The Happiness Project: Mencari Bahagia ala Gretchen Rubin

April 24, 2017

Disadari atau tidak, mungkin banyak orang yang menganggap bahwa rumput tetangga lebih hijau daripada rumput di halaman rumah kita. Istilah Inggrisnya, the grass is always greener on the other side. Kadang, saya—atau Anda—mungkin pernah iri dengan kehidupan orang yang terlihat bahagia. Ah, enak banget sih hidupnya dia, biasanya pikiran itu terlintas dalam kepala kita, tanpa kita pernah melihat kehidupan kita sendiri. Namanya manusia enggak selamanya jalan hidupnya mulus-mulus aja layaknya perosotan, pasti deh ada berujulannya.

Sebenarnya, belum tentu orang yang terlihat bahagia itu pasti hidupnya akan bahagia. Umumya ada aja ujian dalam kehidupan seseorang, entah itu ujian yang sanggup dihadapi atau ujian yang enggak sanggup dihadapi. Namun, seberat-beratnya ujian—jika merujuk ke ayat suci—pasti bisa dilalui oleh setiap orang, asal pantang menyerah.

Coba, deh, ditanya diri sendiri, sudahkah Anda bahagia?  

Kalau saya membandingkan diri saya dengan Dian Sastro (tsaelaaah), sepertinya saya kalah bahagianya dengan Mba Dian :D. Perbandingan yang ekstrem, ya, hahaha. Kalau menurut saya, kadar kebahagiaan seseorang itu kayaknya enggak bisa disamain dengan kadar bahagia orang lain. Masing-masing pribadi punya tolok ukur untuk kadar bahagianya. Misalnya, si A, secara finansial, karier, sikap, rupa, tiada duanya alias sempurna banget dan dia bahagia dengan kehidupan dia. Namun, orang-orang melihat dia enggak bahagia dengan kesempurnaannya itu karena belum menemukan soulmate-nya. Contoh lain, orang-orang melihat bahwa keluarga B itu sangat bahagia, padahal keluarga B sebenarnya enggak bahagia, hanya saja keluarga B bisa menutupi kekurangbahagiaannya. Maka itu, sebaiknya sih enggak perlu membandingkan kebahagiaan kita dengan kebahagiaan orang lain. Hasilnya enggak akan sama.

Kalau ditilik lagi, bahagia itu sebenarnya enggak harus berwujud pada satu hal yang besar. Bahagia itu sebenarnya bisa aja hal simpel yang kita lakukan sehari-hari, seperti senyum :). Karena bahagia itu sifatnya personal, seharusnya sih kita bisa melihat kadar bahagianya kita melalui hal-hal simpel yang kadang dilupakan. Nah, mengenai ini, Gretchen Rubin melakukan eksperimen mencari bahagia untuk dirinya sendiri selama setahun yang dikumpulkan dalam satu buku berjudul The Happiness Project.


FYI, Gretchen Rubin ini adalah penulis dari Amerika Serikat yang latar belakangnya alumnus Law School, Yale University. Karier di dunia hukumnya bagus, tetapi dia berhenti menjadi bagian dari dunia hukum untuk mengejar cita-citanya yang lain, yaitu menulis. Sekarang, dia sudah menerbitkan beberapa buku, salah satunya The Happiness Project yang terbit pertama kali tahun 2009 oleh penerbit Harper Collins dan masuk kategori New York Times Bestseller.

Lalu, apa yang membuat Gretchen membuat The Happiness Project? Apakah dia enggak bahagia?

Dengan apa yang dimiliki Gretchen pada saat itu, tentunya dia adalah orang yang bahagia. Orang-orang pun akan menganggap bahwa Gretchen adalah orang yang bahagia. Tidak ada kekurangan dan kesedihan dalam diri dia. Namun, ada satu titik ketika dia berpikir apakah dia benar-benar bahagia ketika waktu terus lewat dan dia tidak fokus pada sesuatu yang menurut dia penting. Dia merasa ada sesuatu yang hilang, terutama saat dia sadar bahwa betapa beruntungnya dia dengan segala yang dia miliki. Ada dua hal yang dipahami dalam mencari bahagia, yaitu dia tidak sebahagia seharusnya dan hidupnya tidak akan berubah, kecuali dia mengubahnya. Maka itu, ia pun memulai the happiness project untuk menemukan kebahagiaan yang seharusnya selama 1 tahun alias 12 bulan. Namun, sebelum memulai eksperimennya selama 12 bulan ini, Rubin membuat 12 commandments (misalnya be Gretchen, let it go, do it now, dll) dan secret of adulthood (misalnya people don’t notice your mistake as much as you think; it’s okay to ask help; do good, feel good; dll) sebagai patokan atau mungkin true rules Gretchen dalam proyek bahagianya.

