Melupa
November 30, 2018
Do not use the past as an alibi. For all of your deficiencies; always standing by. Face your negligence, do not fool yourself. Shortcomings will soon appear for weakness shows itself ~ Epica
Gambar dari sini |
Langkahmu perlahan terhenti di tepi. Ada bimbang di kedua tatapan itu. Tidak hanya menahanku, tetapi menahan kita di antara jalan yang sudah cukup panjang kita
lalui. Mungkin langkahku yang dulu kikuk begitu terburu-buru hingga kau enggan
menyamainya.
Aku bertanya mengapa dan engkau menjawab dengan kekesalan pada kisah-kisah
masa lalumu. Kisah-kisah kebodohan yang merayapi otak-otakmu. Kisah yang kau pendam
begitu dalam di lubuk ingatanmu. Akan tetapi, ingatan tak bisa benar-benar terhapus.
Tentu ada tangis dan kesedihan di sana. Betapa menggebunya aku melangkah
bersisian. Sayangnya, langkah kita sulit seirama. Selalu ada kisah lalu. Dan,
dia.
Entah kau menjaga dia dalam ingatanmu atau begitu banyak kenangan di
antara kalian. Lagi-lagi kau menolak sangkaan itu bahwa kau menyesal dengan kisah
yang lalu. Biarkanlah kisah-kisah itu terkubur dalam dan rapat, tak perlu terus-terusan
digali. Begitu katamu menolak menatapku.
Namun, aku menatapmu. Mencoba menjaga tatapan kita. Tatapan kita yang entah
mengapa berubah menjadi begitu ganjil walau susah payah aku menjaganya. Ada
selubung di sana hingga kita menjadi berjarak. Kau melangkah mundur dan aku
berdiri di tepi. Di sini, kita tak lagi memahami kita.
Kau semakin melangkah mundur, tenggelam dalam rasa penyesalan pada masa
lalu. Aku masih berdiri di tepi, mencoba membuat pilihan untuk terus menantang
lautan luas seorang diri atau terjun bebas ke dalam jurang yang terbungkus
kekecewaan.
Begitu kecewa dengan langkah yang tak lagi seirama. Begitu kecewa dengan langkah
ragu-ragu. Begitu kecewa dengan kisah-kisah masa lalu. Begitu kecewa dengan
mimpi yang belum selesai dibicarakan. Dan, begitu kecewa dengan rasa
menggebu-gebu yang aku miliki.
Kita pun kembali melupa dan waktu kembali menunjukkan keperkasaannya.
0 komentar