After Rain: Menemukan Cinta Setelah Merelakan
Agustus 31, 2018
Mungkin aku dibutakan oleh cinta
Sebab akalku dikacaukan olehmu
Seberapa banyak pun aku meminta
Kau takkan memilihku
Kutipan di atas saya ambil dari deskripsi buku After Rain (2013) karya
Anggun Prameswari. Kata-kata tersebut tersusun dengan penuh kegalauan. Agak
menyayat. Bahkan, saya merasakan hawa-hawa merana si tokoh utamanya.
After Rain ini bercerita tentang perempuan bernama Seren yang kisah
cintanya terjebak dengan laki-laki bernama Bara. Seren dan Bara sudah lama
saling mengenal sejak Seren masih SMA. Perkenalan mereka berawal dari kepindahan rumah Bara di dekat rumah
Seren. Kedekatan mereka tak terelakkan karena cinta yang besar di antara
keduanya. Namun, di tengah jalan, Bara memutuskan menikahi perempuan lain
bernama Anggi. Alasannya simpel, ia tidak mau keluarganya terluka gara-gara dia,
apalagi melihat ayahnya masuk rumah sakit hanya karena dia menolak perjodohan
itu.
Keputusan Bara membuat Seren bersedih. Namun, bukannya menjauh, ia malah
diam-diam tetap berhubungan dengan Bara yang sudah beristri dan memiliki. Mengapa?
Karena ia tahu bahwa cinta Bara hanya untuknya dan cintanya hanya untuk Bara. Selama
10 tahun, rasa cinta itu rasanya tak pernah surut.
Walaupun beristri dan memiliki seorang anak perempuan, Bara juga memperlakukan
Seren sebagai kekasihnya. Ia menyusun sedemikian rupa supaya Seren berada di
dekatnya, seperti teman satu kantor. Ada rasa enggan dalam diri Bara untuk
melepaskan Seren.
Hubungan yang awalnya dianggap baik-baik saja lama-lama menemukan titik
jemunya. Seren pun mulai mempertanyakan posisinya dalam hidup Bara. Bara pun
tak bisa melepas istri sahnya dan juga Seren. Hingga Seren memutuskan keluar
dari kantor supaya ia dapat melupakan Bara dan menjadi guru bahasa Inggris di
sekolah swasta.
Di tempat kerja baru, Seren berusaha beradaptasi dengan murid-muridnya
dan suasana bekerjanya. Awalnya ia agak kikuk dengan murid-murid yang ada di
kelasnya. Akan tetapi, perlahan-lahan ia cukup bisa beradaptasi dengan
lingkungan kerja yang baru. Di sekolah ini juga ia mengenal sosok Elang—guru
musik dengan gaya musisi—yang sangat membantunya mengenal murid-murid di
sekolah tersebut.
Kedekatan Seren dan Elang pun terjalin. Seren tidak lagi berpikir
mengenai Bara hingga ia melihat Anggi menangis di sebuah rumah sakit. Menurut
Anggi, Bara akan menceraikannya, padahal ia sedang mengandung janin Bara. Keinginan
Bara itu bukan tanpa sebab. Anggi merasa Bara berhubungan dengan perempuan lain.
Di sisi lain, Elang yang mendengar percakapan itu menebak bahwa perempuan lain
yang dimaksud Anggi adalah Seren. Namun, Seren hanya terdiam.
Suatu malam, Bara datang ke rumah Seren dan mengaku bahwa ia akan
menceraikan Anggi supaya mereka dapat hidup bahagia selamanya. Namun, Seren
menolak ide Bara. Ia ingin lepas dari Bara untuk menemukan cinta yang baru. Walau
ada penolakan, Bara tetap bersikukuh dan yakin bahwa Seren tetap mencintainya. Lagi-lagi
Seren menolak karena ia tahu bahwa cintanya akan diberikan kepada Elang yang
selalu ada untuknya.
Ketika membaca kisah ini, saya bersedih dengan sosok Seren. Walau dia
yang pertama mengenal Bara, tetap saja dia menjadi perempuan kedua dalam hidup
Bara. Hubungan Seren dan Bara gak ada apa-apanya dibanding buku nikah dan
catatan KUA yang dipunya Bara dan Anggi. Walau cinta mereka tulus dan seluas
jagat raya, hubungan mereka tentu ilegal. Tak pantas di mata norma masyarakat. Tetap
saja Seren akan disebut sebagai pelakor walau dia baiknya minta ampun.
Merana? Ya, untuk Seren yang sudah menunggu 10 tahun. Mungkin, ada banyak
perempuan yang dengan gampangnya bilang, “Ngapain elo mikirin dia? Masih banyak
cowok lain yang lebih baik daripada dia dan cinta sama elo.” Ya, konon, ketika
mencintai, janganlah terlalu cinta karena nanti akan sakit. Ya, mungkin seperti
itu. Namun, tidak semuanya menganggap putus cinta perkara yang mudah, seperti
membalikkan telapak tangan. Ada yang butuh waktu lama untuk bisa melupakan dan
ada yang butuh waktu hanya sebentar untuk melupakan. Tergantung bagaimana sang
perempuan menyikapinya.
Seren di kisah ini tidak terlalu yakin jika harus putus dengan Bara karena
ia tidak tahu bagaimana hidupnya tanpa Bara. Akan tetapi, sang sahabat bernama Kean
membantu dia melupakan sosok Bara yang sudah tertanam jauh di dalam hatinya. Memang
tidak mudah bagi Seren, tetapi dia belajar dan merasakan cintanya kembali lewat
sosok Elang.
Move on memang butuh pendamping yang membantu seseorang yang patah hati,
entah itu sahabat atau sosok lain. Sosok lain ini tentunya bukan menjadi
pelarian, tetapi sosok yang dapat melengkapi dan membantu melupakan si pembuat
patah hati. Memang jodoh enggak ada yang tahu. Mungkin butuh proses yang
panjang dan berat untuk bisa menemukan yang tepat. Tapi, inget-inget deh firman
Tuhan bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Seperti Seren, hidupnya yang
memang penuh hujan karena tetap menjalin hubungan dengan Bara yang sudah
beristri berubah menjadi kehidupan yang penuh dengan impian ketika ia menemukan
Elang yang dapat melengkapinya dan setelah ia dapat merelakan sosok Bara.
Menunggumu bukan pilihan
Izinkan aku meninggalkanmu
dengan serpihan hati yang tersisa.
Dan, jika ternyata dia yang ada di
sana
sama-sama menganggung keping-keping
hati yang berhamburan
saat kami saling
menyembuhkan—salahkan itu?
Nice book.
0 komentar