singapore: weekend trip 1

Juni 23, 2012

Selalu ada hal pertama yang dilakukan seseorang. Bahkan, untuk memulai perjalanan, juga perlu langkah kecil agar menjadi langkah yang besar. Ungkapan ini kayaknya gak berlaku buat orang-orang tertentu saja, tetapi semua orang, termasuk saya. Bagi saya, awal perjalanan ini adalah langkah besar untuk bisa terbang ke negeri-negeri orang.

Harus saya akui, Trinity adalah inspirator terbesar saya untuk mulai jalan-jalan. Bukannya saya enggak pernah jalan-jalan, tapi untuk memulai segalanya sendirian agaknya sulit buat saya yang sangat sering bergantung pada orang lain hehehe. Makanya ketika ada kesempatan, ya saya nekat aja pergi dengan bekal pas-pasan.

Teman saya si Blueberry Cupcake punya ide untuk berkunjung ke tempat sahabat saya Chitopoz di negeri tetangga: Singapura. Karena memang udah lama banget gak ketemu dan paspor saya baru aja jadi. Idenya memang masih wacana karena kami masih mencari-cari tanggal yang cocok dan siapa saja orang yang akan saya ajak. Ironisnya, dari sekian orang yang akan diajak, gak ada tanggal yang cocok. Lagi pula, si Chitopoz lagi gak mau nerima tamu untuk tanggal yang saya pilih. Akhirnya, Blueberry Cupcake menunda perjalanan kami. "Kita coba bulan depan pas Chitopoz bisa nerima tamu." Oke. Kami pun memilih bulan depan setelah saya selesai dengan urusan Tanjung Lesung.

Setelah tanggal ditentukan, saya pun segera memesan tiket atas bimbingan Blueberry Cupcake secara harga tiket selalu naik setiap hari. Daripada naek mulu, dibelilah saat itu juga. Semua dilakukan secara online dengan minjem cc kakak saya dan bimbingan dari Blueberry Cupcake. Sebenarnya, ini boleh dikata acara liburan plus reunian. Dari Jakarta, saya bareng dengan Andhi dan Diannisa. Nah, si Blueberry Cupcake dari Medan. Rencananya, kami akan ketemuan di tempat Chitopoz untuk nikmatin kangen-kangenan kami plus jalan-jalan di negeri itu. Finally, yang akhirnya berangkat hanya saya dong. Dua teman saya yang laen tumbang. Andhi gak bisa pergi karena harus nunggu tukang di rumahnya dan butuh dana gede buat rumahnya. Diannisa harus lembur menjelang keberangkatan dan berencana beli tiket lagi. Atas saran Blueberry Cupcake dan tiket yang udah dibeli, saya pun jalan sendirian dengan modal nekat. Nasihat kakak saya, "Don't look fool, but cool." Mungkin, sering banget saya bertampang rada dodol. Hehehe.

Untung Air Asia sendirian di Terminal 3 Soekarno-Hatta, jadi gak perlu ngantre panjang. Model bandaranya masih baru dan saya sempet jalan-jalan dulu sambil nunggu imigrasi dibuka. Setelah imigrasi dibuka, saya nunggu lagi sambil merhatiin orang-orang. Sebenarnya, agak ga jelas di mana gate-nya karena semua gate berdekatan. Yang saya perhatiin cuma kumpulan-kumpulan orang Malaysia. Ternyata, banyak juga mereka yang dateng ke Indonesia. Bahkan, ada yang lagi ngomong baju yang baru beli (mungkin belinya di Tanah Abang) sambil ngomong dengan bahasa mereka.

Penerbangannya satu jam 40 menit. Pesawatnya gak gede2 amat, agak kecil, tetapi bersih. Saya duduk dekat jendela supaya bisa ngeliat ada di atas mana sambil terus berdoa karena keinget Sukhoi yang baru aja jatuh kemarin. Dekat-dekat perjalanan, petugasnya memberikan formulir yang harus diisi. Ketika masih di Jakarta, teman saya sudah memberi tahu apa yang harus diisi di form yang gak boleh hilang itu hingga akhirnya saya bisa keluar dari Changi dengan selamat. Hahaha.

