My Tour: Pulau Edam dan Pulau Onrust!

Agustus 30, 2013

Setelah beberapa bulan gak ke mana-mana, penjual kenangan memberikan momen yang pas buat saya. Doi ngajak saya ikutan program tour yang dikelola teman kuliah kami. Tujuannya adalah Pulau Onrust dan Pulau Edam. Saya pernah ikutan program tour dari teman saya ini, tapi waktu itu tujuannya adalah kota tua di sekitaran Bank Mandiri. Sebenarnya, saya senang ikutan tour begini karena tinggal duduk dan jelajah tau banyak sambil tetep santai (karena gak ribet mikirin makan, minum, tempat-tempat istirahat, dan teman-temannya. Nah, mumpung si penjual kenangan ngajakin (dan saya udah lama banget saya gak ketemu si penjual kenangan *lebaaaayy*), saya pun ikut. Yihaaaa!

Berdasarkan instruksi yang didapat teman saya, meeting point-nya ada di Muara Kamal. Sumpah, saya enggak tahu di mana ini tempatnya. Yang saya tahu cuma Muara Angke, tempat makan ikan. Ngomong sana-sini, akhirnya saya dapat kabar dari kakak saya bahwa Muara Kamal itu yaaa di Muara Angke. Oke, kami pun meluncur ke sana. Untung disopirin oleh kakak saya yang lain, tapi di tengah jalan, kami ragu-ragu. Bener gak sih Muara Kamal deket Muara Angke? Bener gak sih? Bener gak sih? Cek dan ricek ke Mbah Google, didapatlah bahwa Muara Kamal itu lebih deket masuk lewat tol bandara. Oke, kami pun belok kiri menuju tol bandara dan meninggalkan Muara Angke yang ke arah kanan. Agak deg-degan juga ternyata karena kami lumayan agak telat. Tapiiii, hanya Mbah Google informasi yang tepercaya pada saat itu dan tentu saja GPS. Dan, tibalah kami di Tempat Pelelangan Ikan Kamal Muara. Rata-rata orang yang ditanya agak bingung antara Muara Kamal dan Kamal Muara. Padahal dua tempat yang sama, cuma dibalik-balik doang.

Pas sampe di TPI, kami masuk rombongan terakhir, sebenarnya ada yang paling telat sih, tapi yang telat gak jadi ikutan karena diajak muter-muter sama taksi ke Muara Angke. Dan tau gak, peserta di rombongan terakhir adalah cewek-cewek semua, kecuali tour guide-nya, pak nelayan, dan kernetnya :D. Yang cowok-cowok dan mau nyari jodoh, disarankan untuk ikutan tour macam beginian hihihi (saran teman saya :))). 


Pulau Edam adalah tujuan pertama tour ini. Saya gak paham soal Pulau Edam dan masih ngeraba-raba sejarahnya karena seingat saya, di pelajaran-pelajaran sekolah dulu gak pernah disinggung soal Kepulauan Seribu. Pulau Edam ini gak berpenghuni, cuma dijaga sama Bapak dan Ibu dari Departemen Perhubungan. Ada lagi keluarga kecil di sana yang jualan indomie. Di sini juga ada bekas rumah-rumah dinas yang udah gak kepake. Mungkin, kalo masih kepake, rumah-rumahnya masih terawat. Yang terkenal di sini adalah bunker yang isinya gak ada apa-apa, cuma kotak kecil dan gelap. Ada juga makam Ratu Fatimah--ratu Banten--yang diasingkan di sana hingga meninggal. Sebenarnya agak horor juga ngeliat makam ada di tengah pulau yang kanan-kirinya ditumbuhi pohon-pohon yang lumayan lebat. Kayaknya makamnya dijadiin buat hal-hal klenik karena rapi dan terawat. Yang keren yaa, ada sisa bangunan tua yang atasnya ditumbuhi pohon yang akar-akarnya itu udah nutupin si bangunan ini. Nah, yang jadi ikon pulau ini adalah mercusuar yang dibangun atas perintah Raja Willem III.


Di mercusuar ini, ada 17 lantai yang setiap lantainya itu cuma ada satu tangga sebagai jalan utama. Kalau mau naik atau turun, yaa lewat situ. Saya enggak sanggup untuk naik ke lantai 17, jadi cuma bertahan sampai lantai 4 aja. Hahaha. Bukan apa-apa, cuma jaga kondisi. Waktu di mercusuar syahbandar, saya berani sampai lantai atas karena lantainya gak sampe puluhan hihihi.


