Allan Karlsson Si Pelaku Sejarah

Desember 10, 2015

Segala sesuatu berjalan seperti apa adanya dan apa pun yang akan terjadi, pasti terjadi.

The 100 Year Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared. Judul buku yang panjang untuk kategori novel yang pernah saya baca. Menarik memang dan tentunya bikin saya penasaran. Apalagi, membaca testimoni dari orang-orang yang berkompeten di bidang perbukuan. Dan, ditambah lagi, Swedia. Mungkin ini adalah buku kedua dari pengarang berkebangsaan Swedia yang pernah saya baca. Sebelumnya, saya pernah membaca The Girl with Dragon Tattoo dan teman-temannya. Dari The Girl with Dragon Tattoo yang berlatar kriminal dengan tokoh utama wartawan dan perempuan bergaya punk berpindah ke kisah Allan Karlsson, si kakek berusia 100 tahun, yang jenaka alias lucu.



The 100 Year Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared boleh dibilang novel debutnya Jonas Jonasson yang saya pikir keturunan Sunda :D. Jonas adalah orang Swedia yang mantan wartawan dan menjadi salah satu penulis kece ketika novel debutnya ini menjadi bestseller di beberapa negara.

Novel ini bercerita mengenai Allan Karlsson, laki-laki berusia 100 tahun, yang memanjat jendela dan menghilang. Allan punya alasan untuk menghilang. Ia enggan menghadiri perayaan ulang tahunnya sendiri karena, menurut saya, enggak penting-penting amat menurut dia karena usianya sudah tua juga dan dia hanya tinggal menunggu panggilan Yang Mahakuasa. Tapi, menghilangnya Allan ini malah menimbulkan spekulasi, terutama ketika dia bersinggungan dengan genk kriminal bernama Never Again. Media, polisi, dan wali kota pun membuat berbagai hipotesis menghilangnya Allan: diculik oleh genk Never Again. Namun, buat apa genk kriminal paling dicari di Swedia menculik kakek-kakek berusia 100 tahun?

Sebenarnya, bukan kemauan Allan untuk bersinggungan dengan genk Never Again. Dia hanya secara tidak sengaja membawa koper milik anggota genk itu. Boleh dibilang, Allan galau ketika ia harus pergi dengan bus, tetapi malah dimintai "tolong" untuk menunggu koper karena si empunya harus ke toilet yang sempit akibat ada panggilan alam. Karena tidak mau ketahuan bahwa dia kabur dari rumah lansia dan dia merasa bahwa seluruh penghuni rumah lansia pasti tahu bahwa dia pergi, dia pun langsung menuju bus yang akan segera berangkat dengan membawa koper milik genk Never Again. Di sinilah awal mula kisah petualangan Allan. Kisah petualangan Allan pada masa kini dan masa lalunya yang ternyata tidak sesederhana ketika dia menghilang dari rumah lansia.

Alur dalam novel ini tidak melulu maju, tidak melulu menceritakan kisah setelah dia menggeret-geret koper milik genk Never Again. Ada beberapa bagian flashback yang menceritakan siapakah Allan, lahir di mana, orang tuanya seperti apa, dan di mana dia tinggal. Awal tersebut membawa beberapa bab mengenai kehidupan dia pada masa lalu. Trus, siapa sih Allan?

Allan lahir pada 2 Mei 1905 dari ayah ibu yang sebenarnya bukan orang penting. Ayahnya pekerja dengan sifat yang eksentrik, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Ketika ayahnya pergi ke Rusia untuk terlibat dalam revolusi, Allan sudah bekerja sebagai pesuruh di bagian produksi perusahaan Nitroglycerine, Ltd., sejenis perusahaan bahan peledak. Saat itu, kira-kira usia Allan 10 tahun karena ketika usianya 13 tahun, ia sudah menguasai keterampilan khusus membuat peledak dengan campuran nitrogliserin, nitrat selulosa, amonium,dan berbagai zat lainnya. Boleh dibilang, gara-gara keahliannya dalam dunia perledakan, Allan Karlsson terlibat dalam berbagai peristiwa sejarah di dunia.

