Love is ...: Ketika Puuung Bicara Cinta
April 30, 2017
Ilustrasi, sketsa, lukisan, komik, kartun, atau apa pun istilah dan
bentuknya sering kali membuat saya jatuh hati. Banyak karya yang saya kagumi
dari banyak seniman dan itu selalu memuat saya berdecak kagum. Tahu Agnes
Cecile? Setiap kali dia membuat karya dan di-post di YouTube, saya pasti langsung
meleleh. Ah, bagus banget. Dia bisa menginspirasi banyak orang dengan
memperlihat betapa mudahnya melukis dengan cat air. Ya, walaupun ternyata
enggak mudah juga menggunakan cat air.
Bagi saya, ilustrasi dkk itu sama dengan foto. Satu ilustrasi bisa mengungkapkan
banyak makna. Bedanya, foto itu ya gambar benerannya yang dilihat oleh juru
foto, sedangkan ilustrasi dkk itu gambar ulang dari sang seniman. Si seniman
biasanya memaknai lagi peristiwa yang dilihat atau dirasa menjadi bentuk
ilustrasi dkk. Menarik sekali karena ada kreativitas di sana. Pernah membaca
tulisan saya mengenai buku Indonesian Damn Good! Cartoon? Di sini, ada
empat kartunis Indonesia yang karya-karya sudah melanglang buana karena betapa
cantiknya mereka merepresentasikan apa yang terjadi di masyarakat menjadi
sebuah kartun yang menarik.
Namanya juga seni, sebuah karya pun enggak hanya memaknai apa yang
terjadi di masyarakat, tetapi juga apa yang ada dalam perasaan atau pikiran
seniman. Lihat aja karya-karya pelukis-pelukis besar yang banyak bicara tentang
perasaannya, tentang dirinya, atau tentang cintanya.
Satu ilustrator yang karyanya menarik saat ini adalah Puuung. Siapakah
Puuung? Nama aslinya adalah Da-mi Park. Dia merupakan warga Korea Selatan dan
tentunya tinggal di sana. Puuung ini masih mahasiswa S1 jurusan animasi yang hobi
banget menggambar. Dia mengakui bahwa dia tidak pandai bicara, tapi dia merasa
bisa mengekspresikan dirinya melalui gambar. Namanya memang enggak familiar di
telinga saya :D,
tetapi di telinga banyak orang, namanya terkenal banget. Apa sebab? Puuung didapuk
sebagai salah satu ilustrator yang populer di Grafolio, yaitu platform online
untuk para ilustrator di seluruh dunia yang memamerkan karyanya. Kemudian,
karya Puuung yang diunggah di Grafolio pun dibukukan menjadi Love is ...
yang kemudian dialihbahasakan oleh Penerbit Bhuana Ilmu Populer pada tahun
2016.
Ilustrasi-ilustrasi yang ditampilkan Puuung sangatlah menarik. Gambar
yang ditampilkan cukup sederhana dengan detail latar dan warna yang indah dan
pas sekali. Saya sangat menikmati setiap guratan-guratan yang dihasilkan oleh
Puuung. Bagus banget dan terlihat bersahaja. Apalagi tema yang diangkat
dalam ilustrasi-ilustrasi itu adalah cinta. Klop banget—antara tema dan gambar.
Tema cinta yang diangkat Puuung juga bukan cinta yang termehek-mehek,
tapi cinta sederhana yang sering ditemui sehari-hari. Misalnya, ngobrol sore di
taman, sikat gigi bareng, mencicipi es krim pasangan, atau sengaja nonton film
horor malam-malam. Tema cintanya cenderung interaksi sehari-hari pasangan yang kadang
bikin baper saya sebagai pembaca :D.
Maybe, I just want those kind of love. Mengenai ini, di akhir bukunya,
Puuung memberikan catatan kecil, “Aku ingin mencintai seperti ini! Momen-momen
kecil, manis, yang penuh cinta. Bukan cinta yang muluk yang ingin kugambarkan.
Aku ingin menangkap cinta yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari, secara perlahan
dan selamanya.” Aaah.
Untuk pencinta ilustrasi, lukisan, komik, kartun, atau apa pun namanya
itu, buku ini boleh banget dijadikan koleksi—penambah referensi ilustrasi.
Atau, untuk penyuka kisah cinta, buku ini juga oke untuk dibaca karena hampir setiap
gambar diberikan story pic yang singkat, tetapi manis :).
Namun, di antara manisnya ilustrasi yang disajikan Puuung, sebenarnya ada
yang mengganjal pikiran saya ketika buku ini dikategorikan sebagai novel
grafis. Hm? Ketika buku ini disebut sebagai novel grafis, pikiran saya pasti
tertuju pada komik yang setara novel. Bukan lagi komik strip. Maksudnya apa
setara novel? Ya, ada alur yang membentuk komik-komik itu menjadi sebuah
cerita. Pernah dengar Persepolis: The Story of A Childhood karya Marjane
Satrapi atau Jakarta 2039 karya Seno Gumira Ajidarma? Nah, dua karya itu
yang menurut saya novel grafis: ada alurnya—ada pembukaan, klimaks, dan
penutup. Beda sekali dengan Love is ... karya Puuung ini.
Bagi saya, Love is ... merupakan kumpulan ilustrasi, seperti
halnya buku Indonesian Damn Good! Cartoon. Antara satu ilustrasi dan
ilustrasi lainnya dapat berdiri sendiri dan tidak membentuk rangkaian alur
karena memang tidak ada klimaks atau konflik di sana. Istilahnya, setiap
ilustrasi punya cerita. Dan, ya, setiap ilustrasi yang disajikan Puuung memang
memiliki ceritanya sendiri yang begitu manis.
Selamat membaca dan semoga enggak baper karena betapa cute-nya ilustrasi-ilustrasi yang ditampilkan Puuung 😃.
0 komentar