short time for lombok journey #3

November 28, 2012


Dibanding kemarin, saya dan teman-teman bangun lebih pagi. Bahkan, enggak sempet sarapan di hotel karena dapur hotel buka pukul 7 pagi. Padahal, kami harus berangkat pukul 7 teng. Makanya kami minta dibungkusin roti sama pihak hotel buat bekal selama di jalan. Eh, mobil jemputan datengnya agak telat karena masalah di jalan. Jadi, kami nunggu berapa menit sambil mikir, kayaknya bisa nih sarapan dulu.

Berdasarkan itinerary, perjalanan kami agak jauh dibanding kemarin. Senggigi kan ada di bagian barat, nah kami akan ke bagian timur, yaitu ke daerah Tangsi. Di sana, ada pantai yang namanya pantai pink. Konon, pasirnya warnanya pink. Dooh, ngeliat pasir warnanya putih aja jarang, apalagi warna pink. Iiih, penasaran abis deh.

Nah, bapak pemandu hari ini bukan lagi Pak Heru, tapi Pak Iwan bareng Pak Sopir yang orangnya tetep sama. Kayak kemarin, Pak Iwan sama-sama orang perantauan yang udah nge-guide banyak orang, terutama bule-bule. Bahkan, doi pernah jadi guide Franscesco Totti waktu ke sini. Bareng sama Pak Iwan ini, kami diceritain banyak hal, terutama soal adat istiadat dan dongeng orang-orang Lombok. Sepanjang jalan menuju pantai pink itu, saya enggak tidur, tapi dengerin si bapak cerita, apalagi kalau Pak Iwan dan Pak Sopir cerita. Dibanding saya yang masih sepertiga kelingking, pengalaman mereka berdua kayaknya udah 10 jari tangan dan kaki. Si Pak Sopir yang saya enggak tahu namanya aja udah nyetir mobil apa aja, dalam medan apa aja, dan di mana-mana.

Medan menuju pantai pink ini agak berat. Jalanannya jelek abis dan daerahnya tandus banget. Kalau saya di sana, mungkin udah nangis-nangis. Kayaknya air menjadi hal yang paling berharga deh. Sumpah kering banget. Tapi, ya, ada lho hotel yang berdiri di sana, di tengah ketandusan itu walau saya dan teman-teman gak tau ada di sebelah mana itu hotel. Yang keliatan cuma pintu masuk. Itu pun hanya kawat berduri yang ditungguin satu satpam. Mending jalanan jeleknya cuma sedikit. Ini panjang beut. Dari jalanan besar sampai pantai pink itu, jalanannya jelek abis.


Tapi, perjuangan jalanan yang jelek itu terbayar oleh pemandangan pantai pink yang baguuuuus banget. Kenapa diberi nama pantai pink? Berdasarkan penjelasan yang saya tangkap, unsur pink di pasirnya disebabkan batu koral yang bercampur dengan pasir. Jadinya, warna pink deh. Dan ternyata, batu koral itu gak cuma warna pink, tapi ada merah marun, oranye, bahkan violet. Ngeliat pemandangan yang bagus itu jadi pengen maen air. Jernih banget. Tapi, kata bapak guide, kami akan dibawa ke pulau buat maen-maen air. Katanya sih kayak pulau pribadi dan bakal betah deh kalau lama-lama di sana. Rugi banget kalo gak berenang, katanya begitu. Iya juga sih, secara airnya jerniiiiih banget dan pemandangannya baguuuus banget.

Untuk menuju spot itu, kami naik perahu kecil yang entah apa namanya. Nggak ada kursinya. Kami cuma duduk di lantai perahu dengan ngelipat kaki dan selang-seling. Pemberhentian pertama adalah pulau kecil yang di tengahnya ada karang bolong. Kayaknya pulau ini bakal hilang kalau air lagi pasang. Tapi, saya suka di pulau ini karena ada dua pantai. Ada satu daratan yang membelah laut hingga jadi pantai. Gak gede sih, kecil aja. Tapi bagus banget dan saya inget Pirates of Carribean.