Chitopoz dan Blueberry Cupcake sudah melambai-lambai di dekat pintu keluar kedatangan. Setelah saya ngambil bagasi, kami segera berpelukan dan ngomong, "Ya, ampun, gue kangen banget sama elo." Believe it or not, itu adalah pertama kalinya ketemu Chitopoz sejak saya bekerja di tempat baru dan pertama kalinya ketemu Blueberry Cupcake setelah dia pulang ke Medan. Habis dari sana, saya segera digiring menuju sarangnya Chitopoz yang ternyata lumayan jauh dari Changi.

Setelah terhuyung-huyung karena masih jetlag dan geret-geret koper, saya istirahat bentaran di kamar yang memang udah disiapin. Teman saya ini tinggal di apartemen pemerintah bareng dengan temannya yang dari Indonesia. Mungkin, di sini namanya rusun. Tapi, bukan rusun dalam bayangan kita. Rusun di sana hampir sama kayak apartemen, sistem keamanan dan kebersihannya oke.


Abis istirahat dan naruh koper, baru deh diajak jalan sekalian makan malam. Gak nyangka deh, ternyata di sana ada pasar malam yang jual makanan plus kebutuhan yang laen-laen. Bahkan, di negara yang boleh dibilang lebih maju dari Indonesia ternyata ada maenan anak-anak yang biasanya ditemuin di pasar malam di Jakarta. Yang sekali main atau naik kena harga biasanya 2000. Di sini, kadang-kadang mainan model gitu enggak penuh, tapi di sana tempat duduknya penuh lho. Banyak yang berminat. Bukan apa-apa sih, cuma saya berharap Singapura punya mainan yang lebih canggih dari Indonesia. Saya beli kelapa kecil banget buat diminum airnya. Dalam hati, seharusnya si penjual ngerukin daging kelapa biar bisa dimakan juga.

Chitopoz dan suaminya mengajak kami singgah di Alif Restaurant. Rumah makan yang menjual makanan halal dan kebanyakan Melayu. Ada sih beberapa menu India, tetapi pada jam segitu saya gak berminat makan besar. Katanya, ada kue ape yang gede banget. Pas dicobain, saya rasa bukan kue ape, tapi kue apem yang dibuat kayak kue ape karena rasanya rada asem, sedangkan kue ape yang dijual di abang-abang itu manis. Si kue ape ini dimakan pakai gula yang warnanya oranye. Setelah selesai makan, kami pun balik ke rumah untuk tidur dan menyiapkan diri untuk petualangan besok pagi.

Karena saya jalan bareng Blueberry Cupcake, tujuan pertama adalah Orchard Road--jalan legendaris yang amat terkenal di kalangan orang kaya Indonesia. Dari tempat Chitopoz, kami menempuh dengan naik bus, bukan naik MRT. Untuk transportasi, Chitopoz meminjamkan saya EZ link supaya lebih gampang buat ongkos karena udah dideposit otomatis. Seperti yang udah pernah diomongin orang-orang, beda banget transportasi di sana dan di sini. Di sana itu semua bersih, tertib, dan kayaknya enggak ada pencopet. Penuh sih, tapi gak kayak di sini sampai penumpangnya luber ke mana-mana. Di sana juga lebih tertib. Di MRT, yang mau naik nunggunya di pinggir dulu untuk ngasih penumpang yang mau keluar. Di bus, penumpang juga harus naik di pintu depan dan turun di pintu tengah atau belakang. Di eskalator juga orang-orang yang gak buru-buru berdiri di sebelah kiri karena sebelah kanan buat yang buru-buru.

