The Mysterious Affair at Style: Perkenalan Poirot dan Hastings
November 06, 2018
Ketika nama Agatha Christie disebutkan, tentu kita akan mengingat bahwa ia adalah penulis fiksi cerita-cerita kriminal. Namanya selalu disandingkan dengan Arthur Conan Doyle yang terkenal dengan Sherlock Holmes, sedangkan ia terkenal dengan sosok Hercule Poirot.
Siapakah Hercule Poirot? Singkatnya, Poirot adalah seorang mantan polisi Belgia yang tinggal di Inggris karena sesuatu terjadi dengan negaranya pada saat itu alias pengungsi dari negaranya akibat huru-hara peperangan. Ia disebut-sebut berteman dengan Hastings--seorang tentara di Angkatan Perang Inggris. Melalui Hastings, Poirot diperkenalkan karena penceritaan kisah berdasarkan sudut pandang Hastings. Peran Hastings ini mengingatkan saya dengan Dr. Watsons dalam kisah Sherlock Holmes.
Kisah Mysterious Affair at Styles bermula dari pertemuan Hastings dengan John Cavendish yang tanpa sengaja. John Cavendish adalah kawan lama Hastings walaupun mereka tidak terlalu akrab. Mereka bercakap-cakap sambil bernostalgia hingga John Cavendish mengundang Hastings untuk mampir ke rumahnya di Style. Hastings pun setuju untuk mampir dan menginap di Style karena dia pun tidak tahu harus ke mana setelah cuti perang.
Di Style, Hastings dikenalkan kepada para penghuni Style. Sang ibu yang ternyata adalah ibu tiri John Cavendish sudah menikah lagi dengan seorang pria yang jauh lebih muda darinya, yaitu Alfred Inglethorp. Menurut John, Alfred adalah parasit di keluarga Cavendish. Ada pula Mary Cavendish (istri John), Emily Inglethorp (ibu tiri John dan Lawrence), Lawrence Cavendish (adik John), Evelyn Howard (orang terdekat Emily Inglethorp), Cynthia Murdock (anak asuh Emily), dan Dr. Bauerstein (tetangga yang ahli dalam dunia racun).
Kedatangan Hastings ke tempat tersebut sebenarnya biasa saja, tetapi ada hal yang dicurigai ketika Evelyn pergi dari rumah dan memberi pesan kepada Hastings untuk mengawasi setiap orang yang ada di rumah tersebut. Pasalnya, semuanya sedang kesulitan keuangan dan sangat menginginkan warisan dari Emily jika perempuan itu meninggal dunia. Tak beberapa lama setelah kepergian Evelyn, Emily ditemukan tewas di kamarnya.
Keluarga Cavendish pun panik. Bagaimana sang ibu dapat tewas di kamarnya sendiri, tanpa ada orang yang bisa mengaksesnya? Kebingungan itu membuat Hastings berpikir untuk memanggil Hercule Poirot--seorang pensiunan polisi Belgia--yang mencari suaka di Inggris. Cavendish pun mengiyakan usul Hastings asal tidak ada publikasi. Poirot yang kawan lama Hastings pun bersedia membantu karena Nyonya Inglethorp salah satu yang mau menampung para pengungsi Belgia.
Banyak orang yang dicurigai, terutama Alfred Inglethorp karena dia tidak ada di tempat kejadian dan dia adalah suami mudanya Emily yang bisa jadi mata duitan. Namun, pengakuan dan bukti tidak merujuk pada Alfred, apalagi dia memiliki alibi bahwa tidak ada di tempat. Evelyn pun kembali ke rumah di Style dan berduka atas kepergian Emily. Walaupun Evelyn dan Alfred sepupuan, ia sangat sengit menuduh Alfred sebagai pembunuh Emily. Ia sangat yakin Alfred hanya ingin harta dari janda tua.
