Untuk 2020 dan Selamat Datang 2021

Maret 04, 2021

Semua orang pasti berpendapat sama bahwa tahun 2020 adalah tahun yang suram. Tahun yang penuh ketidakpastian, kekhawatiran, ketakutan, dan munculnya anxiety. Nggak ada yang menyangka bahwa akan ada virus baru yang cepat menyebar dan cukup mematikan muncul di muka bumi. Dunia tuh rasanya mirip film Contagion. 

Pada tahun ini juga saya belajar bagaimana untuk menjaga kebersihan, mengikuti anjuran-anjuran terbaik selama pandemi, berempati, dan mengolah rasa untuk menerima apa yang terjadi. Pada masa awal pandemi, begitu sering membuka media sosial yang berisi hal-hal yang pahit mengenai pandemi hingga anxiety kambuh lagi dan akhirnya puasa melihat medsos untuk jangka waktu lama. Terlalu banyak hal negatif ternyata gak bagus untuk diri saya. Namun, bukannya saya menyangkal "pesan ibu" dan melanggar prokes, saya tetap melakukan pesan ibu dan berusaha patuh dengan prokes. 

Masa pandemi ini banyak orang yang diminta work from home, termasuk saya. Beberapa bulan di rumah dengan pekerjaan dan laporan pekerjaan. Kemudian, PSBB ketat agak dilonggarkan. Perkantoran kembali dibuka dengan mengikuti aturan pemerintah. Sama halnya dengan saya. Tiga hari WFO dan dua hari WFH. Namun, ke sini-sini, kebijakan bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung situasi dan kondisi kehidupan nyata.

Selama masa-masa WFH, bermunculan hobi-hobi baru yang digeluti oleh banyak orang, misalnya koleksi ikan cupang atau tanaman. Sekarang ini banyak tanaman zaman saya kecil yang gak dihiraukan orang malah menjadi hits dan harganya melambung tinggi. Enggak hanya tanaman hias, sayuran pun juga banyak yang menanam. Ada juga yang jadi hobi masak-masak dengan berbekal inspirasi dari Youtube. 

Lalu, bagaimana dengan saya? Hmm, saya hanya pemerhati hobi-hobi orang karena masih bergelut dengan yang dinamakan olah rasa. Percaya atau enggak, saya tidak bersentuhan dengan buku-buku. Sampar yang masuk list untuk segera dibaca karena belinya sudah sejak 2006 malah teronggok di meja belajar. Bacanya enggak kelar-kelar dan masih terperangkap di halaman yang sama. Menggambar pun sesekali. Tidak banyak gambar-gambar yang saya hasilkan. Padahal, niatnya mau latihan setiap hari dengan menggambar satu objek--apa aja. Di sini, saya belajar bahwa mengolah rasa untuk menjadi stabil itu susah. 

Makanya, pada 2020, saya banyak belajar mengolah rasa a.k.a belajar meditasi dan dibarengi belajar energi dan penyembuhan alias pranic healing. Sekitaran Juli 2020, awal saya mengikuti kelas dasar. Lalu, saya melanjutkan belajar tingkat lanjut dan psikoterapi. Di kelas-kelas ini, saya belajar menyembuhkan dengan energi dan bahwa energi adalah bagian kehidupan kita. Walaupun udah mayan tingkat kelasnya, saya enggak canggih-canggih amat. Masih nanya-nanya penelusuran energi orang yang akan diprana, lalu mulai belajar pelan-pelan mengikuti panduan di buku. Pasien yang sering saya prana adalah kucing Serafina sebagai latihan praktik :D. 

Oh, iya, saya ikut kelas menimba ilmu juga, seperti membuat shibori dan menyulam via zoom.

Hasil Kelas Shibori

Hasil Kelas Menyulam

Senengnya tentu ada. Tapi, dibanding shibori, saya lebih suka menyulam. Gegara kelas itu, saya membeli beberapa benang dan jarum-jarumnya. Praktik pertama adalah tas kain kanvas punya ponakan yang enggak dipakai. Hasilnya lumayan buat pemula dan latihan. 


Latihan Menyulam


The most amazing thing that I've done was I adopted stray cat :D. Ini adalah hal yang paling enggak kebayang dalam diri saya. Seumur-umur, saya enggak pernah memelihara kucing dan saya juga enggak peduli dengan kucing. Rasa kasihan tentu ada sama kucing-kucing liar yang minta makan, tapi enggak pernah niat untuk memelihara mereka. Pernah dulu hanya beli makanan kucing untuk kucing liar yang mampir ke rumah, tapi gak bertahan lama, si kucing pergi aja. Di rumah memang banyak kucing keluar masuk, kadang diberikan makanan, tetapi tidak menetap. Dan, saya juga tidak berniat memelihara kucing. 

Namun, satu kali, ada kucing betina nongkrong di teras rumah. Saya cuma bergumam, "Ih, lucu banget. Kucing siapa nih?" Saya hanya bergumam sekilas dan enggak ngelus-elus juga. Besok dan besoknya, kucing betina ini selalu ada dan menetap di rumah. Ditanya sekitaran rumah soal kehilangan kucing, tidak ada yang mengaku punya. Jadilah kucing betina yang saya namai Serafina menetap di sekitaran rumah sambil minta makan. Polemik dan drama kehadiran kucing di rumah tentu ada. Lama-lama, dia pun diterima baik, tetapi dengan banyak syarat. Doa saya, suatu saat punya tempat tinggal sendiri, tentu Serafina akan saya ajak. 

2020 versi saya mungkin gak sehebat banyak orang, but I'm proud to be myself and deal with this situation. Semoga tahun 2021 menjadi tahun yang lebih baik dari tahun 2020. Banyak harapan untuk 2021 dan mudah-mudahan terkabul. 

Sekarang sudah Maret 2021, tulisan ini sudah tertunda beberapa bulan :D. Mungkin, harus menerapkan nasihat Om Pinot untuk meluangkan waktu 15 menit tiap hari untuk sesuatu yang kita suka. Yeah, I have to do that. Progresnya, Januari dan Februari, fokus buat si kucing Serafina agak banyak karena dia dia terduga hamil, vaksin pertama, birahi, steril, pascasteril, dan vaksin kedua. Tapi, saya tetap pelan-pelan membaca Sampar karya Albert Camus.

Have a nice 2021 year! *mmuaaah 

 

You Might Also Like

0 komentar