Acara tour berlanjut ke Pulau Onrust. Untuk soal sejarah Jakarta, kayaknya pulau ini yang paling terkenal karena udah ditetapkan sebagai taman arkeologi. Pulau Onrust gak sesepi Pulau Edam. Sudah ada warung, ada museum, dan ada mushola. Airnya asin, tapi kamar mandinya bersih. Di pulau ini, banyak banget fondasi-fondasi bekas bangunan masa lalu dan kebanyakan adalah fondasi-fondasi barak asrama haji. Pulau ini pernah dijadiin asrama haji sejak tahun 1911 sebelum para jamaah berangkat ke Makkah.


Selain itu, ada juga fondasi peninggalan-peninggalan Belanda, seperti bentengnya yang kecil, gudang mesiu, bastion, dan tempat penampungan air karena di Onrust sangat miskin air bersih. Dulu, masa Belanda, banyak penduduk yang tinggal di Onrust ini berumur pendek karena suplai air bersih dan sanitasi yang buruk jadi faktor penghuninya berumur pendek. Di sini, ada satu kompleks pemakaman Belanda yang udah tuaaaa banget. Pohon beringinnya aja gede banget, pasti sudah puluhan tahun nancep di situ. Selain pemakaman Belanda, ada lagi tiga makam yang dibuat tempat secara sederhana. Konon, di situlah makam Kartosuwiryo, pemberontak/pemimpin DI/TII. Tapi, di antara tiga itu, gak ketahuan yang mana makamnya Kartosuwiryo. Katanya sih, sengaja dibuat seperti oleh pemerintah biar gak ada yang tahu di mana makamnya. Mungkin, kalo dikasih tau, bakal ada pemujaan atau sejenisnya. Selesai mengelilingi Pulau Onrust, tour hari itu disudahi. Kami pun segera ke daratan dan berharap segera menjejakkan kaki di sana. Gak tahan lama-lama di laut yang terombang-ambing.


Awal berangkat, saya dan teman saya ini semangat 45 untuk mulai penjelajahan. Tapi, kami sama sekali gak tahu bahwa pulaunya jauh bener dan gerak perahu sepertinya lambaaaaat banget. Kalau diibaratkan kopaja, pasti perahu saya ini tipe kopaja 602 non-AC yang jalannya pelan sepelan keong. 30 menit pertama, saya masih bisa ngobrol. 30 menit berikutnya, saya langsung diam, begitu juga teman saya yang menekan perutnya. Bukan karena apa-apa, perut saya mual bukan main. Mau muntah tapi gak tau gimana. Bayangin aja hampir dua jam dari Muara Kamal menuju Pulau Edam. Perut mual udah gak karu-karuan dan kepala tiba-tiba pusing. Saya malah bilang ke teman saya, "Kita bakal ke Edam, kan, bukan ke Kalimantan? Kok jauh bener yak."  Untungnya, sebelum teman saya muntah, perahu segera merapat ke pantai pulau ini yang biru banget.

Perjalanan dari Edam ke Onrust gak beda jauh. Jaraknya emang gak terlalu dibanding Muara Kamal-Edam. Tapi, yaaa, tetap aja sama mual dan merasa nyampenya lama banget. Pas ngeliat jam, yaaa satu jam untuk ke Onrust dari Edam. Peserta lain masih makan-makan, saya dan teman saya selonjor nahan perut yang mualnya luar biasa. Saat itu, kebayang kasur saya. Kayaknya enak kalo mual trus tidur di kasur yang nyaman dan nyesel kenapa gak persiapan koyo buat perut saya yang mual-mual.

Selesai di Onrust, perjalanan ke Muara Kamal gak seberapa jauh. Tapi tetep aja, rasanya badan udah gak enak. Untungnya, di Onrust ada penjual, jadi saya bisa ngedapetin koyo di situ. Untungnya, saya masih bertahan pas jalan pulang. Yihaaaa!

Di dermaga Muara Kamal yang cuma dibuat dari bambu yang sangat minimalis itu, ada tragedi yang menyedihkan. Ada teman satu tour yang jatuh saat jalan di dermaga. Gara-garanya, pegangannya lepas. Sedih ngeliatnya karena air sekitar Muara Kamal itu warnanya gak sebagus di Edam. Air di Muara Kamal itu kotor banget dan warnanya hitam. Mungkin, binatang yang ada di laut sekitara Muara Kamal udah bermutasi jadi mutan. Hiii...

Setelah sampai di rumah, badan saya remuk redam. Capek abis. Mana lagi batuk-batuk berat. Tepaaar. Tapi, setiap perjalanan selalu membawa cerita. Jadi, walau sakit-sakit gak jelas, saya dan teman saya tetep seneng-seneng aja. Dan, kami akan ikutan tour yang lain lagi. Hehehehe.

*foto adalah koleksi pribadi (please, dont copy without my permission)

You Might Also Like

0 komentar