Ode untuk Leopold von Sacher-Masoch: Praise to Leopold von Sacher-Masoch
Juli 17, 2018Buku Ode untuk Leopold von Sacher-Masoch sudah lama bertengger di rak buku saya. Buku lama yang dulu pernah menjadi kontroversi di kalangan tertentu. Menurut saya, pada zamannya, buku ini bukan salah satu dari buku yang populer. Mengapa? Karena saya enggak tahu keberadaan buku ini atau saya yang kurang gaul :D. Jujur, saya tahu keberadaan buku ini dari suatu acara pelatihan menulis yang disisipi bincang-bincang dengan beberapa penulis. Nah, salah satu penulis yang bicara di acara tersebut mengkritik keras topik yang tidak lazim dalam buku itu sekaligus “sebel” sama Mba Dinar Rahayu sebagai penulis yang fotonya terpampang cantik di bagian belakang sampul. Sebelnya karena tampilan dia di foto itu tidak pas dengan tema yang diangkat dalam tulisannya. Mungkin, menurut si penulis, mendingan gak usah ditampilkan foto diri kalau seperti itu.
Sebenarnya, si penulis yang sebel ini melarang pemirsa yang hadir di acara
tersebut mencari si buku kontroversi. Pasalnya, kalau boleh dibilang, buku dan
kisahnya lebih banyak mudhorot daripada manfaat. Namun, saya penasaran dong. Bukan
penasaran tingkat dewa, tapi penasaran ala kadarnya. Entah kebetulan atau
karena kehendak-Nya, saya menemukan buku ini di jajaran buku-buku yang dijual
di koperasi kampus saya. Buru-buru saya kekepin karena penasaran tema apa sih
yang diangkat.
Ode untuk Leopold von Sacher-Masoch ini bercerita mengenai dua tokoh
sentral. Yang satu bernama Dinar dan satunya lagi bernama Jonggi. Sebenarnya
ada beberapa tokoh lagi yang diceritakan, tetapi tidak seintens dua tokoh ini.
Dinar adalah seorang transeksual yang mengubah dirinya dari laki-laki menjadi
perempuan. Ia berimajinasi sebagai reinkarnasi dari seorang Valkyrie. Sementara
itu, Jonggi merupakan penari cowok erotis yang di-booking oleh seorang
perempuan kaya raya.
Dinar dan Jonggi sepertinya bekerja di tempat yang sama—mungkin sebuah bar yang buka
malam-malam. Dinar dengan imajinasinya sebagai reinkarnasi menceritakan kisahnya
saat hidup sebagai Valkyrie dan terlibat kisah dengan Apollo. Dalam dunia
nyata, dia memiliki kisah dengan seorang laki-laki yang sangat tunduk kepadanya. Bahkan, sang laki-laki bersedia diperlakukan dengan semena-mena sebelum mereka melakukan hubungan
intim. Sementara itu, Jonggi yang seorang penari cowok di-booking oleh
perempuan paruh baya yang begitu kesepian. Perempuan ini sangat superior yang
membuat Jonggi harus tunduk kepadanya. Namun, bukan tidak menikmati, Jonggi
sangat menikmati. Bahkan, dia pernah berharap dihukum dengan penggaris oleh
seorang guru SD di dekat kosannya.
Dibanding Dinar, kisah Jonggi lebih menyedihkan. Jonggi berasal dari
keluarga terpandang. Ayahnya seorang duta besar yang sangat menjaga keutuhan
keluarga sekaligus tegas. Jonggi pergi dari rumah. Tinggal di tempat sendiri
dan mencari makan sendiri, tanpa bantuan keluarganya. Namun, musibah menimpanya
ketika dia dikeroyok hingga hampir mati. Dia dituduh telah memerkosa gadis
kecil yang menjadi muridnya. Tuduhan itu membuat dia harus dipenjara dengan
luka lebam dan gendang telinga yang pecah. Di penjara, ia tidak perlu waktu
lama karena sang kakak Andre segera membebaskannya. Sang kakak senang akhirnya
bisa menemukan Jonggi dan membawanya pulang. Bahagianya Andre ketika Jonggi
pulang bukan tanpa alasan. Sang kakak laki-laki ini senang melampiaskan
nafsunya kepada Jonggi walau si kakak telah bekeluarga dan Jonggi memohon ampun
untuk tidak diperlakukan seperti itu lagi oleh abangnya.
