Amazon: Lengkap, tapiii ...

Januari 28, 2015



Siapa sih yang gak kenal dengan situs belanja terbesar macam Amazon ini? Pastinya seluruh dunia tahu seperti apa sih situs ini. Yaa, isinya segala macam produk ditawarkan di sini, mulai dari buku sampai gadget, semuanya ada. Kalau kutu buku dan para pencari buku referensi untuk tugas kuliah, Amazon adalah surganya. Segala jenis buku kayaknya ada di situs ini. Mulai yang baru sampai yang bekas. Dari penyanyi yang terkenal di seluruh jagat raya sampai penyanyi yang punya penggemar sendiri. Di antara kelengkapannya, hanya satu kendala, yaitu jauuuh tempatnya.

Amazon itu adalah perusahaan perdagangan online terbesar. Basisnya ada di Seattle, Washington, Amerika Serikat. Awalnya hanya jualan buku online, eh lama-lama berkembang dan maju. Hampir semua kebutuhan kita bisa dibeli di Amazon. Bahkan, ada free shipping untuk item-item tertentu. 

Sebenarnya, di zaman global kayak gini, jarak itu bukan masalah.Barang yang ada di belahan benua lain bisa diterima di belahan dunia lainnya. Tapi, pasti ada keraguan deh, terutama pemula, kira-kira sampai gak yaa barang pesanan saya. Biasanya seperti itu karena saya juga ngerasa seperti itu. Maklum, untuk anak kuliahan yang kere seperti saya, beli buku di Amazon adalah suatu keniscayaan. Cuma bisa ngeliat-ngeliat aja, trus cari kopiannya. Apalagi hitungan Amazon adalah dolar. Yaa, sebelum beli, kan harus disiapkan isi dompet biar tebal. Karena apa yang dibeli di situs ini keliatan di mata saya itu mahal. Belum lagi jarak yang menjadi kendala buat saya. Bagian mananya? Yaaa, bagian ongkirnya. Yaa bayangin ajaa, bukunya mahal, apalagi ongkirnya, secara jarak Amerika dan Indonesia itu gak kayak Mampang—Tanjung Priok. Belum lagi bayar ke Amazonnya harus gimana karena transaksinya pakai credit card dibanding transfer kayak online shop di sini. Mungkin di sini pentingnya CC untuk shopper yang sangat bijak belanja :D.

Nah, tahun kemarin, saya pengen banget punya CD album band favorit saya. Sebenarnya, kalau cari-cari di internet, lagu-lagunya band favorit saya ini ngambrak di mana-mana. Tapi, ini kan band favorit saya, masa’ saya gak punya CD album originalnya. Untuk fans yang setia *ehem*, kayaknya penting untuk punya album aslinya. Saya keliling toko-toko CD yang ada di beberapa mal di Jakarta, tapi enggak nemu karena memang band favorit saya ini gak seheboh Katty Perry atau Rihanna. Mungkin, hanya segelintir orang di Indonesia *halaah* yang tahu. Mau gak mau, saya buka juga Amazon. Di situs ini, pastinya ada doong album band favorit saya: ada yang lama, apalagi yang baru. Harganya variatif, tapi rata-rata sekitar 10 dolar. Awalnya saya hanya bisa ngeliatin aja karena gak tau belinya pake apa. Uang sih ada (untungnya), tapi cara pake uangnya masih gak ngerti (dodol). Nanya ke beberapa teman, ada yang gak berani beli di Amazon karena suka nyangkut di bea cukai. Konon, kalo yang nyangkut di bea cukai, uang yang dikeluarin lebih besar dibanding harga barang yang dibeli. Akhirnya, saya browsing dan nemu beberapa situs penyedia jasa online pembelian di Amazon. Tapi, saya males untuk nelepon si penyedia jasa itu hingga akhirnya saya menemukan satu blog yang cerita soal belanja di Amazon (saya lupa namanya). Mulailah di sini saya ngebaca keyakinan si penulis blog belanja di Amazon itu aman karena doi udah 10 tahun belanja di sana. Wuaaah, makin semangat dong!

Akhirnyaaa, belanjalah saya di Amazon dengan CC kakak saya tersayang :D plus panduan via online dari sahabat saya yang ternyata pernah juga belanja di Amazon. Saat itu, saya beli empat CD dan totalnya sekitar 60 dolar. Sebenarnya, saya gak mau beli sampai segitu banyak, tapi karena ada iming-iming free shipping kalo belanja lebih dari 35 dolar, yaa saya beli lagi. Eh, ternyata free shipping cuma khusus wilayah Amerika Serikat *preeet*. Kena ongkir, deh. Nah, konon, menurut aturan bea cukai, belanja di luar negeri lebih dari 50 dolar dikenai bea masuk yang nominalnya saya gak tau berapa. Saat itu saya udah deg-degan karena kebayang bakal ngeluarin uang lagi, padahal udah kena ongkir. 

Pas email konfirmasi dateng, barang yang saya beli ternyata dibagi dua dan dikirim terpisah. Saya enggak tau kenapa bisa dipisahin gini. Mungkin karena supplier-nya beda, jadi dipisah pengirimannya. Tapi, saya sadar kemudian bahwa mungkin pihak Amazon sengaja misahin supaya saya terhindar dari bea masuk wuehehehe. Di email konfirmasi juga dijelasin bahwa kemungkinan barang saya datang lebih dari sebulan. Saya pesan Oktober dan sampainya kemungkinan Desember. What? Lama banget. Tapi, penantian saya ternyata gak selama itu. Dua minggu setelahnya, tiba-tiba Pak Pos datang dengan kardus yang bungkusnya jelek banget. Itu paket yang pertama. Besoknya, Pak Pos datang lagi dengan paket yang kedua. Paket yang kedua ini dibungkus juga sama kardus, tetapi lebih rapi dan ada isolatif bertuliskan Amazon. 


Ini ada dua kardus. Kardus paket pertama di atas dan dibungkusnya asal-asalan. Kardus paket kedua itu di bawah yang ada isolatif amazon.com
Ternyata penantian belanja di Amazon itu gak harus lama seperti yang dikabarin di email dan ternyata gak seribet yang orang-orang pikir. Intinya sih harus punya CC, belanjanya gak lebih dari 50 dolar, dan sabar aja hehehe. Walau gak ribet, saya sih perlu hati-hati. Kenapa? Karena basecamp-nya Amazon kan jauh banget, agak sulit kalo kita nanya-nanya via telepon. Jadi, belanjanya jangan yang muluk-muluk. Maksudnya, gak usahlah belanja yag mahal-mahal di sana, macam gadget gitu (apalagi gadget pasti kena bea cukai untuk masuk di Indonesia). Saran saya, belanjalah barang yang kita perlu, tapi bisa diikhlasin kalo gak nyampe-nyampe rumah alias hilang di tengah jalan. Sebenarnya Amazon punya tracker kayak JNE, tapi perlu biaya lagi kalau pembeli mau pakai tracker. Nah, itu sih tergantung pembeli.

Jadiii, selamat belanja. Pastikan uang Anda cukup :D. 

You Might Also Like

1 komentar