Bersepeda untuk Anak
November 30, 2010Akhirnya, merasakan kembali yang namanya funbike. Setelah beberapa lama enggak genjot seputaran Sudirman-Thamrin, dengan adanya funbike, saya dan teman saya pun kembali ke rute itu.
Awalnya waswas, apakah bisa khatam nih menyusuri Sudirman-Thamrin, secara dulu pernah enggak khatam karena telat, ban kempes, hingga kecapekan. Namun, setelah ditelusuri, bisa juga khatam sekali putaran: start Kemepora sampai patung Arjuna hingga finis di Kemenpora lagi.
Yang ikut lumayan banyak. Tempat saya berdiri sih sedikit. Namun, ngelirik ke belakang gedung, ternyata banyak bener yang ikutan. Saya dan teman beli tiket on the spot karena takut ada keperluan mendadak, secara hobi saya dan teman-teman 60wes suka membatalkan gowes bareng. Hahaha (enggak sering sih).
Yang membuat saya geli ketika para pesepeda akan melewati jembatan menuju Jalan Gatot Subroto. Entah mengapa, yang namanya "bersepeda ria" berubah menjadi "menuntun sepeda ria". Banyak sepeda yang enggak kuat nanjak. Bukannya saya sombong. Sebelum tiba di tanjakan itu, saya sudah ngomong ke teman saya, "Waduh, tanjakan! Itu mirip tanjakan Starbuck gak ya?"
Teman saya menjawab, "Kayaknya enggak, deh. Tapi, tanjakan itu lebih panjang."
Wakwaaaw! Saya langsung siap-siap ganti gigi sebelum tiba di tanjakan. Nyatanya, pas di mulutnya, saya harus turun. Ikut-ikutan para pesepeda yang juga nuntun sepedanya. Acara nuntun sepeda enggak lama kok, cuma pas di tanjakan doang.
Acara bersepeda ria sepanjang rute itu juga lancar jaya walau agak padat. Tapi, ketika tiba di bundaran hari, padat merayap. Seperti biasa, banyak yang masang booth di sana. Bahkan, ada artis Ario Wahab dengan band barunya--yang entah apa namanya. Lanjut melewati bundaran HI hingga patung Arjuna.
Ada yang membuat saya miris di sekitaran patung Arjuna ini. Di sepanjang jalan itu, satu-satunya kendaraan yang boleh lewat adalah bus TransJakarta. Saya maklum karena memang pengguna bus itu lumayan banyak dan transportasi terbaik untuk menghubungkan para orang yang memang ada keperluan di seputaran Sudirman-Thamrin-sampai Kota. Dari awal nih memang udah dikasih tahu bahwa pesepeda harap mengambil jalur untuk sepeda, jangan melewati jalur busway. Mungkin, ada beberapa titik yang memang saking padatnya sampai jalur busway pun terpakai untuk sekadar lewat, nanti akan kembali lagi ke jalur semula. Namun, entah karena sok-sokan atau terlalu sombong sepedanya cakep, banyak juga yang lewat jalur bus ini ketika jalan sepeda enggak padat-padat amat. Saya sampe ngeri takut ditabrak si bus, apalagi kalau sudah dengar suara klakson yang bikin jantung menciut.
Ada lagi kejadian yang membuat saya melongok karena enggak percaya. Di putaran air mancur Arjuna itu, ada bus TransJakarta yang memang melintas. Para pesepeda lain berhenti karena memang sudah seharusnya kami berhenti untuk keselamatan diri dan share jalan dengan bus (di sini memang enggak ada pembatas selain cat merah). Tapi, saat semua pesepeda berhenti dan bus itu jalan, ada satu pesepeda yang sempet-sempetnya nyalip itu bus dari depan.
Teman saya juga sama kagetnya. Ya, ampun, nekat banget. Berani sih iya. Keren? Kagak banget! Di mana coba pikirannya. Kalau naik sepeda seperti, orang-orang yang make mobil atau kendaraan sejenis malah enggak akan simpati, malah mencibir. Karena, naek sepeda pun mirip naik motor yang biasanya seradak-seruduk enggak jelas. Apalagi, kecenderungan masyarakat adalah sering menggeneralisasikan.
Saya naik motor sih, tapi enggak seradak-seruduk gitu. Kadang, sedih juga ketika teman yang sering di jalan mengungkapkan sumpah serapahnya di jejaring sosial kepada pengguna motor. Padahal, kan, tidak semua seperti itu, termasuk saya, karena saya ingin menjadi pengguna jalan yang baik. ^_^
0 komentar