untuk lebih dari dua tahun

Desember 18, 2010


Tanpa disadari, ternyata sudah dua tahun sembilan bulan saya bekerja di perusahaan impian saya ketika kuliah pertama dulu. Rasanya bangga, senang, dan tentunya bahagia. Cita-cita dan keinginan dikabulin untuk berkecimpung di sana. Saya belajar banyak dengan para master media massa yang sangat expert dengan seluk-beluk dunia jurnalistik. Saya sih dulu ingin bercita-cita seperti para expert, tetapi psikotes saya selalu ancur untuk menuju ke sana. Namun, saya seneng lho sempat berada di antara situasi deadline yang ketat walau bukan menjadi expert. Hehehe.

Suatu ketika, situasi yang tenang dan damai sentosa berubah menjadi masalah pribadi dalam diri saya. Entah mengapa situasinya kok agak membuat saya waswas. Agak tidak profesional mungkin, tapi saya malah sulit bertahan dan kayaknya enggak sanggup ngadepin sendiri karena sangat tidak etis mengungkapkan permasalahan, terutama jika berhubungan dengan sesama pekerja. Ya, karena saya pikir, saya cukup berkompeten dengan penduduk Indonesia lainnya (cieee), saya mungkin mendapat tempat yang tidak membuat saya waswas. Kalo pindah antarmedia, kayaknya gak etis juga karena satu media dengan media lain saling berhubungan dan orang-orangnya saling mengenal. Maka itu, saya mencari alternatif lain. Hehehe.

Salah satu yang menginspirasi saya adalah nasihat bos saya tentang out of box saat saya diminta menjadi master of ceremony. Kata-kata itu menginspirasi saya untuk keluar dari zona nyaman dan mencari zona aman. Hehehe. Saya mulai mencari-cari segala referensi untuk zona aman ini. Kemudian, ketemu beberapa dan mulai menyusun langkah-langkah. Dari beberapa percobaan itu, satu lolos (sangat mungkin karena nama besar tempat saya bekerja hihihi). Saya pun mengundurkan diri dari kesempatan yang pernah saya dapatkan menuju sesuatu yang mungkin berbeda. Out of box, please.


Yang pasti, saya akan merindukan jejeran televisi di atas kepala saya, komputer baru yang cakep, sandal jepit hello kitty warna pink yang berubah ungu, bos saya, para bos, teman-teman, teriakan tahu-tahu, berebutan makanan, teriakan redaksi memanggil nama saya, pemandangan mall sebelah, bahkan boks makan gratis setiap Ramadhan.

Thanks for every lesson, spirit, and kindness. Hope our journey never stop us to connect each other.

*Foto dari sini dan sini.

You Might Also Like

2 komentar

  1. inget banget lo berusaha dapet kerja di kantor deket rumah, kita d pasfes, hujan2, terima telpon d taksi..

    inget banget waktu kita berdua kuliah naik busway, nginep di rumah lo, kena macet, mengumpat sana-sini..

    inget banget lo sangat berusaha untuk dpt kerja, di deket rumah, di mana2..

    akhirnya berhasil, selamat ya rul, life is suck, but must go on.. now, it's my time to have a job hehehe

    BalasHapus
  2. kadang tempat yang kita harapkan ternyata tidak seperti yang diharapkan. sedih banget yak.

    BalasHapus