Room: Ketika Dunia Hanya Sebesar Kamar Tidur
Juni 02, 2017
Kadang saya merasa bahwa kamar adalah sanctuary saya dalam banyak hal.
Tempat saya merenung, istirahat, tidur, bahkan menghasilkan ide-ide yang
menurut saya menarik. Kamar itu harus dibuat senyaman mungkin supaya betah dan
bisa terus-terusan menjadi tempat menghasilkan karya. Namun, apa jadinya jika
ada orang yang tidak pernah keluar dari kamar? Walaupun dibuat senyaman
mungkin, pastinya juga akan stres dan tertekan. Ya, ini karena sifat dasar
manusia yang disebut sebagai makhluk sosial bahwa manusia perlu berinteraksi
dengan orang lain atau bersosialisasi. Jika ada orang yang enggan keluar dari
kamarnya dalam jangka waktu yang lama, mungkin ada masalah dengan otaknya dan
mungkin kejiwaannya.
Berbicara tentang kamar, Emma Donoghue menulis novel berjudul Room yang
tentunya mengangkat tema kamar. Novel tersebut sudah diterbitkan pertama kali
oleh Little, Brown and Company pada tahun 2010. Kemudian diangkat ke layar
lebar pada tahun 2015. Pada tahun 2016, film Room masuk nominasi Golden Globe
Award untuk kategori Film Terbaik dan memenangkan Academy Awards untuk kategori
aktris terbaik. Pada tahun yang sama pula, novel ini baru diterjemahkan oleh
Penerbit Noura Books ke dalam bahasa Indonesia.
Cerita bermula dari anak laki-laki bernama Jack yang sedang berulang
tahun kelima. Ia bahagia sekali karena usianya sudah lima tahun dan Ma akan
memberikan kado untuknya berupa gambarnya. Jack berambut panjang karena Ma
tidak pernah memotongnya dan dia masih mimik susu langsung dari Ma. Jack dan Ma
tinggal di sebuah kamar yang di dalamnya terdapat toilet dan tanpa jendela,
hanya ada jendela di langit-langit yang menatap ke angkasa. Ia dan Ma tidak
pernah keluar dari kamar itu sejak Jack lahir di atas sebuah karpet. Namun,
Jack memiliki segalanya di kamar itu. Dia punya Meja, Tempat Tidur, Lantai,
Dinding, Televisi, Lemari, Kursi, Karpet, Langit-langit, dan benda-benda lain
yang dianggap temannya. Dia dan Ma melakukan
aktivitas di kamar itu: bernyanyi, memasak, mencuci baju, membaca buku, atau
menonton televisi. Dia sangat menyukai Dora yang sudah seperti teman untuknya. Tidak
ada dunia lain baginya, selain kamarnya itu. Dan, seperti kata Ma bahwa semua
yang ada di televisi itu tidak nyata karena hanya dia, Ma, dan Nick Tua yang
nyata.
Jack tidak pernah tahu siapa Nick Tua itu. Ma tidak pernah mengizinkan
dia menemui Nick Tua. Setiap kali Nick Tua datang melewati pintu yang berbunyi
bip bip, dia pasti akan masuk ke dalam lemari, lalu Jack akan menghitung berapa
kali tempat tidur Ma itu akan berderit. Namun, Nick Tua tahu ulang tahunnya dan
membawakan dia hadiah yang berupa mobil-mobilan dengan remote kontrol serta
traktiran minggunya yang berisi daftar pesanan Ma dan Jack. Dia juga membuang
sampah Ma dan Jack ke luar agar kamar selalu bersih, tidak ada hewan pengerat
atau serangga yang masuk.
Suatu malam, Jack pernah membuat Nick Tua marah. Dari dalam lemari, Jack
menyalakan remote kontrolnya dan membuat mobil-mobilan yang berada di atas rak
jatuh menimpa wajahnya. Kata Ma, Nick Tua ketakutan hingga ia segera pergi dari
kamar itu. Pada malam yang lain, Jack mendengar pembicaraan antara Ma dan Nick
Tua. Bahwa, Ma minta dibelikan vitamin supaya tidak sakit, tetapi Nick Tua
kesal karena vitamin dan dia sudah dirumahkan sejak enam bulan lalu. Bahkan,
Nick Tua tidak menjawab ketika Ma bertanya apakah Nick Tua punya utang. Malam
itu, Nick Tua tidur di kamar itu. Jack sempat keluar dari lemarinya dan melihat
Nick Tua berbaring di tempat tidur. Nick Tua tidak berteriak, tetapi
menyapanya, “Hai, Nak.” Namun, Ma berteriak dan menyuruh Jack pergi menjauh
dari Nick Tua yang kesal kepada Ma yang bilang jangan mendekati Jack. Setelah
itu, Ma bilang bahwa dunia di luar sana dan dunia yang ada di televisi adalah
nyata. Semuanya nyata di luar sana.