Puas foto-foto di sana, kami segera diajak ke satu pulau buat berenang. Bener lhoo, pulau itu kayak pulau pribadi kami. Isinya cuma kami berenam plus bapak pemilik perahu dan Pak Iwan. Penjual kenangan, Reny, dan Resita segera nyebur karena enggak tahan ngeliat air laut yang bening kayak gitu. Saya, Intan, dan Dian kadang duduk, kadang berdiri di pinggir pantai sambil nahan panas matahari. Sebenarnya, saya enggak tahu berapa luas pulau itu, tapi katanya enggak ada penghuninya. Orang-orang hanya singgah, terus lanjut lagi. Ada sih satu perahu saat kami tiba di sana. Tapi, kami enggak tahu penghuninya ada di mana. Karena enggak ada siapa-siapa selain kami, bapak perahu dengan amat sangat baik bersedia membakar tiga ikan khas Lombok untuk kami makan siang. Selain ngebakarin ikan, bapak perahu juga ngebawain kami bekal buat makan siang, kayak cumi panggang dan cumi rebus plus sambal yang enak banget. Sampai nambah lhoo. Segala macam diet ditinggalkan karena makanan nikmat dan perut lapar.


Selesai di sana, kami kembali dibawa menuju daratan beneran buat ngeliat bunker Jepang. Dari atas sana, pemandangannya baguuuus banget. Katanya, di sanalah ujung Lombok. Kelihatan Pulau Sumbawa di ujung sana dan lautan yang luaaaaas banget. Tebing-tebingnya juga bagus kayak kue lapis yang dipotong. Jalanan rumputnya sih mirip latarnya Lord of the Rings karena berbukit-bukit. Panas sih iya, tapi gak peduli karena pemandangannya kereeen banget. Selesai dari sana, kulit saya gosong-gosong. Kelihatan banget merah-merah. Sekarang merah-merah itu beralih menjadi warna hitam hingga saya merasa dekil. Tapi, itu sebanding kok dengan pemandangan alamnya yang keren abis.

Ouch! Baru inget bahwa besoknya saya dan penjual kenangan harus balik ke Jekardah dengan pesawat pagi. Ngerasain kayak gitu, saya pengen lho balik ke Lombok lagi. Emang bener kata teman saya, ngeliat pemandangan seperti itu satu cara buat mendekatkan diri kepada Allah karena kita selalu memuji Dia. YUP! Itu namanya tafakur alam :D. Subhanallah.

PS. Kami juga diajak ke desa tenun. Namanya Desa Sukarara. Di sana, kami workshop cara menenun oleh penduduk lokal yang perempuan. Satu per satu kami mencoba cara menenun yang konon dijadikan ajang siap-tidaknya perempuan menikah. Ngeliat susunan benang, kayaknya sih ribet banget karena mereka harus misahin benang untuk buat pola dan harus ngerapetin satu per satu benang itu supaya jadi kain. Kebanyakan sih emang perempuan menenun untuk bantu-bantu kebutuhan keluarga, maklum suami mereka banyak yang menjadi TKI. Setelah workshop, kami diajak kembali ke showroom untuk melihat hasil tenunan mereka. Gak kebayang, tenun yang kami kerjakan tadi ternyata membentuk pola yang bagus banget kalau sudah jadi. Teman-teman saya membeli beberapa, sedangkan saya cukup satu. Itu pun baru bisa bayar setelah minjem uang. Hahaha. Yang nitip, tapi belum dibeliin, jangan sedih yaa, nanti pas balik ke sana, baru siapin uang deh ;p. 

*Foto adalah koleksi pribadi dan diambil dengan kamera iPod 4th yang diberi efek karena resolusinya rendah banget.

You Might Also Like

1 komentar