Di Orchard ini, apalagi yang saya lakukan selain nemenin Blueberry Cupcake belanja. Di sepanjang jalan itu, isinya cuma mall dan orang-orang yang lagi belanja. Hebatnya, teman saya si Blueberry Cupcake ini hafal aja itu jalanan. Ke sana. Ke sini. Balik lagi. Muter-muter di situ sampai kaki saya pegel, dia tetap kuat dan pantang menyerah untung jalan kaki. Namun, saya takjub karena tanpa sengaja menemukan Rumah Sakit Mount Elizabeth yang ternyata ada di belakang shopping centre dan deket banget Orchard Road. Rumah sakit legendaris buat orang kaya Indonesia itu pas banget posisinya deket mal, secara orang kaya Indonesia hobi banget ngabisin uang di jalan itu. Menjelang malam, Chitopoz dan suaminya menjemput kami karena kami akan meluncur ke Bugis dan Mustafa untuk beli oleh-oleh dan cokelat.


Bugis Street ini mirip banget dengan pedagang kaki lima di Blok M. Di sini, rata-rata yang dijual adalah gantungan kunci, stiker, atau tempelan kulkas. Standar untuk oleh-oleh yang ada tulisan Singapura-nya. Ada juga yang menjual tas atau kaus tulisan I Love Singapore/SG. Tadinya, saya pengen banget punya kaus yang tulisannya kayak gitu, tapi pas dipegang bahan kausnya jelek dan mahal pula kalau dirupiahin. Akhirnya enggak jadi karena Indonesia punya bahan kaus yang lebih oke untuk oleh-oleh. Abis dari situ, berlanjut ke Mustafa Centre yang ada di Little India: shopping centre juga, tapi gede banget dan lumayan lengkap. Apa aja kayaknya dijual di sana. Mulai jam, money changer, tas, makanan, minumam, dan lainnya. Gede banget deh. Yang saya cari adalah cokelat dong. Biasanya di Indonesia cokelat yang dibeli standar: Silverqueen; di sana saya beli yang agak di atas standarnya: Hershey, karena cuma itu merek terkenal yang saya tahu dan jarang banget di Indonesia.

Besoknya, sesuai itinerary, Chitopoz dan Blueberry Cupcake akan mengajak saya mampir ke Johor: salah satu kota di Malaysia yang deket dengan Singapura. Kami berangkat pagi-pagi dengan bus dari Singapura. Jadi, katanya, pemerintah Singapura menyediakan bus untuk warganya yang mau ke negeri tetangga. Dua negara itu cuma dibatasi dengan selat yang kecil enggak kayak Selat Sunda. Jembatannya juga enggak sepanjang Suramadu. Imigrasi Malaysia mirip-mirip dengan Indonesia. Yang agak berbeda mungkin bahasanya. Di Johor, tujuan utamanya adalah mall-nya karena imigrasinya langsung terhubung dengan mall. Jadi, kami keliling mall itu dan tidak berniat untuk keluar. Di sana ada merek fashion yang terkenal Vincci yang ada tokonya di Indonesia. Kami juga membeli maruku: snack khas India yang dijual di kios-kios mall yang harganya RM 8. Enak lho si maruku ini. Makan siang pun di mall dengan menu mi yang bulan mi ayam tentunya. Saya tertarik dengan cakwe yang gede banget, tapi gak jadi beli mengingat ongkos di kantong.

Setelah Johor, back to Singapore. Di imigrasi Singapura, pas ngelewatin mesin pendeteksi tas, si petugasnya ngomong dengan bahasa yang gak jelas bahwa saya harus mengulang lagi sambil masukin ponsel ke tas. Karena itu, setiap ada pemeriksaan, tas dan dompet yang ada di kantong celana buru-buru saya pindah ke tas. Selesai di situ, saya pindahin lagi ponsel dan dompet saya ke kantong celana. Nah, perjalanan segera berlanjut ke Merlion Park dan Marina Sands Bay yang iklannya sering di Star World. Muter-muter naek MRT akhirnya tiba di Esplanade, macam teater dan mall yang ada Marina. Saya naksir tas Eastpak, tapi gak kuat ngeliat harganya. Sempet dong foto-foto di atap yang mirip duren sebelum jalan ke patung singa yang ada di seberang.