Dalam setiap bulan selama satu tahun, Gretchen fokus pada satu hal yang akan dibagi lagi pada item-item tertentu. Ringkasnya, saya akan tuliskan dalam tabel di bawah ini.

Bulan
Tema
Yang harus dilakukan
Januari
Boost Energy: Vitality
·         Tidur lebih awal supaya segar ketika bangun pagi.
·         Olahraga supaya sehat: Grecthen bergabung di salah satu fitness center, tetapi dia sadar bahwa hal yang sederhana, seperti jalan kaki, juga bagian dari olahraga.
·         Beres-beres (decluttering): cocok diterapkan metode konmari.
·         Tackle a nagging task: Gretchen mengerjakan hal yang harus dikerjakan, tapi tertunda karena malas. Contohnya Gretchen mulai rajin memakai sunblock atau membersihkan karang gigi. 
·         Lebih berenergi: ketika datang hawa-hawa mager, di sinilah  Gretchen percaya pepatah, “fake it till you feel it”.
Februari
Remember Love: Marriage
·         Berhenti menggerutu
·         Jangan berharap sama pujian
·         Fight right: ketika Gretchen gagal dalam fight right, dia akan melihat sumber kesalahan dalam kehidupannya. Di sini, dia bisa melihat sesuatu dengan lapang dada dan belajar untuk memiliki toleransi yang lebih baik.
·         No dumping: jangan membuang masalah-masalah kita ke orang lain.
·         Berikan bukti tentang cinta kita.
Maret
Aim Higher: Work
·         Buat blog.
·         Nikmati kegagalan.
·         Mintalah pertolongan.
·         Bekerja dengan pintar.
·         Nikmati hidup sekarang: kadang dalam bekerja, Gretchen memiliki ekspektasi terhadap hasil kerjanya nanti, tapi dia berpikir bahwa tidak perlu berekspektasi, apalagi terlalu tinggi. Nikmati saja dulu yang terjadi sekarang.
April
Lighten Up: Parenthood
·         Nyanyi tiap pagi: bernyanyi pada saat pagi memberikan efek riang.
·         Perhatikan perasaan orang lain.
·         Jadikan rumah sebagai kenangan yang membahagiakan.
·         Carilah waktu untuk membuat proyek: salah satunya membuat proyek ulang tahun keluarga.
Mei
Be Serious about Play: Leisure
·         Temukan lebih banyak kesenangan: kadang apa yang membuat orang senang, belum tentu membuat senang kita. Kesenangan orang memang enggak sama dengan kita. Makanya perlu dicari apa sih yang membuat kita senang.
·         Perlu juga menjadi konyol: terpaku dengan to-do list, sering kali membuat kita menjadi serius. Nah, di sini Gretchen merasa perlu mencari kekonyolan di antara keseriusan.
·         Go off the path: biasanya ketika kita serius mengerjakan sesuatu, kita akan fokus pada sesuatu itu, misalnya Gretchen yang mengerjakan the happiness project akan membaca semua buku yang berhubungan dengan bahagia. Akan tetapi, ada kalanya dia juga harus terbuka dengan buku-buku lain.
·         Mulailah mengoleksi sesuatu.
Juni
Make Time for Friends: Friendship
·         Ingatlah hari-hari ulang tahun orang-orang.
·         Bermurah hatilah: menolong orang untuk berpikir besar, bring people together, atau berkontribusi dengan cara kita sendiri.
·         Sering-sering muncul di setiap undangan atau acara seseorang.
·         Jangan bergosip.
·         Berteman dengan tiga orang baru.
Juli
Buy Some Happiness: Money
·         Manjakan diri dengan berbelanja.
·         Beli sesuatu yang sangat dibutuhkan.
·         Spend out: menghabiskan itu gak selamanya dihitung dengan berapa banyak uang yang dikeluarkan, tetapi berapa banyak investasi dengan yang kita keluarkan itu.
·         Menyerah pada sesuatu: bukan putus asa, tapi lebih menyerah pada hal-hal yang enggak penting dan bikin boros.
Agustus
Contemplate the Heavens: Eternity
·         Read memoirs of catastrophe: Gretchen membaca kisah-kisah tentang orang yang menderita sakit atau kemalangan lainnya. Dengan membaca seperti ini, dia akan menghargai hidupnya yang biasa-biasa saja.
·         Buat buku catatan yang isinya rasa syukur.
·         Tirulah para master spiritual, entah itu dari tokoh religius atau tokoh lainnya.
September
Pursue a Passion: Books
·         Menulis sebuah novel.
·         Ciptakan waktu untuk melakukan sesuatu: Gretchen suka membaca dan dia perlu waktu yang lebih banyak untuk membaca buku sehingga dia menciptakan waktu-waktu tertentu untuk fokus dengan membaca.
·         Forget about results: ketika melakukan sesuatu, ya lakukan aja; sebaiknya jangan dipikirkan hasil dari apa yang kita lakukan karena kalau berpikir hasil, itu akan membuat kita khawatir dengan yang kita kerjakan.
·         Master a new technology: bisa mencoba software baru yang memudahkan kita.
Oktober
Pay Attention: Mindfulness
·         Meditate on koans: Gretchen tertarik pada Buddhisme. Jadi, dia mempelajari apa itu koan, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang enggak bisa diterima secara akal. Biasanya, biarawan Buddha melakukan perenungan koan untuk mencapai pencerahan.
·         Examine true rules: true rules ini semacam nilai-nilai atau prinsip yang dipegang oleh seseorang.
·         Rangsang pikiran dengan cara yang baru, misalnya Gretchen menempelkan notes kecil di seluruh rumah untuk mengingatkan dia pada sesuatu yang dia harapkan, mencoba hipnosis, atau mencoba kelas gambar.
·         Buatlah buku harian makanan: ini berhubungan dengan kebiasaan makan dan diet.
November
Keep a Contented Heart: Attitude
·         Tertawalah terbahak-bahak.
·         Bersikaplah dengan baik.
·         Berikan ulasan yang positif.
·         Temukan area of refuge: menurut saya area of refuge ini seperti sacntuary-nya Gretchen, entah itu lewat kata-kata atau lewat sesuatu, yang membuat dia merasa nyaman.
Desember
Boot Camp Perfect: Happiness
Boot Camp Happiness: bulan ini adalah kesimpulan dari 11 bulan yang sudah dilakukan Gretchen. Apakah dia merasakan bahagia? Ya. Apakah bahagia yang dia dapatkan juga berdampak kepada orang lain? Ya.

