Dongeng Tukang Tipu

Oktober 19, 2009



Don't do drugs because if you do drugs you'll go to prison, and drugs are really expensive in prison. ~John Hardwick


Quote ini seharusnya dicamkan oleh para pemakai narkoba yang ada di negara-negara yang menganggap bahwa narkoba itu adalah barang ilegal dan melanggar hukum. Narkoba, walaupun dipake sembunyi-sembunyi, tetap akan ketahuan juga. Entah oleh orang lain, keluarga, atau polisi. Kalau yang tahu orang lain, mungkin si pemakai akan dijauhi. Kalau yang tahu keluarga, mungkin bakal dimasukkin panti rehabilitasi. Yang parah kalau ketahuan polisi, ya masuk penjara. Siapa sih yang mau masuk penjara walau namanya lembaga permasyarakatan?

Seorang bernama Amfibi terlibat masalah narkoba. Sudah bertahun-tahun akrab banget dengan narkoba. Awalnya, keluarga gak peduli. Namun, karena banyak omongan kanan kiri, keluarga segera membawa Amfibi ke panti rehabilitasi. Maklum, nama keluarga ikut terbawa. Si Amfibi pun mau dan terlihat keinginan untuk sembuh. Tak tahunya...itu palsu. Si Amfibi cuma pembohong kelas berat yang mengelabui keluarga. Dia tetap menjadi pemakai.

Kasih sayang keluarga memang tak dapat diukur oleh panjangnya jala. Segala daya dan upaya dilakukan untuk membuat Amfibi bisa kembali dalam keluarga dan terlepas dari jeratan narkoba. Amfibi kembali dimasukkan ke panti rehabilitasi, mengunjungi orang-orang pintar, meminta nasihat spiritual orang-orang yang canggih beribadah, bahkan dijauhi oleh orang-orang yang dicurigai menjerumuskan Amfibi ke dalam narkoba. Proses ini berlangsung lama hingga bertahun-tahun. Bahkan, hingga keluarga pasrah dengan apa pun yang terjadi pada si Amfibi. Jika dia harus OD, keluarga menerima. Jika dia harus tertangkap polisi, keluarga juga pasrah. Itu memang jalan yang Amfibi pilih sejak bertahun-tahun yang lalu.

Suatu kali, dengan seorang teman sesama pemakai, Amfibi terkena razia kepolisian. Si teman ini bernama Poison Spider, anak seorang kaya raya yang hartanya melimpah, tapi sayang dia tak berpendidikan tinggi. Amfibi panik sepanik-paniknya orang yang tertangkap polisi. Poison Spider santai dan menelepon beberapa keluarga. Keluarganya pun datang. Mereka bernegosiasi dan mengeluarkan Poison Spider. Si Amfibi yang terpenjara pun kasak-kusuk minta dikeluarkan juga. Apa pun akan dia lakukan demi dikeluarkannya dari kerangkeng itu. Ujung-ujungnya, keluarlah duo sahabat ini dengan jaminan belasan juta rupiah. Uang tebusan konon memakai uang keluarga Poison Spider.

Keluarga Amfibi sebenarnya kaget. Bukan kaget karena Amfibi terkena razia dan ditahan, tetapi mereka kaget karena Amfibi bisa keluar dengan cepat. Rapat dua keluarga pun terjadi. Keluarga Poison Spider berusaha meminta bayaran kepada keluarga Amfibi. Namun, keluarga Amfibi yang bukan keluarga kaya tak punya uang untuk membayar itu semua. Harta Amfibi yang dinilai berharga pun disita keluarga Poison Spider hingga bisa terbayar utang yang belasan juta itu.

Karena merasa aneh dengan kejadian ini dan merasa curiga dengan Amfibi, keluarga pun menelusuri kembali peristiwa razia. Poison Spider yang tiba-tiba menghilang dan selalu bersembunyi, enggan menemui keluarga Amfibi untuk dimintai keterangan. Hanya seorang perwakilan keluarga Poison Spider yang bernama Venomous Snake,
yang mengaku bekerja di lembaga hukum yang sibuk kasak-kusuk menagih uang yang belasan juta itu.

Keluarga Amfibi mendatangi kepolisian, membuka berita acara, dan mencari kejelasan yang sedetail-detailnya mengenai kejadian ini. Uang jaminan belasan juta yang diminta keluarga Poison Spider pun diindikasikan tak ada. Jika ada, itu pun hanya satu atau dua juta. Poison Spider juga tidak pernah ditampilkan dalam rapat keluarga dan selalu disembunyikan oleh mediator Venomous Snake. Alasannya, ada di luar kota sedang menjalani pengobatan. Padahal, keluarga Amfibi melihat Poison Spider mondar-mandir di jalan. Hal lain adalah Venomous Snake selalu memburu keluarga Amfibi untuk membayar, membentak-bentak Amfibi, dan menakuti-nakuti kelurga dengan suaranya yang menggelegar itu. Lalu, untuk apa uang itu jika ternyata tak ada transaksi dengan polisi?

Akhirnya, persetujuan pun keluar. Venomous Snake tanpa tahu malu menyetujui separuh uang yang mampu dibayarkan oleh keluarga Amfibi dengan alasan uang pelicin dan menganggap persoalan antara Amfibi dan Poison Spider selesai.

Aneh sekali. Jika benar uang belasan juta itu keluar dari kantong keluarga Poison Spider, seharusnya ia tetap keukeuh posisinya yang belasan juta itu dan menampilkan Poison Spider dalam rapat keluarga dengan keluarga Amfibi. Sayangnya, yang selalu ditampilkan adalah Venomous Snake yang berusaha terlihat terpelajar, tetapi hanya membentak-bentak tak karuan. Ketika Venomous Snake menyetujui separuh dari belasan juta, bahkan hanya sepertiganya; berarti ada yang salah dengan peristiwa razia itu. Ada permainan di sana yang berusaha ditutup-tutupi dengan mengambil keuntungan dari kesusahan orang.

Venomous Snake adalah sejenis tukang tipu. Mempermainkan kepercayaan orang dengan mulutnya yang biru kelabu, menutup-nutupi sesuatu, dan mengambil keuntungan dari bisanya. Jenis ini ada di sekitar manusia-manusia.

Just be careful and stay away from drug! It's not good for you and people around you.

PS: I wrote this when I heard Requiem for A Dream soundtrack. Nice music...









*Foto dari sini.

You Might Also Like

2 komentar

  1. keren ceritanya, ikut tenggelam nih bacanya, snake memang lebih berbahaya dari poison spider, biarpun dia ga ngdrugs tapi otaknya lebih ngaco :D

    BalasHapus
  2. iyaa...otak venomous snake masih mikirin duit di saat orang sedang kesusahan. bukannya membeberkan kebenaran, malah sibuk menutupi aib, padahal aibnya semakin kelihatan. aneh memang si venomous snake ini...

    BalasHapus