Mampir di Tawangmangu
Juli 24, 2010
Karena Yogyakarta penuh dan macet, perjalanan road trip saya dilanjutkan dengan mampir di Tawangmangu. Di manakah Tawangmangu? Daerah ini ada di Kabupaten Karangayar, Jateng. Saya dan kakak saya sering menyebut daerah ini sebagai daerah Puncak-nya orang Solo. Karena daerah pegunungan, tentunya daerah ini dingin. Kata orang-orang sekitar Tawangmangu, kabut-kabut turun dan jalanan susah kelihatan sekitar pukul 15.00 atau 16.00. Sebelumnya, saya pernah juga di daerah itu sekitar pukul-pukul segitu, ternyata emang menyeramkan karena kabut seolah-olah menyelimuti jalan. Jalanan susye dilihat.
Di daerah ini, karena belum terlalu komersial seperti Puncak, udaranya lebih bersih dan sejuk. Hawa-hawa pegunungan masih terasa asri. Daerah ini adalah salah satu tempat favorit saya untuk mengambil foto di atas mobil berjalan. Foto utama blog saya yang pohon ada kabut-kabutnya dan profil picture saya diambil di tempat ini (ehem...ehem). Pemandangannya bagus dan keren. Pas momennya.
Memasuki daerah ini, ada biaya pungutan jalan untuk para mobil, terutama wisatawan. Awalnya, saya berpikir akan masuk ke tempat wisata, enggak tahunya memang minta biaya untuk masuk kawasan Tawangmangu. Biayanya sekitar Rp 5000 untuk tipe Kijang Innova dan mobil sejenisnya. Di sini, ada kawasan wisata namanya Gerojogan Sewu. Sayang, dua kali saya mampir ke tempat ini, dua kali itu pula saya enggak ke sana. Jadi, saya tetep penasaran dengan air terjunnya.Karena daerah pegunungan, ya jalannya tentu berkelok-kelok dan menanjak. Kanan-kiri ada rumah dan penginapan, kemudian ada perkebunan warga, terus pepohonan-pepohonan hutan yang menurut saya bagus. Udaranya sejuk banget, enggak perlu pakai AC. Selama perjalanan, tentunya saya jeprat-jepret hal-hal yang menurut saya menarik.
Mobil berhenti ketika tiba di tulisan Puncak Pas Tawangmangu. Ada lagi yang menyebutnya kaki Gunung Lawu. Buat para pendaki, ada pos pelaporan di deket-deket puncak pasnya. Di sini, kakak saya yang perempuan lagi kepengen makan jagung bakar. Makanya, kami nongkrong di salah satu warung yang memajang jagung-jagung siap dibakar dan sate-sate yang siap dipanggang.
Sambil nunggu jagung selesai dibakar, saya berkeliling melihat hal-hal lucu buat difoto. Di warung yang modelnya lesehan ini, ada bagian yang agak tersembunyi. Karena saya mau ke bagian belakang warung yang lapang dan pemandangannya banyak gunung, eng ing eng....ada yang pacaran! Hahahaha...Pake pangku-pangkuan bow. Bener-bener yang lain kontrak. Saya dan keluarga saya yang udah rame ketawa-tawa kenceng dan ngobrol enggak karuan, tetep enggak merusak momen mereka pacaran. Saya jadi geli sendiri.
Di warung ini--dan kebanyakan warung yang lain--ada sate-sate berjajar ditaruh di kotak kaca. Ada dua bagian daging warna putih dan satu daging warna merah. Setelah bertanya-tanya dan melihat spanduk, ternyata dua daging yang putih adalah daging ayam dan daging kelinci. Yang merah adalah daging landak. Hiii....Makannya enggak tega!!! Mana ada patung landak di pajang. Saya jadi kebayang landak-landak kecil yang dijual buat dipelihara.
Selesai makan jagung bakar dan milo hangat, perjalanan berlanjut untuk turun gunung. Berhubung masih di atas pukul 15.00, saya tidak menemukan kabut. Tapi, saya menemukan jepretan-jepretan yang keren di atas mobil berjalan. Mangtabs!
0 komentar