Penyelidikan pun berlanjut. Setiap penghuni diinterogasi. Scotland Yard akhirnya terlibat dalam kasus yang sudah tercium publik. Poirot pun menyusun ulang strateginya untuk menangkap si pembunuh Nyonya Inglethorp. Dr. Bauerstein yang ahli dalam dunia racun pun dicurigai. Ia memang ditangkap polisi, tetapi penangkapannya tidak digembar-gemborkan oleh kepolisian karena tidak ada satu pun berita mengenai penangkapannya.
Tersangka baru dihadirkan dan kini menuju John Cavendish sebagai laki-laki tertua dalam keluarga Cavendish. Dengan berbagai pembelaan dan berbagai kronologi yang tidak masuk akal, John pun bebas. Hubungannya yang sempat renggang dengan Mary--gara-gara kejadian tersebut--menjadi lebih baik. Investigasi kembali dijalankan. Strategi lain dilakukan hingga pada suatu titik, terungkaplah siapa pembunuh Emily Inglethorp.
Alfred Inglethorp, seorang suami yang dibebaskan dari tuduhan dan sepupu jauh Evelyn Howard, adalah sang pembunuh. Ia tidak sendiri tentunya. Sang sepupu--Evelyn Howard--yang amat sangat mati-matian membenci Alfred dan sahabat baiknya Emily Inglethorp juga terbukti mengambil peran dalam pembunuhan tersebut. Mereka pun ditangkap dan tidak diberikan kesempatan untuk mengelak.
Poirot mengungkapkan pembunuhan tersebut secara teperinci dan berdasarkan metode yang selalu ia gaungkan. Hastings yang beranggapan dapat membaca arah pemikiran Poirot tak dapat menduga bagaimana investigasi kasus tersebut berujung. Hingga pada akhirnya, yang tidak memiliki niat jahat berakhir bahagia, sedangkan yang memiliki keinginan jahat berakhir dengan merana.
Agatha Christie menulis The Mysterious Affair at Styles sekitar tahun 1916, kemudian baru diterbitkan beberapa tahun kemudian, yaitu pada 1920 di Amerika Serikat dan 1921 di Inggris setelah mengalami beberapa kali penolakan. Di Indonesia, hak cipta penerbitan novel-novel karya Agatha Christie dipegang oleh Gramedia Pustaka Utama dan The Mysterious Affair at Styles diterbitkan pertama kali pada tahun 1987. Pernah juga buku ini diterbitkan oleh Penerbit Visi Media, tetapi tak lama buku terbitan Visi Media ditarik karena terkait dengan masalah hak cipta penerbitan.
Bagi saya, The Mysterious Affair at Styles merupakan buku yang menarik. Selain buku ini berhubungan dengan memecahkan misteri pembunuhan, buku ini juga merupakan karya pertama Christie yang diterbitkan hingga ia dijuluki sebagai queen of crime. Gaya penceritaannya juga mudah dipahami oleh saya yang kebanyakan membaca kisah masa kini. Tokoh-tokohnya memang cukup banyak dan perlu beberapa kali bolak-balik untuk mengingatnya. Tapi, cukup mudah dimengerti.
Apakah kisahnya gampang ditebak? Menurut saya sih enggak :D. Christie cukup piawai membuat alurnya bikin penasaran hingga pembaca mengira-ngira siapa penjahatnya. Dan, yang paling saya suka ketika kejahatan pelakunya terbongkar. Mengapa? Karena, pelakunya gak ujug-ujug muncul begitu saja seperti buku kriminal yang pernah saya baca. Christie memberikan petunjuk-petunjuk mengenai pelaku di beberapa bagian. Nah, ketika terbongkar, ekspresi pembaca akan seperti, “Oh, dia pelakunya,” bukannya, “Lha, pelakunya ini siapa? Perasaan enggak ada petunjuk apa-apa.”
Mungkin, karena genrenya misteri kriminal, dibutuhkan kepiawaian penulis untuk bisa luwes memasukkan petunjuk-petunjuk supaya pembaca merasa ikut serta dalam memecahkan misteri :).
Selamat membaca.
0 komentar