bisik-bisik tetangga

Januari 01, 2008

Sebenarnya, sudah lama saya mau menulis topik ini. Cuma masih menunggu waktu yang tepat untuk menulisnya. Kapan? Hari ini tentunya. Pas di hari perdana tahun 2008 saya ingin menulis bisik-bisik tetangga. Bukan lagunya Bunda Elvi Sukaesih lhooo...cuma bisik-bisik yang saya dengar saja.


Bisik-bisik itu seperti gosip. Iya juga sih? Tapi saya bukan ingin bergosip, hanya ingin berdiskusi (halah..siapa yang mau berdiskusi?) Mungkin, ini juga menyangkut diri saya. Ketika saya lulus S1, apa yang diharapkan lagi selain bekerja dan mendapat uang? Sepertinya, pola pikir seperti itu memang sudah ada di pikiran setiap manusia yang sudah menyelesaikan pendidikannya. Lulus kuliah, seharusnya kita bekerja di perusahaan-perusahaan. Jika perlu, gajinya besar agar menjadi kebanggaan keluarga. Sebaliknya, lulus kuliah, pekerjaan tidak kunjung saya terima. Hanya pekerjaan sana-sini yang saya ambil untuk melanjutkan hidup saya, tak seberapa memang tapi sangat membantu. Tidak ada yang dibanggakan dari pekerjaan itu selain ketawa-tawa melihat hidup saya yang masih cukup baik dibanding beberapa orang. Kala itu, saya sadar, susah ya mencari kerja...

Di kelas, dosen saya pernah menyarankan; jangan terlalu menjadi sekrup para kapitalis. Intinya, jangan mau dijadikan pekerja-pekerja yang orientasinya hanya memikirkan uang dan uang; karena uang juga bukan akhir dari segala kebahagiaan. Benar juga sih, karena kebanyakan dari kita bersedia menjadi orang-orang yang rela dituntut oleh waktu-waktu yang diatur para penguasa kapitalis. Masalahnya, dunia serasa digenggam oleh orang-orang seperti itu. Lagi pula, mana bisa memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan kalau orang-orang tidak mau menjadi bagian dari sekrup kapitalis. Ya salah satunya adalah saya.

Kerja itu pastinya berhubungan dengan gaji. Semakin besar gaji, semakin bangga diri seseorang. Iya gak sih? Saya sempat merasa "diinjak-injak" ketika saya akan digaji di bawah apa yang saya harapkan. Saya menolaknya karena tidak sesuai standar yang biasanya saya dapatkan. Ketika gaji besar, semua hal dapat dibeli. Semua barang dapat dibeli dengan sangat mudah.

Gaji besar kadang membuat orang lupa. Apalagi, jika cantik. Nah, ini berhubungan dengan bisik-bisik tadi. Uang yang datang mungkin sangat berlimpah sehingga pendidikan formal yang berjuta-juta itu pun tak perlu lagi disandang. Mungkin, si bisik-bisik ini menganggap bahwa untuk apa sekolah tinggi-tinggi toh tak banyak uang yang didapat. Kalo pikirannya seperti itu sih, agaknya dapat dibenarkan juga kali yee...Pasalnya, pendidikan saya yang lebih tinggi dari si bisik-bisik ini tidak membuat saya memiliki mobil seperti dia. Bahkan, honor saya jauh di bawah garis kemiskinan daripada dia. Kadang-kadang, saya sempat kepikiran untuk ikut bekerja dengan dia. Namun, saya nggak kenal dia dan saya tidak secantik dia. Jadinya, saya mengurungkan niat saya. Lagi pula, saya juga tidak mau dibilang sebagai sekrup kapitalis. Saya ingin kritis, walau hidup dalam bayang-bayang pesimis.

Yaahhh..setelah dipikir-pikir, saya mau menjadi diri saya saja. Berusaha netral. Tidak berada di jalur orang-orang yang pesimis, tetapi juga tidak mau hidup menjadi sekrup kapitalis.

*Foto dari sini.

You Might Also Like

6 komentar

  1. it's true,..i don't work for money,..but i work for my own pleasure.. lol

    BalasHapus
  2. kalo gue mah yg penting duitnya.. hehehe

    BalasHapus
  3. Hmmm... ini yg disebut "paradigm" (yg kita berkutat didalamnya selama beberapa bulan terakhir ini, dan mungkin seterusnya... hiks). Dan setiap paradigma ga ada yang paling benar atau paling salah. Tapi kita sebagai makhluq beriman, mungkin bisa ngeliat juga dari paradigma "agama" (yg jarang kita gunakan). Membingungkan sebenarnya, cuma hikmahnya adalah kita jadi bisa memilih "kaca mata" yg pas buat kita. Karena tiap kita spesial! :)

    BalasHapus
  4. betull..kita semua memang sangat spesial...apalagi kalo dibandingin ama makhluk Tuhan yang laen, macam jin ato binatang

    BalasHapus
  5. Oho kok jadi bolak balik gini. Bekerja itu perlu gaji, kalau perlu gajinya gede dan halal tentunya. Penghasilan besar bisa merealisasikan kewajiban dan kesunahan agama kita dengan lebih mudah. Jangan terjebak dengan idiom skrup kapitaslis.

    BalasHapus
  6. Sering kali gaji besar itu didapat dari yg gak halal. Mungkin bukan gaji kali ya, tapi uang lain yg di luar gaji hehehehe... Kalo saya mah juga pengen kerja trus dapet gaji besar n halal hehehehe.. tapi juga gak mau terjebak ama idiom sekrup kapitalis hehehehe....

    BalasHapus