Akhir kisah kembali seperti semula. Tarian masih dilakukan. Dominasi dan
sikap superior pun dilakukan dalam dunia fantasi mereka. Dinar tetap tenggelam
dalam pikiran reinkarnasinya. Tak ada yang berubah banyak.
Menarik? Judulnya menarik karena membawa nama Leopold von Sacher-Masoch.
Siapa sih Leopold von Sacher-Masoch? Leopold von Sacher-Masoch adalah seorang
penulis dan jurnalis berkebangsaan Austria pada saat Austria masih berupa
kekaisaran. Boleh dibilang, dia merupakan penulis yang produktif dengan banyak
karyanya yang dipublikasikan, baik fiksi maupun nonfiksi. Bahkan dia menerbitkan berbagai cerita
pendek dari berbagai latar etnis yang berbeda. Karya fiksinya yang terkenal
adalah Venus in Furs yang dianggap sebagai fantasinya Sacher-Masoch pada
dominasi perempuan, entah itu para istrinya ataupun para perempuan simpanannya.
Istilah masokisme diambil dari namanya: masoch à masochism. Istilah ini
digunakan pertama kali oleh psikiater Austria bernama Richard Freiherr von
Krafft Ebing. Menurutnya, masokisme merupakan istilah yang tepat untuk
menggambarkan anomali seksual yang ada, seperti tokoh dalam Venus in Furs yang
memiliki anomali seksual. Namun, Sacher-Masoch tidak begitu senang dengan
penyebutan istilah tersebut walau pada kenyataan muncul pengakuan dari istri
pertamanya mengenai kehidupan pribadi Sacher-Masoch dalam bentuk buku The Confessions of Wanda von Sacher-Masoch.
Kembali pada buku Ode untuk Leopold von Sacher-Masoch. Buku ini memang
tidak menampilkan secara gamblang siapa Sacher-Masoch itu. Hanya ada satu
paragraf yang menyebutkan nama dia dan istri pertamanya. Namun, tampaknya dua
tokoh di buku ini yang masing-masing berada dalam dunianya sendiri
bersinggungan dengan anomali seksual yang disebutkan tadi, yaitu sosok yang mendominasi dan yang didominasi. Istilah yang
sering diterjemahkan orang awam itu adalah kepuasan seksual dengan si laki-laki
yang menjadi budaknya si perempuan. Kadang disertai perilaku kasar atau
penyiksaan.
Baguskah buku ini? Hmm, tidak terlalu. Untuk tema dan judul seperti itu,
tentunya akan mengundang banyak orang untuk membaca. Akan tetapi, dari segi
penceritaan, kok saya merasa alurnya hanya begitu-begitu aja. Penokohannya pun cukup
membingungkan: hanya Dinar dan Jonggi cukup jelas. Ketika sudah masuk
tokoh-tokoh yang lain, bingung pun menyelimuti. Apalagi dengan tokoh Kartika,
ya ampun siapa sih ini, kenapa kemunculannya terasa tiba-tiba, tetapi seolah-olah penting.
Adanya unsur mitologi Yunani seharusnya menjadi daya tarik tersendiri.
Namun, lagi-lagi saya bingung dan bosan. Mungkin, saya bukan fans berat
mitologi. Saya memang membaca mitologi, tetapi bukan orang yang paham betul
dengan kisah-kisah tersebut. Hanya sebagai penikmat. Maka itu, ketika kisah
mitologi dimasukkan dalam cerita ini, kebingungan dan kebosanan pun dimulai. Mungkin,
jika ada yang sudah paham banget dengan mitologi, tentunya akan gampang
mencerna mengapa Dinar begitu antusias menggambarkan dirinya sebagai
reinkarnasi dari orang-orang dalam mitologi tersebut.
Menarikkah buku ini untuk dibaca?
Saya enggak tahu harus jawab apa :D. Pada masa-masa buku ini terbit pertama kali, pada masa itu juga sepertinya terdapat karya-karya sastra yang begitu gamblang dan terbuka ketika bicara soal seksualitas. Cukuplah populer dan dicari-cari pembaca. Mungkin yang penasaran dengan jalan cerita buku terbitan Pustaka Jaya tahun 2002 ini boleh banget untuk dibaca. Siapa tahu opini saya dan Anda berbeda dalam memandang cerita yang diangkat oleh Dinar Rahayu.
0 komentar