Sekilas The Dark (K)Night

Juli 28, 2008

Waktu ngumpulin paper akhir semester pendek (tepat Senin 21 Juli maren), ada celetukan dari teman saya, “Nonton, yuks...” Saya yang kala itu sedang sibuk mencatat hal-hal penting dari tesis para senior langsung mendongak mencari sumber suara. Lalu, si enchit bilang ke saya, “nonton yuk, Lur.” Saya mengangguk sambil bilang, “Yuuuks.” Maklum, sindrom orang stres dengan dua kehidupan dan agak-agak sedikit depresi, agaknya hiburan yang sekali-kali perlu juga. Hehehehehe. Padahal, akhir bulan dan kantong saat itu sangat-sangat menipis. Tapi, demi hiburan...bolehlah sekali-kali jalan.

Saya, enchit, puti, dan sopan akhirnya jalan ke Setiabudi yang lebih dekat dari kampus dan tempatnya yang oke-lah(tempat orang-orang kantoran makan siang soalnya). Sebenarnya, 21-nya tetep aja sama, gak ada beda. Karyawannya seragamnya sama, suasananya juga sama, apalagi kursinya yang juga sama. Nggak tau kenapa, 21 itu selalu jadi pilihan temen-temen di pasca. Saat itu, kami memutuskan nonton Batman. Uuuh...padahal saya berharap nonton Meet Dave karena satu-satunya film yang posternya si tokoh cerita tertawa lebaaaaaaaaaaar. Selebihnya, ada si Batman yang dengan logo trademarknya, si Angelina Jolie yang tangannya kurus banget sembari megang pistol, lalu ada tangan yang keluar dari mata yang judulnya The Eye (ngeliat poster film-nya aja sudah membuat saya merinding). Kalau nggak salah, film The Eye ini sebelumnya pernah dibuat oleh orang Asia dengan judul yang sama, tapi film Asia-nya agak kurang gereget. Gimana dengan film versi Hollywood? Ih, dibayarin sekalipun, saya nggak akan mau nonton film horor, bahkan beli DVD-nya.

Tibalah pintu teater dibuka. Seperti biasa, kami masuk ke dalam ruang itu dan duduk di bangku yang telah ditentukan. Iklan banyak berseliweran di awal permulaan film. Bahkan, si Sopan menyangka kalo iklan salah satu produk motor akan menjadi kendaraan yang digunakan oleh si Batman. Untungnya, nggak. Kalau iya, waah Batman bisa seperti jagoan saya, si Satria Baja Hitam dengan motor kerennya. Hehehehe...

Saya sempat ngomong ke enchit, “Kenapa sih judulnya The Dark Night? Kalimatnya nggak efektif ya? Udah malam, gelap lagi...Kalo malem kan pasti gelap.” Saya menggerutu kepada enchit yang mengiyakan saja. Dia cuma menanggapi ocehan saya dengan bilang, “Biar ada kata-kata kiasannya kali...Biar keren.” Sebenarnya, ocehan saya itu bodoh sekali. Entah karena saya nggak bisa baca atau layarnya yang gelap. Judulnya tentu bukan The Dark Night, tapi The Dark Knight. Ironisnya, kebodohan ocehan saya itu baru saya sadari dua minggu sesudahnya setelah melihat review dari internet. Dodol!!!


Sepertinya memang saya tidak pantas menonton film action, apalagi horor. Baru permulaan film, saya sudah menutup mata saya dengan tas. Padahal, adegannya tembak-menembak. Apalagi ketika si Joker (menurut saya, film ini hidup karena si Jokernya keren abis) melakukan manuver-manuvernya yang membuat saya sering kali tutup mata. Aah...tak sanggup melihat kesadisan itu. Sebenarnya, nggak sadis-sadis amat, buktinya si Puti dan Sopan masih tetep melek melihat adegan per adegan. Lebih-lebih Puti yang tidak akan berbicara selama film diputar. Tapi, lebih baik saya yang tutup mata daripada si enchit yang nendang-nendang saya (dipikirnya saya bantal kali yee?) saking gemesnya sama si Joker. Hingga film berakhir, saya pun bernapas lega karena film berakhir dengan cukup baik dan bagus, terutama si Joker yang membuat saya menutup mata.

Setelah hitung-menghitung jam masuk dan keluar, akhirnya saya dan enchit berkesimpulan, “lumayan bayar 15 ribu dengan film yang berdurasi cukup panjang.”

Foto dari sini.

You Might Also Like

2 komentar

  1. hahaha.. maap ya lur, sepanjang film gue nendang2, nyubit2, ngomong mulu, pokoknya berisik dan ribet deh..

    BalasHapus