dika
kebanyakan mengikuti keinginan Deska. Lama-kelamaan, Deska putus dengan Dika
karena hati Deska beralih ke teman lamanya yang sifatnya juga berbeda dengan
Deska dan Dika, yaitu sosok yang cenderung tidak menuruti keinginan Deska.
Kisah selanjutnya berjudul “Panduan Cowok dalam Menghadapi Penolakan”. Di
tulisan ini, Dika menulis serba-serbi cowok ditolak cewek. Misalnya, dia langsung
ngomong kasar, dia lebih memilih pendidikan, dia telat membalas message, dia nge-crop
foto kamu, dia bilang horoskop kalian tidak cocok, dia gak pernah mau diajak
nonton, dan dia menyamakan kamu dengan setan. Pada “Kucing Story”, Dika bertemu
dengan mantan pacarnya. Mereka bicara soal peliharaan. Dika ingin memiliki
peliharaan hingga dia mencari kucing di tempat pengembangbiakan kucing. Ada
satu yang menghampiri dia. Di kisah ini, dia ingin mengartikan bahwa mencari
peliharaan seperti mencari jodoh. Di tempat yang baik dan memang tempatnya belum
tentu ketemu, tapi di tempat yang tak terduga ketemunya. Tulisan “LB” ini
bercerita mengenai pengalaman Dika dalam menggunakan aplikasi tinder. Di
aplikasi itu, ia bertemu cewek dengan status LB. Setelah tahu bahwa LB
singkatan dari lady boy, dia langsung
ngacir. Dalam “Perempuan Tanpa Nama”, Dika bicara soal perempuan yang pernah
ditaksir, tetapi tidak pernah tahu siapa namanya. Dalam angan-angan, dia
berharap tahu, nyatanya enggak pernah tahu juga.
Pada “Menciptakan Miko”, Dika berbicara mengenai acara TV yang dibuat
oleh dia. Karena enggak suka dengan acara televisi kebanyakan, Dika pun membuat
acara sendiri. Awalnya, dia upload di
Youtube, lama-lama dikontrak oleh televisi. Bagian ini adalah kisah suka duka
ketika dia membuat Miko. Kisah berikutnya berjudul “Lebih Seram dari Jurit
Malam”. Di sini, Dika bercerita mengenai jurit malam pada saat SMP. Saat itu,
Dika menjadi kakak kelas yang berusaha tidak terlihat takut di mata adik
kelasnya, tetapi Dika malah tidak kalah penakutnya dengan si adik kelasnya. Dan,
sepertinya si adik kelasnya ini naksir dengan Dika, tetapi tidak terucapkan. “Patah
Hati Terhebat” merupakan kisah teman Dika yang mengalami patah hati terhebat
dalam hidupnya karena pacarnya yang sudah klop dengan dia harus meninggal dunia
karena kecelakaan. Akhirnya, si teman Dika enggan untuk pacaran karena dia
trauma takut untuk kehilangan lagi.
Tulisan “Aku Ketemu Orang Lain” adalah salah satu kisah cinta Dika yang
diputusin oleh pacarnya. Hubungan LDR yang dijalanin Dika dan pacarnya tidak
seperti dugaannya. Dika pun putus dengan sang pacar. Kata sang pacar, “Aku
ketemu dengan orang lain.” Kisah terakhir dalam buku ini berjudul “Koala Kumal”.
Tulisan ini merupakan kesimpulan Dika dari keseluruhan cerita yang ada di Koala
Kumal, yaitu mengapa dia memilih judul Koala Kumal dan mengapa isinya soal
patah hati.
Kisah-kisah yang disajikan Raditya Dika dalam dua bukunya merupakan kisah
sehari-hari yang mungkin terjadi pada banyak orang. Apalagi kebanyakan latar
belakang ceritanya adalah masa-masa 90-an yang nyambung banget dengan masa-masa
saya dulu. Proud to be 90s. Kisah-kisah
ini juga dikemas dengan bahasa yang ringan dan kocak hingga bikin tertawa,
misalnya pada saat dia menulis “Panduan Cowok dalam Menghadapi Penolakan”. Ini
adalah bagian terlucu versi saya sebagai perempuan karena saya pernah melakukan
semuanya :D, bukan mengalaminya.
Dua buku ini merupakan buku yang menarik. Boleh juga sebagai penghibur di
kala stres melanda. Cocok banget untuk
orang-orang yang merasa tertekan dengan banyak hal. Membaca buku ini tidak
perlu berpikir keras karena life is so
simple, don’t make it complicated :).
Happy reading!
0 komentar