Karena muter-muter naik MRT dan jalan yang jauh, kaki rasanya udah remuk kecapekan. Kami pun duduk-duduk di kursi penonton sambil denger band Singapura sedang check sound. Musiknya sih bagus, cuma saya enggak tahu apa yang dinyanyiin si artis karena bahasanya enggak jelas. Saking capeknya kaki, kami berniat nyewa boat untuk nyeberang ke Merlion. Ternyata, boat-nya enggak mampir di Merlion, cuma muter-muter aja di sungai itu. Terpaksa deh kaki yang pegel diseret lagi untuk bisa sampai di sana. Panas pula. Gak nyangka, di sana ada juga orang-orang sekampung Chitopoz dengan bahasa khas mereka. Saat itu, saya berasa ada di Indonesia lagi. Hahaha. Puas foto-foto di Merlion dan Marina, kami langsung gempor dan gak berniat jalan untuk nyari naek MRT atao bus. Kami segera nyari taksi yang ternyata berebutan dengan orang lain. Ada yang aneh dari taksi di sana, yaitu mereka harus ditanya dulu mau enggak nganterin ke daerah ini sebelum naik. Tiba-tiba mereka langsung ganti tujuan dan gak semau kita mau dibawa ke mana. Lebih seringnya enggak mau nganterin dibanding nganterin karena begitu banyak taksi yang diberhentiin. Ujung-ujungnya, ada sih taksi yang mau nganterin ke rumah. Pas di kamar, badan dan kami berasa pegal luar biasa. Tepar abis. Bahkan kaki si Chitopoz sampai gemeteran karena baru kali itu dia ngerasain seharian jalan kaki, berdiri, dan kecakepan. Saya dan Blueberry Cupcake juga begitu. Apalagi besok kami berniat ke USS: Universal Studio of Singapore. Butuh tenaga ekstra biar uang yang dikeluarkan enggak sia-sia.


Pagi-pagi, saya dan Blueberry Cupcake udah bangun untuk memulai perjalanan kami. Si Chitopoz udah berbaik hati mau memberikan bekal untuk dimakan di sana karena makanan di sana mahalnya nauzubillah. Sampai di sana, kami langsung masuk karena udah punya tiket online saat orang-orang pada ngantre tiket. Buru-buru deh kami foto sana-sini. Ngantre sana-sini. Panasnya bumi gak dirasain. Laparnya perut gak terasa. Yang jelas, kami harus foto sebanyak-banyaknya dan main sesanggup-sanggupnya. Yang paling okeh adalah miniatur New York yang cihuy. Berasa ada di New York karena jalan-jalannya mirip banget New York. Ada beberapa karakter film yang nongol kayak Big Bird atau temen-temennya. Ada Chaplin. Masuk teater dan nonton Monster Show. Ngantre Madagascar yang lama dan ternyata kayak Istana Boneka, cuma versi modern-nya. Ke Far Far Away Kingdom ngeliat filmnya Shrek yang 4D. Naek Galactica yang bikin dengkul lemes. Masuk Transformer yang super duper kereeeeen. Gak bakalan rugi deh kalau ngantre di Transformer berkali-kali. Sayangnya, dari sekian banyak suvenir yang dijual, kami cuma sanggup beli tempelan kulkas dan gantungan kunci. Itu pun dipilih harga termurah dari seluruh harga yang ditempel. Mahal cyiiin. Puas dan kecapekan dari sana, kami segera ke Vivo City buat makan sambil nunggu Chitopoz dateng. Malamnya, kami tepar lagi, tapi terpaksa harus nge-pack barang.

Subuh besoknya, kami segera bangun dan langsung siap-siap ke Changi karena penerbangan saya dan Blueberry Cupcake adalah penerbangan pagi. Sampai Indonesia, saya tepar. Tenggorokan sakit dan tidur seharian di kasur. Di kepala, udah mulai kebayang perjalanan minggu depannya dengan destinasi yang sama.

You Might Also Like

1 komentar

  1. whatttt? teman sekampung? hahahahah kurang asssemm... hahaha nice post, gue bacanya ampe ngakak2 sendiri hihihi

    BalasHapus