Berkomitmen dengan Diet :D

Maret 30, 2018

Suatu kali saya terkejut ketika mendapati celana saya terasa sempit. Awalnya saya pikir, bahan dari semua celana saya mulai menciut seiring dengan perjalanan waktu. Tak tahunya, berat saya naik beberapa kilo. Saya sih tidak panik, cuma terkejut. Kayaknya selama ini enggak ada yang salah dengan makanan yang saya kunyah. Kalau dipikir-pikir, semua makanan yang saya kunyah tetap sama. Dulu makan gorengan, sekarang juga makan gorengan. Dulu makan roti, sekarang juga makan roti. Dulu makan soto Betawi, sekarang juga makan soto Betawi. Enggak ada yang salah sepertinya, tapi kok membesar ya? *terperangah*


Karena pertambahan kilo membuat agak malas bergerak, saya pun mengulik-ngulik beberapa alternatif penurunan berat badan. Sebenarnya, metode diet itu bertebaran di jagat maya. Tinggal kita ikuti petunjuknya. Namun, kebanyakan metode diet itu kepunyaan luar dan kadang saya enggak mudeng maksudnya apa (walau sudah pakai google translate :D). Yaa, saya pun beralih ke pakar beneran diet, yaitu teman saya seperjuangan di kampus Depok, karena dia berhasil turun berat badan.

Bukannya kali pertama saya menghubungi teman saya ini. Tapi, udah beberapa kali :D. Sayangnya, saya enggak pernah serius mengikuti langkah-langkah mengurangi berat badan yang dia buat. Nah, karena ada tantangan dari dia untuk ikutan diet bareng-bareng dan yang utama ada hadiahnya, saya pun terpacu untuk bergabung. Siapa tahu saya bisa menang hadiah pertama—itu sih motivasinya :D. Namun, langkah saya berhenti gara-gara ada suntik difteri. Enggak tahu kenapa saya merasa tersiksa banget setelah suntik difteri. Rasanya enggak karu-karuan, beda dengan suntik meningitis. Padahal, ada seorang teman yang biasa aja setelah suntik. Ada juga sih yang membutuhkan waktu tiga hari untuk kembali normal. Tapiii, saya membutuhkan waktu seminggu untuk bisa merasakan normal.

Nah, teman yang saya hubungi ini memang menjual produk, tetapi selain menjual produk, dia juga membimbing saya untuk bisa mendapatkan berat badan yang ideal. Dia pun membuatkan meal plan untuk saya. Meal plan-nya enggak sadis, tapi saya bosan :D. Mengapa? Karena dia menyarankan saya untuk makan ayam dada, entah digoreng atau dibakar, yang penting ayam dada, enggak boleh paha. Satu lagi, saya boleh makan ikan, diusahakan ikan yang berdaging tebal, seperti tongkol, tuna, atau salmon.

Menu ayam goreng + nasi merah

Stick to the rules. Agak ngos-ngosan untuk ikut aturannya teman saya. Katanya sih gampang. Iya sih gampang, tapi praktiknya susah. Saat awal-awal ikutan, rasa lapar saya membuncah. Ketika telat untuk snack sore; kepala saya pusing, keringat dingin, dan gugup. Seiring berjalannya waktu, tubuh saya mulai bisa beradaptasi dengan kenyataan meal plan ini. Tapi, yaa itu tadi, saya bosan.  

Saya mencoba alternatif lain supaya saya tidak kebosanan dan tetap dengan komposisi protein yang lebih banyak dibanding karbohidrat. Nah, salah satu yang membuat saya tertarik adalah konsep plant-base yang digaungkan para pegiat makanan sehat di negeri Barat sana. Konsep ini cocok dengan vegetarian karena nutrisi yang diperlukan itu semuanya berasal dari tumbuh-tumbuhan, terutama protein. Sejak dulu, yang saya tahu bahwa protein itu berasal dari daging, ayam, ikan, dan telur. Itu-itu aja yang terekam di kepala saya. Nyatanya, ada sumber protein lain yang gak melulu daging, seperti kacang-kacangan dengan berbagai olahannya. Tempe dan tahu adalah salah satu alternatif walaupun enggak sebanyak yang dihasilkan sumber protein hewani.

Ketika saya memperlihatkan konsep ini, teman saya bertanya, “Emang lo vegetarian?” Saya menjawab, “Enggak.” Setelah itu, dia bilang, “Ya, udah, sih, ikutin meal plan gue. Ini kan cuma sampai berat badan lo ideal doang.” Saya pun membalasnya dengan tertawa.

Aturan teman saya ini jelas. Kalau dibayangkan mungkin seperti jalan yang lurus. Sayangnya yang dikasih aturan ini suka ga lurus jalannya—agak berbelok sedikit. Apalagi ditambah yang kadang-kadang cheating makanan :D. Rasanya, jalan menuju berat badan ideal itu lama banget. *Tarik napas dalam-dalam dan embuskan*

Gambar dari sini

Ke depannya, saya enggak tahu berapa lama waktu yang saya butuhkan agar bisa mempunyai berat badan yang ideal. Mungkin perlu waktu lama, mungkin perlu waktu yang tidak terlalu lama. Who knows? Namun, bisa jadi saya akan mengamini seorang teman dari teman yang berkata bahwa hidup saya mulai ribet ketika terlihat membatasi diri :D. At least, I know, I'm on the track ;). 

You Might Also Like

0 komentar