Judul buku ini memang menarik dan termasuk kategori dalam self-help atau memoirs. Gretchen sangat menjelaskan secara detail eksperimennya selama melakukan the happiness project dengan bahasa yang cukup terasa semangatnya. Muncul pertanyaan yang juga diungkapkan Gretchen pada bagian pengantar buku, “Ngapain juga membaca eksperimennya Gretchen?” Awalnya, saya berpikir begitu, bener juga nih, ngapain saya membaca eksperimen kebahagiaan orang yang mungkin enggak sama dengan saya. Tapi, lama-lama saya malah tertarik membaca pengalaman-pengalamannya. Ada hal unik di setiap pengalamannya Gretchen walau kadang ada bagian dari tulisannya yang bikin bosan dan bikin ngantuk.

Pengalaman Gretchen ini membuat dia merasa telah menjadi individu yang lebih baik: bahagia. Dia pun bertanya-tanya, apakah orang lain juga melihat perubahan yang ada dalam dirinya. Nyatanya, iya. Eksperimen yang dilakukan Gretchen tidak hanya mengubah dia menjadi lebih baik, tetapi juga orang-orang di sekeliling Rubin juga merasakan efeknya. Adiknya Gretchen—Elizabeth—merasakan hal tersebut, bahkan dia pun hendak melakukan the happiness project versinya.

Mungkin, The Happiness Project ini versi bahagianya Gretchen. Tapi, amat terbuka lebar untuk saya ataupun Anda membuat versi bahagia sendiri. Maka itu, Gretchen memberikan langkah-langkah kepada para pembaca, termasuk saya, untuk memulai the happiness project versi pembaca sendiri. Menarik, ya.

Jadi, walau buku ini memang berjudul proyek bahagia, bukan berarti harus dibaca oleh orang-orang enggak bahagia. Boleh banget dibaca oleh orang yang sebenarnya sudah bahagia, tetapi belum memaksimalkan kadar bahagianya. Mengapa? Karena, buku ini bercerita bahwa setiap momen atau hal-hal kecil bisa membuat kita berpikir positif dan pastinya bahagia. Nah, kadang hal kecil yang membuat kita bahagia itu sering luput atau terlupakan oleh kita. Karena itu, perlu buku seperti ini untuk mengingatkan kembali bagaimana bahagia dengan menfaatkan waktu dan hal-hal sederhana.

Ayo, saatnya memanfaatkan setiap waktu untuk menjadi bahagia :).  The days are long, but the years are short.

You Might Also Like

0 komentar