Ma memiliki rencana untuk keluar dari kamar dan Jack tidak suka dengan
rencana Ma karena dia dilibatkan dan dia begitu takut. Rencana A Jack sakit dan
harus ke dokter. Kepada dokter, Jack harus minta tolong untuk menyelamatkan Ma.
Namun, rencana A tidak berhasil karena Nick Tua tidak mau membawa Jack ke
dokter dan Jack belum tercatat sebagai warga. Rencana B Jack pura-pura mati
dengan tubuh Jack digulung dalam karpet. Awalnya Jack tidak mau, tetapi Ma
terus membujuk Jack agar mau karena dunia yang ada di televisi adalah nyata di
luar sana.
Rencana B berhasil dan Jack diselamatkan oleh seorang laki-laki yang
segera menelepon polisi untuk mengejar Nick Tua yang kabur dengan truknya. Polisi
menjemput Ma di kamar dan setelah beberapa lama pencarian, akhirnya Nick Tua
berhasil ditemukan.
Ma bahagia karena bisa terbebas, tetapi tidak untuk Jack karena dia perlu
belajar memahami begitu banyak informasi di dunia luar dibanding kamarnya. Kadang,
dia ingin kembali ke kamar, tetapi Ma tidak mau kembali ke sana. Butuh waktu
untuk Jack untuk bisa belajar hal baru di dunia luar itu hingga ia bisa
mengucapkan selamat tinggal untuk kamarnya dan segala benda yang sudah menjadi
temannya sejak ia lahir hingga sekarang ini.
Membaca kisah berbau kriminalitas dari sudut pandang anak kecil rasanya
aneh, ya? Ketika pertama kali saya membaca buku ini, perlu beberapa hari untuk
bisa masuk dalam dunia Jack. Apa yang dia lihat, itu yang dia kisahkan, seperti
hubungan batin yang unik antara Jack dan benda-benda di
sekelilingnya—seolah-olah benda itu teman yang diperlakukan dengan cukup
manusiawi. Bertahun-tahun, Jack merasa nyaman dengan semua hal yang dia miliki
saat berada di kamar dan merasa aneh dengan dunia luar yang nyata.
Donoghue sangat cerdas menggambarkan secara detail perasaan Jack ketika dunianya
hanya sebatas kamar itu. Bahkan, melalui penggambaran itu, saya merasa bahwa
dunia Jack dalam kamar itu bukanlah suatu penyekapan, tetapi sesuatu yang
membuat saya harus menduga-duga mengapa Ma dan Jack terjebak di sana. Namun,
asumsi saya mengenai bahagianya Jack pun berubah ketika Donoghue menggambarkan
kembali bagaimana berdebarnya Jack yang tidak pernah bertemu orang lain, selain
Ma dan Nick Tua, berusaha lari dan meminta pertolongan. Kemudian, saya pun tahu
bahwa kisah keseluruhan adalah soal penyekapan. Dan, penyekapan itu adalah
kejahatan.
Memang, kisah ini bukan kisah yang manis. Kisah ini penuh dengan ironi
yang diceritakan dari sudut pandang anak kecil. Mungkin, akan menjadi getir dan
menyedihkan jika kisah ini digambarkan dari sudut pandang Ma. Mirip dengan kisah
penculikan dan penyekapan yang terjadi di Cleveland, Amerika Serikat.
Pastinya, buku ini amat bagus untuk dibaca karena Donoghue berhasil
membuat saya penasaran untuk tahu, apa sih yang terjadi dengan mereka. Memang,
detailnya penggambaran perasaan Jack mungkin agak membosankan, tetapi mungkin
perlu waktu untuk bisa tenggelam dalam dunia Jack. Ya, harus diakui pula bahwa
Donoghue cerdas untuk mengangkat tema orang dewasa, tetapi dari sudut pandang
anak kecil. Mengapa? Karena, bagi saya, sulit sekali bercerita dari kacamata
anak kecil, sedangkan si penceritanya adalah orang dewasa.
Selamat membaca :),
0 komentar