Ketika Allan menjadi bagian sejarah-sejarah besar, di situlah letak magisnya. Daya kuat ketertarikan kisahnya. Sebut saja saat Allan menyelamatkan nyawa Jenderal Franco ketika ada revolusi di Spanyol, bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Harry Truman yang boleh dikatakan sahabatnya, terlibat dengan pemberontakan beberapa orang Cina terhadap Mao Tse Tung, bertemu dan menyelamatkan istri ketiga Mao Tse Tung, ditahan oleh polisi rahasia Iran ketika melewati perbatasan negaranya, bertemu Stalin, ditahan di Gulag, bertemu presiden Korea Utara dan Mao Tse Tung, hingga akhirnya dia menikah dengan perempuan Bali dan tinggal di sana.

Kisah petualangan Allan memang menarik. Entah itu kisah flashback-nya ataupun kisah masa kini yang melibatkan geng kriminal, polisi, wartawan, dan tentu saja tokoh-tokoh yang ia temui selama pelariannya.  Nah, dua kisah pada rentang waktu yang berbeda itu sama-sama menarik. Jujur, saya menikmatinya karena sosok Allan yang apa adanya hingga kadang membuat saya senyum-senyum sendiri ketika membaca ini.

Yaa, saya kagum sih dengan sosok Allan ini karena dia adalah sosok yang jujur pada kehidupannya. Ia tidak memaksakan sesuatu terjadi, tetapi ia mengikuti ke mana takdir membawanya. Memang jadi terlihat tidak ambisius dan terkesan tidak punya cita-cita, tetapi dia malah bisa menerima sesuatu yang terjadi pada hidupnya. Lebih nrimo dan legowo.

Allan bukan tipe orang yang menaruh harap (atau ketakutan) terhadap hal-hal yang akan segera terjadi. Yang terjadi, terjadilah. Tak perlu menebak-nebak. 

Ini adalah kisah petualangan dengan latar belakang sejarah Perang Dunia II dan Perang Dingin jika dikaitkan dengan flashback pada kisah-kisah Allan. Mengenai kisahnya yang lalu, sepertinya cukup membantu pembaca untuk memahami sejarah yang terjadi pada saat itu. Apalagi disebutkan sosok-sosok yang terlibat pada peristiwa yang digambarkan pada masa itu. Cocoklah untuk kamu-kamu yang mau dapat bocoran sedikit tentang sejarah, tanpa harus membaca buku teks soal sejarah.

Lucunya, si Jonas menyinggung sedikit peristiwa yang terjadi di Indonesia pada masa 1965 dan ketika Gunung Agung erupsi. Bahkan, di bagian akhir kisah Allan, secara tersirat SBY mengutus perwakilannya untuk menemui Allan mengenai masalah bahan peledak (walau kayaknya gak mungkin SBY berani ngomongin bahan peledak secara doi cinta damai). Gak hanya itu sih, Indonesia diwakilkan juga oleh sosok Amanda si perempuan Bali yang penggambarannya abu-abu karena kalau dipikir-pikir Indonesia memang gak sempurna-sempurna banget, tapi agak-agak gimana gitu.

Yang paling miris, menurut saya, ketika Allan dan kawan-kawan hendak mendarat ilegal di Bandara Ngurah Rai. Di situ, Allan digambarkan secara gamblang melakukan gratifikasi sama petugas bandara. Katanya, "Apa aja bisa terjadi di Indonesia," asal punya duit. Oh God, kayaknya Indonesia digambarin di situ gampang banget disogok. Duuh, sebegitu terkenalkah Indonesia sama korupsinya sampai-sampai orang Swedia sana ngecap kayak gitu? Entahlah, tapi memang keadaannya seperti itu. Mungkin.

Overall, buku ini bagus untuk dibaca. Lucu tentunya dan nambah pengetahuan untuk yang mau tahu soal sejarah. Mungkin, bisa juga buat intropeksi diri sebagai bangsa Indonesia. Kok, bisa-bisanya orang asing sana memandang Indonesia gitu-gitu amat :D

You Might Also Like

0 komentar